Selasa, 05 Desember 2017

Rizka Amalia

PENGENALAN OBJEK
    Teori-teori perseptual menjelaskan bagaimana suatu informasi sensorik yang diterima oleh panca indera kita diolah menjadi suatu persepsi. Teori-teori ini membantu kita memahami bagaimana sebuah sensasi diproses menjadi persepsi sebuah pola atau suatu objek. Para psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori yang dimaksud adalah teori persepsi konstruktif dan teori persepsi langsung. Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi sebab lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi.
Berdasarkan sudut pandang evolusioner, kebutuhan untuk melihat bentuk, sudut dan pergerakan adalah kebutuhan yang penting sekali bagi kelangsungan hidup. Dengan semikian, tanpa adanya garis atau bentuk yang nyata, sistem kognisi-sensorik kita menggunakan informasi parsial untuk membangun bentuk-bentuk tersebut dalam upaya memahami dunia fisik yang tampak tidak beraturan.
Para penganut psikologi Gestalt hanya mempelajari cara mengorganisasi dan mengklasifikasi stimuli. Organisasi pola bagi mereka melibatkan kerja sama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa hukum Gestalt yang lain meliputi hukum keterdekatan (law of proximity), hukum kesamaan (law of similarity), hukum kontinuitas (law of continuity), dan hukum nasib bersama (law of common fate).
Teori pemrosesan bottom-up adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan. Contoh: Jika ada seseorang, kita akan mengenalinya dari bagiannya dari suara, postur, cara berjalan dan lain-lain, sehingga kita tahu itu adalah si A. Sedangkan teori pemrosesan top-down adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Contoh: kita tahu si B itu karena suaranya, postur, cara berjalan dan lain-lain.
Sebuah teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template. Sebuah template, dalam konteks pengenalan pola pada mausia merujuk pada suatu konstruk internal yang ketika dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan terjadinya pengenalan terhadap objek. Teori ini dapat kita analogikan dengan lubang kunci yang dimasuki kunci yang tepat. Pemahaman mengenai pengenalan objek diupayakan melalui dua pendekatan. Sebuah pendekatan berfokus pada penjelasan domain-general, yakni penjelasan yang menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki proses-proses umum untuk mengenal sejumlah besar kategori objek. Pendekatan lain berfokus pada penjelasan domain-spesific, yakni penjelasan yang menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki sistem-sistem fungsional yang berperan dalam pengenalan kategori objek yang spesifik dan khusus (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut pendekatan analisis fitur. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual.
Teori lain yang turut menjelaskan pengenalan objek adalah teori pencocokan prototipe. Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasikan, kita menyimpan sejumlah jenis pola-pola abstraksi dalam memori, dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebut akan dikenali.
Bagaimana kita mempelajari pola-pola yang lebih rumit? Chase dan Simon mempelajari problem ini dengan menganalisis pola rumit yang dihasilkan buah-buah catur di atas sebuah papan catur. Selain itu, para peneliti tersebut menganalisis perbedaan antara maestro-maestro catur dengan para pemain amatir. Dalam studi tersebut, pola tersusun dari kumpulan sejumlah objek, bukan fitur.

NAMA : RIZKA AMALIA
KELAS : PSIKOLOGI KOGNITIF D
NIM : 16410070


Tidak ada komentar:

Posting Komentar