Rabu, 06 Desember 2017

nurul ikhwana

BAHASA dan KOGNISI

Menurut Soenjono Dardjowidjojo mengemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Menurut Robert E. Owens, JR mengemukakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Selanjutnya, menurut Badudu dalam Nurbiana Dhieni,dkk pengertian bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan saling bertegur sapa, dan saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan pengertian kognitif atau sering disebut kognisi merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Kognitif mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Menurut Ahmad Susanto mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelegensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan pada ide-ide dan belajar.
Pengertian kognitif menurut Bandura dalam Ane Fatma dan Sri Ernawati mengemukakan bahwa pengertian kognitif adalah proses berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kognitif secara umum yaitu sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Selanjutnya pembahasan mengenai bahasa dan neurologi. Terkait hal tersebut, terdapat beberapa penelitian yang akan mencari tahu mengenai landasan neurologi dalam bahasa. Penggunaan stimulasi elektrik untuk penelitian digunakan oleh Penfield pada akhit era 1950an. Laporan protokol verbal dari pasien yang mengalami psychosurgery. Pada penelitian tersebut, peneliti memberikan aliran listrik yang bertegangan rendah ke are pemprosesan bahasa seperti area Broca, area Wernicke, dan sejumlah area di korteks motorik. Dari prosedur tersebut ditemukan bahwa listrik tersebut mengganggu dalam kemampuan berbicara. Eksperimen dengan menggunakan stimulasi elekrik juga dilakukan oleh Ojemann, hasil penelitian dari Ojemann mendukung penilitian dari Robert. Selain menggunakan stimuliasi elektrik, penelitian juga menggunakan pemindai PET yang dilakukan oleh Posner dan rekannya. Dalam penelitian ini, kata yang ditampilkan secara visual menimbulkan aktivasi di lobus oksipital, sedangkan kata yang diucapkan secara lisan menimbulkan aktivasi di korteks temporoparietal.
Kemampuaan dalam berbahasa akan ada kaitannya juga kemampuan seseorang dalam membaca. Membaca merupakan suatu bentuk identifikasi terhadap huruf. Saat membaca, kita akan melakukan gerak sakadik dan ada periode waktu saat kita berhenti atau melakukan fiksasi. Norton dan Stark menemukan bahwa selama seseorang membaca pada umumnya akan terjadi dua atau tiga gerakan sakadikperdetik, gerakan yang cepat tersebut nyanya menggunaka waktu sekitar 10 persen utnuk memandang teks. Proses membaca normal terjadi diluar area pandanganfovea, dan ketajaman akan menurun jika berada diluar fovea.
Intensitas pemprosesan pada area Wernicke dan Broca akan mengalami peningkatan siring dengan meningkatnya kerumitan kata. Ada dua pemprosesan dalam memhami suatu teks yaitu :
1. Pemprosesan Top-Down : semakin besar pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca maka akan semakin baik pemahamannya dan tidak memperdulikan jenis dari teks yang dibaca.
2. Pemprosesan Bottom-Up : pemaham akan teks didasarkan pada jenis teks yang dibaca, membaca teks ringan seperti cerita akan mudah diuji secara empirik dan membantu dalam memahami materi yang diorganisasikan dan penyimpanan terhadap materi tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar