Selasa, 05 Desember 2017

Nur Amalia Hamida

Cakupan kecil berpikir dan ilmu berpikir.
Oleh : Nur amalia hamida
NIM  16410046
Pada bab sebelumnya, kita telah membahas mengenai konsep –konsep semantik. Konsep adalah suatu ide-ide abstrak yang merepresentasikan kategori – kategori informasi atau unit – unit pengetahuan. Suatu objek, dikonsepkan berdasarkan ciri-cirinya atau karakteristiknya dan kateristik suatu objek atau kejadian yang juga biasanya menjadi suatu karakteristik objek dan kejadian lainnnya.
Manusia memiliki konsep yang berbeda – beda mengenai suatu objek atau kejadian. Hal ini dikarenakan konsep bersifat subjektif. Ketika kita disuruh membayangkan sebuah “burung” maka antara manusia satu dan yang lainnya memiliki konsep yang cenderung berbeda. Lalu bagaimana konsep dapat terbentuk ? berikut ini beberapa teori mengenai pembentukan konsep.
§  Asosiasi
Menurut teori ini, ada 2 hal yang diperhatikan dalam pembentukan konsep, yakni :
1.     Menguatkan suatu pasangan yang tepat dari stimulus dengan respon yang menandakannya sebagai sebuah konsep. Ex : Kotak merah
2.    Tidak menguatkan suatu pasangan yang tepat dari stimulus dengan respon yang menandakannya sebagai sebuah konsep. Ex : Lingkaran merah
§  Pengujian Hipotesis
Menurut teori ini, tahap awal pembentukan konsep adalah dengan memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Berikut ini strategi dalam pembentukan konsep melalui pengujian hipotesis :
1.     Pemindaian stimulan : memulai dan mengeliminasi hipotesis
2.    Pemindaian berturut – turut : mulai dengan hipotesis tunggal. Dikembangkan jika berhasil, jika tidak berhasil dirubah dengan hipotesis lain.
3.    Pemusatan konservatif : mempormulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, membuat urutan penyusunan.
4.    Kemungkinan fokus : mengganti lebih dari satu ciri  dalam waktu yang sama.
Terdapat dua kemungkinan dalam kesimpulan berpikir yakni, logis dan tidak logis. Lebih dari 2000 tahun lalu, Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran untuk berpikir logis yang disebut silogisme. Terdapat tiga langkah dalam bepikir logis yakni, premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Contoh :
·         Premis mayor : Semua laki-laki adalah makhluk hidup.
·         Premis minor : Alfin adalah anak laki – laki
·         Konklusi : oleh karena itu, Alfin adalah makhluk hidup

Johnshon – Laird (1995) telah mengidentifikasikan kemungkinan yang terlibat dalam pengambilan keputusan yang terjadi dalam penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Silogisme merupkan bagian dari penalaran  deduktif. Berikut ini 4 kemungkinan pada penalaran deduktif.
1.     Kesimpulan relasional, berdasarkan hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah.
2.    Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam koneksi seperti jika dan atau.
3.    Silogisme berdasarkan permis masing –masing berisi pemberi sifat tunggal. Seperti seluruh dan sebagian.
4.    Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan permis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Contoh penalaran deduktif :
o   Semua pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm akan ditilang
o   Kamu adalan pengendara sepeda motor yang mengenakan helm
o   Oleh karena itu, kaamu tidak akan ditilang
Selain penalaran deduktif, seseorang juga dapat melakukan penalaran induktif dalam proses pengambillan keputusan. Perbedaannya adalah penalarn deduktif menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum dan penalaran induktif adalah proses menentukan keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu dan kesimpulannya berdasarkan (yang dirasa) pilihan terbaik dari sejumlah altenatif. Contoh :
o   Jika aku bekerja selama seminggu, aku akan mendapatkan cukup uang untuk pergi berbelanja
o   Aku akan bekerja selama seminggu
o   Oleh karena itu, aku akan  mendapat cukup uang untuk berbelanja


Tidak ada komentar:

Posting Komentar