Selasa, 05 Desember 2017

Vica Nahdiyatus Suaiba

PEMBENTUKAN KONSEP, LOGIKA, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Vica Nahdiyatus Suaiba / 16410092
Berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interakasi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan kecerdasan.
Pembentukan Konsep
            pembentukan konsep berhubungan dengan pengasahan sifat – sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Ada beberapa teori yang mempengaruhi pembentukan konsep, di antaranya:
a) asosiasi, teori tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi, juga diketahui sebagai asosiasisme. Salam format ringkas, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk di antara kejadian (objek) setiap saat dimunculkan bersama kembali. Reinforcement (penguatan), atau sistem hadiah, dapat memfasilitasi bentuk dari ikatan. jadi pada intinya, asosiasi adalah menggabungkan suatu pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan lama yang telah tersimpan dalam memori.
b) Pengujian Hipotesis. Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Dalam sebuah eksperimen pembentukan konsep, Brunner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep seluruh alam semesta kepada partisipan dan mengindikasi suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan. Partisipan akan mengambil satu dari lain hal, diberitahu apakah itu adalah hal positif atau negatif, lalu mengambil hal yang lain dan seterusnya sampai mereka mencapai kriteria (identifikasi konsep).
Logika.
Logika adalah ilmu berpikir. Walaupun dua orang dapat berpikir tentang hal yang sama, kesimpulan mereka-keduanya diraih melalui pemikiran –mungkin berbeda, yang satu logis, dan yang lain tak logis.
Penalaran deduktif, konklusi anda dihasilkan melalui proses penalaran yang disebut penalaran deduktif, yang merupakan teknik logis di mana konklusi terkait digambarkan dari lebih banyak prinsip dasar. Johnson – Laird (1995) telah mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang logika deduktif.
1) kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah.
2) kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam koneksi seperti jika, atau, dan dan.
3) silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing – masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian.
4) menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan, misalnya beberapa pudel di Perancis lebih mahal daripada jenis anjing laing.
Penalaran Silogistik
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Salah satu cara memecahkan silogisme adalah dengan menggambar diagram venn.
Riset mengenai silogisme telah menyatakan bahwa orang – orang cenderung menarik kesimpulan dalam permasalahan silogistik berdasarkan gambaran internal yang pertama kali terbentuk mengenai premis-kadang gambaran tak sebenarnya. Maka tes kesimpulan yang logis terdiri atas usaha untuk memecahkan jalan antara premis dan kesimpulan. Isi karena bisa mempertahankan bentuk argument sambil mengubah – ubah isinya, yang belakangan juga telah menjadi alat yang berguna dalam analisis proses penalaran. Jika premis dari silogisme – silogisme benar, maka kesimpulan juga benar. walaupun, suatu kesimpulan mungkin lebih sulit diterima daripada kesimpulan yang lain.
Pengambilan Keputusan
Penalaran Induktif. Salah satu bentuk lain dari penalaran disebut penalaran induktif. Dalam penalaran induktif, sebuah kesimpulan biasanya dinyatakan secara implisit dan eksplisit dalam konteks pernyataan kemungkinan. atau lebih tepatnya penalaran dari khusus ke umum.
Pengambilan Keputusan dalam “Kehidupan Nyata”
Tidak semua argument bisa disudahi secara objektif, mungkin saja untuk menguraikan kalimat pertentangan verbal sehingga paling tidak kita bisa menganalisa komponen – komponen perselisihan dengan lebih baik. Berikut kegagalan dalam analisis logis:
1)    Dialog Penalaran. Dalam dunia nyata yang kita tinggali ini, kita bisa masuk dalam percakapan yang melibatkan argumentasi. Salah satu cara suatu argument bisa diuraikan adalah dengan mengidentifikasi komponen struktual pokok seperti yang dilakukan oleh Rips dan koleganya (Rips, 1998; Rips, Brem, & Bailenson, 1999). Untungnya, banyak argument dipecahkan secara damai – beberapa tidak disudahi dengan mulus. Komponen dari dialog argumentative terdiri dari tuntutan, kadang – kadang diikuti oleh kelonggaran, permintaan atas dasar kebenaran, atau penyangkalan, dan lain – lain.
2)   Buah Pikiran yang Keliru dari Reifikasi. Reifikasi suatu ide artinya menganggap bahwa ide itu nyata ketika sebenarnya ide itu bersifat hipotesis atau metafora.
3)   Argument Ad Hominem. Adalah argument – argument yang menyerang karakter seseorang dan bukan isi argumennya.
4)   Argument yang menggunakan Paksaan dan Kekuatan. Misalnya adalah Amerika Serikat mendapat dukungan saat perang Vietnam karena mereka adalah bangsa yang kuar dan bermoral.
5)   Menggunakan kekuasaan dan Ketenaran.
6)   Argumen mayoritas pasti Benar. argumennya adalah jika kebanyakan orang melakukan sesuatu, hal itu pasti benar.
7)   Argument Manusia Jerami. Artinya membangun suatu argument yang lemah dan menghubungkannya dengan orang lain sehingga anda bisa mengalahkannya.
Dukungan Neurosains Kognitif
          Studi ilmiah mengenai hubungan antara otak di satu sisi dan penalaran serta pemikiran di sisi lain sudah sejak dulu menjadi wilayah asli saraf (yang berkonsentrasi pada pasien dengan beragam masalah saraf) dan, baru belakangan, ahli neuropsikologi kognitif telah menemukan sebuah rangkaian tes diagnostic yang bisa digolongkan sebagai bagian dari taksiran neurologis. Tes ini didesain untuk melihat apakah orang itu bisa menemukan peraturan awal dari pembentukan konsep dan menjadi cukup fleksibel untuk mengabaikan peraturan yang telah ditegakkan sebelumnya dan menemukan sebuah peraturan baru.
Untuk mengetahui bagaimana otak bekerja saat kita menjelaskan dan berpikir sera proses reasoning secara eksklusif ilmiah dilakukan secara lisan adalah masalah dasar dalam psikologi saat ini yang telah menjadi masalah lama di ilmu filsafat. Anda dapat membayangkan lokasi berbagai item, maka hemisfer kiri mungkin akan bekerja secara minimal dan hemisfer kanan menunjukkan aktivits utama.
Kerangka Keputusan

          Adalah konsepsi tindakan, hasil keluaran, serta kontigensi pembuat keputusan yang diasosiasikan dengan pilihan – pilihan tertentu.  Penelitian pada pengambilan keputusan menunjukkan bahwa solusi untuk suatu masalah dipengaruhi oleh faktor memori (keberadaan hipotesis), referensi sudut,pandang yang mempengaruhi formulasi masalah, kegagalan untuk menyadari seberapa samakah sebuah kejadian pada populasinya, dan meremehkan sgnifikansi matematis dari kejadian yang mungkin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar