Selasa, 21 November 2017

Firyal Nabila

Bahasa
Oleh : Firyal Nabila (16410143)
Bahasa (language), menurut para psikolog kognitif, adalah suatu sistem komunikasi yang di dalamnya pikiran-pikiran dikirimkan (transmitted) dengan perantaraan suara (sebagaiman dalam percakapan) atau simbol (sebagaimana dalam kata-kata tertulis atau isyarat-isyarat fisik). Bahasa adalah sarana utama komunikasi manusia, cara pertukaran informasi yang paling lazim.
Studi mengenai bahasa adalah studi yang dianggap penting oleh para psikolog kognitif. Perkembangan bahasa mencerminkan sebuah abstraksi yang unik, yang menjadi dasar kognisi manusia. Pemrosesan bahasa adalah sebuah komponen penting dalam penyimpanan informasi (information processing storage), berpikir, dan pemecahan masalah. Sebagian proses-proses memori manusia melibatkan informasi semantik.
Struktur Tata Bahasa
Kita juga perlu mengetahui rules of sequencing (peraturan yang mengatur urutan bentuk kata kerja [tense] menurut waktu), sehingga kita dapat menyampaikan ide-ide kita ke orang lain. Kata-kata dapat digabungkan menjadi berbagai kombinasi, sekalipun untuk menyampaikan ide yang sama. Secara teknis, studi tata bahasa (grammar) mencakup area fonologi, yakni ilmu yang mempelajari kombinasi suara-suara dalam suatu bahasa; morfologi, yakni ilmu yang mempelajari kombinasi potongan-potongan kata dan kata-kata itu sendiri sehingga menjadi unit-unit yang lebih besar; dan sintaksis, yakni ilmu yang mempelajari kombinasi kata-kata sehingga menjadi frase dan kalimat.
Hierarki Linguistik
Lingustik (linguistics) adalah ilmu yang mempelajari bahasa, dengan topik pembelajaran meliputi struktur bahasa dan berfokus pada pendeskripsian suara-suara, makna-makna, dan tata bahasa dalam percakapan. Para psikolog umumnya mempelajari cara manusia menggunakan bahasa. Ilmu yang menggabungkan kedua pendekatan tersebut (yakni psikologi dan lingustik) disebut psikolingustik (psycholinguistics). Psikolinguistik menggabungkan pendekatan psikologi dan linguistik.
Para ahli linguistik telah mengembangkan sebuah kerangka kerja bahasa yang bersifat hierarkis (berjenjang). Para ahli tersebut memiliki minat dalam pengembangan sebuah model bahasa – mencakup isi, stuktur, dan proses bahasa. Hierarki linguistik berkisar dari komponen-komponen yang fundamental ke komponen-komponen gabungan hingga ke komponen-komponen yang sangat rumit. Dengan kata lain, unit-unit suara dan unit-unit makna memiliki jenjang kerumitan yang semakin meningkat.
Fonem (phoneme) adalah unit dasar bahasa lisan yang, saat digunakan sebagai sebuah unit tunggal, tidak memiliki makna sama sekali. Fonem adalah suara-suara tunggal dalam percakapan yang dipresentasikan oleh sebuah simbol tunggal. Fonem dihasilkan oleh koordinasi yang rumit dari paru-paru, pita suara, larynx, bibir, lidah, dan gigi. Ketika seluruh organ tersebut bekerja dengan baik, suara yang dihasilkan akan dipersepsi dan dipahami dengan cepat oleh pendengar yang menguasai bahasa yang diucapkan si pembicara. Fonem dapat berupa huruf hidup, atau konsonan.
  Morfem (morpheme) adalah unit-unit terkecil yang memiliki makna, dapat berupa kata-kata atau bagian-bagian kata seperti prefiks (awalan), sufiks (akhiran), atau kombinasi prefiks-sufiks. Morfem dapat berbentuk morfem bebas atau morfem terikat. Morfem bebas adalah unit-unit bermakna yang berdiri secara mandiri, sedangkan morfem terikat adalah bagian-bagian kata. Dengan menggabungkan morfem-morfem, kita dapat membentuk jutaan kata—hampir-hampir tidak terbatas.
Morfologi (morphology) adalah studi mengenai struktur kata-kata. Sintaksis (syntax), yakni peraturan-peraturan yang mengendalikan kombinasi kata-kata dalam frase kalimat. Dalam upaya memahami struktur bahasa, para ahli linguistik telah memusatkan upaya mereka dalam dua aspek: produktivitas dan regularitas. Produktivitas mengacu pada ketidakterbatasan jumlah kalimat, frase, atau ucapan yang mungkin muncul dalam suatu bahasa, dan sifat keteraturan atau regularitas mengacu pada pola-pola sistematik dalam kalimat, frase, atau ucapan.
  Psikolinguistik
Nature versus Nurture
Teori Chomsky yang paling kontroversial adalah gagasannya bahwa komponen yang paling penting dari bahasa bersifat bawaan (nature). Berlawanan dengan itu, Skinner menyanggah bahwa bahasa diperoleh melalui pembelajaran (nurture). Kaum Behavioris meyakini bahwa bahasa berkembang melalui penguatan (reinforcement), namun Chomsky menyatakan bahwa satu-satunya aspek perkembangan bahasa yang diperoleh melalui penguatan adalah aspek morfologis.
Chomsky menyatakan bahwa penguatan semata tidak dapat menjelaskan bagaimana seorang anak mampu menghasilkan sebuah kalimat yang memiliki tata bahasa yang sempurna, sedangkan anak itu belum pernah mendengar kalimat tersebut sebelumnya. Chomsky menawarkan kecenderungan bawaan terhadap bahasa, berdasarkan struktur yang mendalam, sebagai penjelasan yang masuk akal.
Terdapat tiga teori mengenai cara perolehan bahasa: teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah predisposisi genetik yang bersifat universal (misalnya teori Chomsky); teori yang menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui himpunan penguatan-penguatan (misalnya teori Skinner); dan teori yang menyatakan perkembangan bahasa sebagai fungsi dari kemasakan biologis dan interaksi dengan lingkungan.

Firyal Nabila

Kelupaan dan Mengingat
Oleh : Firyal Nabila (16410143)
Seringkali kita mengalami kelupaan, mengapa demikian? Di sini kita akan membahas alasan-alasan mengapa memori kita terkadang “tidak berfungsi”, sehingga menempatkan kita pada situasi tidak mampu mengingat informasi yang kita inginkan. Sebenarnya, kelupaan terjadi ketika informasi yang kita dapat tidak memasuki otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh sistem atensi, akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat. Hal ini disebut kegagalan penyandian (failure to encode) dan mengacu pada kegagalan memasukkan materi ke dalam long term memory atau disebut juga dengan memori jangka panjang. Terkadang kita juga tidak menyadari bahwa informasi yang kita “pelajari” tidak sungguh-sungguh masuk dalam memori kita.
Sebuah faktor lain yang menyebabkan tejadinya kegagalan penyandian adalah faktor stress. Hukum Yerkes-Dodson (Yerkes dan Dodson, 1908) mendalilkan bahwa tingkat arousal yang sangat rendah atau sangat tinggi menghambat kinerja memori dan proses-proses kognitif yang lain. Ketika tingkat arousal sedemikian kuatnya, ha tersebut menyebabkan kelupaan karena memori yang disimpan mungkin hanya berupa bagian emosional dari pengalaman tersebut, tanpa detail yang jelas (Metcalf, 1998).
Kegagalan konsolidasi (consolidatidon failure) adalah hilangnya memori akibat gangguan organik yang terjadi saat pembentukan jejak memori (memory trace), yang berakibat pada terbentukya memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi individu yang bersangkutan dirasakan sebagai “kelupaan”. Dalam kegagalan konsolidasi, short term memory bekerja dengan normal namun gangguan terjadi pada proses perpindahan infomasi dari STM ke LTM.
Adapun menyebabkan kelupaan adalah amnesia. Amnesia adalah sejenis kelupaan yang terjadi akibat adanya problem di otak. Amnesia dapat disebabkan oleh penyakit (seperti Alzheimer dan sindrom Korsakoff), dan dapat pula diakibatkan cidera traumatik di otak (traumatic brain injury).

Faktor-faktor lain yang menyebabkan kelupaan, yaitu :
1. Decay (secara harfiah berarti “pembusukkan”) adalah memudarnya memori seiring berlalunya waktu atau akibat jarang digunakannya memori tersebut.
2. Interferensi (interference) adalah bercampur-baurnya memori-memori yang serupa.
3. Interfensi retroaktif (retroactive interference) adalah terjadinya penghambatan pengambilan memori-memori lama akibat memori baru.
4. Interferensi proaktif (proactive interference) adalah terjadinya penghambatan pengambilan memori baru akibat memori-memori lama.
5. Kegagalan pengambilan (retrieval failure) adalah ketidakmampuan menemukan isyarat memori (memory clue) yang diperlukan bagi pengambilan memori tersebut.
6. Kelupaan yang disengaja (motivated forgetting) adalah represi yang disadari terhadap memori, yang pada umumnya dilakukan seseorang untuk menghindari kenangan akan pengalaman-pengalaman traumatik.
7. Represi (repression) adalah tindakan mendorong pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam keluar dari kesadaran.
Walaupun seringkali kita kelupaan akan suatu hal, kita juga akan berusaha untuk mengingat. Mnemonik adalah suatu teknik yang memudahkan penyimpanan, atau penyandian, dan pengingatan (recall) terhadap informasi dalam memori. Para peneliti telah merancang sejumlah ragam teknik mnemonik, dan teknik-teknik tersebut melibatkan strategi-strategi seperti imagery dan mediasi (misalnya metode loci dan sistem kata bergantung), karakteristik-karakteristik fonemik dan ortografik (seperti mengingat kata dan mengingat angka), isyarat-isyarat atau pemicu fonemik (fonemic cues) dan imagery mediation (seperti mengingat nama dan metode kata kunci), dan pengorganisasian semantik. Keberhasilan mnemonik dalam memudahkan kinerja memori diatribusikan pada dukungan mnemonik dalam pengorganisasian informasi.

Firyal Nabila

Kesadaran
Oleh : Firyal Nabila (16410143)
Kesadaran adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik. Definisi kesadaran ini memiliki dua sisi. Kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitar. Kesadaran juga meliputi pengenalan seseorang akan peristiwa-peristiwa mentalnya sendiri – seperti pikiran-pikiran yang ditimbulkan oleh memori dan oleh kesadaran pribadi akan jati dirinya.
Bagi para peneliti yang berminat dalam kesadaran, pertanyaan yang fundamental berpusat pada bagaimana pikiran muncul dari aktivitas otak. Permasalahan ini disebut hard problem of conciousness (permasalahan sulit terkait kesadaran) (Chalmers, 1995). Aktivitas-aktivitas otak dapat diamati oleh orang lain, namun “pikiran hanya dapat diamati oleh pemiliknya sendiri” (Damasio, 1999, hal. 4). Teka-teki tersebut telah menyebabkan para peneliti mempelajari kesadaran mulai dari denyut terkecil aktivitas otak hingga kerumitan pengalaman subjektif saat seseorang mencium aroma setangkai mawar.
Kerangka Kerja Kesadaran : AWAREness
Kerangka kerja (framework) umum bagi kesadaran, dinamakan AWAREness (Solso, 2003; MacLin, MacLin, & Solso, 2007). Karakteristik-karakteristik utama kerangka kerja tersebut meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of Knowledge, dan Emotive. Selain itu, terdapat pula sejumlah atribut sekunder yang tercakup dalam kerangka kerja ini. Atribut-atribut sekunder tersebut adalah novelty, emergence, selectivy, dan subjectivy.
Attention (Atensi; Perhatian) : pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Kita dapat mengarahkan atensi kita ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat kita arahkan ke peristiwa-peristiwa eksternal dan internal. Bagian dari kesadaran ini diacu sebagai “lampu sorot” dan serupa dengan metafora atensi sebagai lampu sorot yang memusatkan berkas sinar ke arah yang menarik minat kita.
Wakefulness (Kesiagaan; Keterjagaan) : kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran, sebagai suatu kondisi kesiagaan, memiliki komponen arousal. Dalam bagian kerangka kerja AWAREness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya, dalam setiap harinya. Sebagai contoh, kemarin malam anda tidur dan sekarang ini anda terjaga (seharusnya)—itulah dua kondisi (state) kesadaran yang berbeda secara radikal.
Architecture (Arsitektur) : lokasi fisik struktur-stuktur fisiologis (dan proses-proses yang berhubungan dengan struktur-struktur tersebut) yang menyokong kesadaran. Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat diidentifikasi melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran.
Recall of Knowledge (Mengingat Pengetahuan) : proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya. Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall (rekognisi) terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai dunia ini.
Self-knowledge (Pengetahuan-diri) adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. World-knowledge (pengetahuan tentang dunia), memampukan kita mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang kita.
Novelty (Kebaruan) : kecenderungan untuk tidak hanya berfokus pada pikiran-pikiran dan peristiwa-peristiwa sentral, namun untuk menemukan item-item yang baru (novel), kreatif dan inovatif.
Emergence (Kemunculan) : kesadaran berbeda dengan proses-proses neural lainnya; kesadaran berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pribadi dan internal. Berbeda dengan proses-proses neural lainnya (seperti proses yang membuat anda menggerakkan mata anda agar dapat melihat objek dengan lebih jelas), proses-proses neural yang berhubungan setidaknya dengan sejumlah aspek kesadaran tampaknya berpusar pada informasi internal dan refleksi-diri. Proses-proses ini menimbulkan, setidaknya, impresi fenomenologis bahwa kesadaran muncul dari aktivitas di otak.
Selectivity (Selektivitas) dan Subjectivity (Subjektivitas) : manusia secara konstan memilih sangat sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-pikiran dapat berubah dengan cepat akibat adanya gangguan dari pikiran-pikiran baru atau dari isyarat-isyarat eksternal.
Adapun fungsi-fungsi kesadaran menurut Baars dan McGovern (1996), yaitu :
1. Adaptasi dan pembelajaran
2. Penentu prioritas dan akses
3. Rekrutmen dan kontrol
4. Pengambilan keputusan dan fungsi eksekutif
5. Deteksi kekeliruan dan pengeditan
6. Monitor diri
7. Pengorganisasian dan fleksibilitas
8. Fungsi konteks-setting
Studi fenomena sadar dan tidak-sadar dapat dibagi menjadi dua kategori topik. Dalam kelompok sadar, kita menemukan kognisi eksplisit, memori langsung, stimuli baru, memori deklaratif, mengingat, pemrosesan berdaya-upaya, dan selanjutnya, sedangkan dalam kelompok tidak-sadar kita menemukan kognisi implisit, memori jangka panjang, memori prosedural, stimulasi subliminal, mengetahui, pemrosesan otomatik, memori semantik, dan seterusnya.
Beberapa model kesadaran yang paling berpengaruh adalah model DICE dari Schacter dan model teori medan kerja global dari Baars. DICE (dissociable interactions and conscious experience), didesain untuk menjelaskan disosiasi (pemisahan) memori dalam fungsi memori normal dan fungsi memori abnormal pada orang-orang yang mengalami kerusakan otak.

Firyal Nabila

Representasi Pengetahuan Secara Verbal Dan Visual
Oleh : Firyal Nabila (16410143)
Pengetahuan adalah penyimpanan, pengintegrasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori. Pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasikan dalam memori; pengetahuan adalah bagian dari sebuah sistem atau jaringan informasi yang terstruktur; dengan kata lain, pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem yang kita gunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut.
Bahasa dan Pengetahuan
Sebuah alasan yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkat perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies lain; oleh sebab itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik. Sebuah alasan lain yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipeajari secara mendalam dalam psikologi kognitif adalah bahwa stuktur semantik memungkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis “benda” yang tersimpan dalam memori dan bagaimana “benda” yang tersimpan tersebut saling berhubungan dengan “benda” yang lain. Studi terhadap kata-kata menjadi menarik bukan karena nilai instrinksiknya, melainkan karena konsep-konsep dan hubungan-hubungan yang ditemukan dalam studi-studi tersebut, dan penemuan-penemuan tersebut mengungkap berbagai fakta sehingga struktur pengetahuan menjadi jelas dan kaya makna. Dengan mempelajari cara kata-kata direpresentasikan dalam memori, kita dapat mempelajari sejumlah hal mengenai isi, struktur, dan proses representasi pengetahuan.
Model-model kognitif mengorganisasikan data yang dihasilkan dari eksperimen-eksperimen semantik menjadi teori-teori memori yang komprehensif dan mencakup model-model set-teoretik, model perbandingan fitur, model-model jaringan, dan jaringan proposisional. Model-model set teoretik berisi gagasan bahwa konsep-konsep diorganisasikan melalui sejumlah besar set informasi, yang meliputi kategori-kategori dan atribut-atribut. Model perbandingan fitur semantik mengasumsikan bahwa sebuah struktur set-teoretik namun membedakan atribut-atribut sebagai atribut penegas (yakni fitur-fitur yang hakiki) dengan fitur-fitur karakteristik (yang bersifat deskriptif atau komplementer). Model-model jaringan mengasumsikan bahwa konsep-konsep disimpan dalam memori sebagai unit-unit independen yang saling terhubung oleh koneksi-koneksi yang spesifik dan bermakna (misalnya, “Murai adalah burung”). Terdapat pula asumsi-asumsi tambahan, yakni mengenai pengambilan memori melalui verifikasi kedua sasaran dan verifikasi konsep-konsep yang berhubungan. Asumsi lainnya menyatakan bahwa pergerakan instrastruktural selama retrieval akan membutuhkan waktu.

Jaringan-jaringan Proposisional
Sebuah proposisi (proposition) didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah (misalnya, bayi menangis).” Proposisi adalah unit terkecil yang masih mempunyai makna. Banyak ahli teori menganut konsep representasi proposisional pengetahuan.
Human Associative Memory (HAM) dan Representasi Pengetahuan
Anderson dan Bower (1973) mengkonseptualisasikan pengetahuan dalam suatu jaringan asosiasi-asosiasi semantik yang mereka sebut memori asosiatif manusia (human associative memory; HAM). Sebuah ciri utama HAM adalah penggunaan proposisi, yang berupa ungkapan-ungkapan atau pernyataan-pernyataan mengenai sifat-sifat dunia. Proposisi adalah suatu representasi atau abstraksi yang berupa kalimat; sejenis struktur lemah yang menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep. Proposisi pada umumnya dilustrasikan dengan contoh-contoh semantik, namun bentuk-bentuk informasi lainnya, seperti representasi visual, dapat pula ditampilkan dalam memori dengan menggunakan proposisi. HAM merupakan suatu model asosiasionistik dasar dan mempengaruhi representasi pengetahuan dalam jumlah terbatas.
Model-model jaringan proposisional berisi gagasan bahwa memori diorganisasikan oleh sebuah jaringan asosiatif rumit yang berisi kontruksi-kontruksi proposisional, yang merupakan unit-unit terkecil yang masih memiliki informasi yang bermakna (misalnya, “New York sungguh besar”). Adapun model representasi pengetahuan dan pemrosesan informasi yang komprehensif telah dikembangkan oleh Anderson (1983); model tersebut dinamai pengendalian pikiran secara adaptif (adaptive control of thought; ACT). Teori ACT dari Anderson ini mengajukan gagasan tentang keberadaan tiga jenis memori, yakni: memori kerja, representasi deklaratif dan memori produksi.
Memori kerja (working memory) adalah sejenis memori jangka pendek yang aktif bekerja, yang berisi informasi yang dapat diakses sistem pada saat itu juga, termasuk informasi yang diambil dari memori deklaratif jangka panjang.
Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengetahuan yang kita miliki mengenai dunia. Tampaknya, dalam pandangan Anderson, informasi episodik dan semantik disertakan dalam memori deklaratif.
Memori produktif adalah komponen utama yang terakhir dalam sistem ACT. Memori produktif sangatlah menyerupai memori prosedural, yang mengacu pada pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan hal-hal fisik.
Dalam ACT, Anderson mengajukan suatu teori yang representasi pengetahuan yang bersifat trisandi (tricode). Ketiga sandi tersebut meliputi sebuah string temporal, sebuah citra spasial dan sebuah proposisi abstrak.
Koneksionisme dan Representasi Pengetahuan
Koneksionisme (connectionism) dapat didefinisikan sebagai sebuat teori tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah set besar berisi unit-unit sederhana yang saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang terdistribusi secara paralel. Teori tersebut disusun berdasarkan asumsi bahwa unit-unit saling meragsang (excite) atau menghambat (inhibit) satu sama lain dalam sistem tersebut, secara bersamaan maupun paralel. Teori ini bertentangan dengan teori-teori pemrosesan serial, yang lazimnya digambarkan dalam diagram dengan kotak-kotak dan anak panah, yang menyatakan bahwa pemrosesan antara unit-unit dilakukan hanya secara berurutan (in sequence).
Representasi pengetahuan dalam model-model kognisi yang bersifat koneksionistik sangatlah berbeda dengan model-model yang menyimpan objek, citra, dan sebagainya. Pertama, dalam model-model koneksionistik, pola-pola itu sendiri tidaklah disimpan; item-item yang disimpan adalah kekuatan koneksi atara unit-unit, yang memungkinkan pembentukan pola-pola tersebut.
Kedua, model-model koneksionistik melakukan pendekatan terhadap pembelajaran secara berbeda. Dalam model-model representasi yang bersifat tradisional, sasaran proses pembelajaran adalah terbentuknya peraturan-peraturan eksplisit yang memungkinkan pengambilan informasi dan generalisasi isyarat-isyarat atau petunjuk-petunjuk.
Ketiga, tampaknya penting untuk mengulang bahwa model PDP adalah neurally inspired (dibuat berdasarkan asumsi-asumsi neurologis); meski demikian, model PDP tidaklah sama dengan tindakan mengidentifikasi jalur-jalur neural yang spesifik. Fakta bahwa model-model PDP bersifat neurally inspired membawa dampak langsung terhadap representasi pengetahuan.
Pengetahuan direpresentasikan dalam model-model PDP sebagai koneksi-koneksi antara unit-unit, yang secara teoritik serupa dengan cara jaringan neural merepresentasikan informasi.
Teori-teori Representasi Pengetahuan Secara Visual
1. Hipotesis Penyandian Ganda (dual-coding hypothesis), yakni hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan—sandi dan sistem penyimpanan pertama bersifat khayalan (imaginal) dan yang lainnya bersifat verbal. Hipotesis ini juga menyatakan bahwa informasi dapat disandikan dan disimpan secara imajinal maupun verbal, atau keduanya. Hipotesis ini terutama didapati dalam karya Paivio.
2. Hipotesis Proposisional-konseptual (conceptual-propositional hypothesis), yang mengajukan gagasan bahwa informasi visual dan verbal dipresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-objek beserta hubungan-hubungannya. Hipotesis ini terutama didapati dalam karya Anderson dan Bower, dan juga dalam karya Pylyshyn.
3. Hipotesis Ekuivalensi-fungsional (functional-equivalency hypothesis), yang mengajukan gagasan bahwa imagery dan persepsi melibatkan proses-proses yang serupa. Hipotesis ini terutama didapati dalam karya Shepard dan Kosslyn.


Firyal Nabila

Kognisi Sepanjang Masa Kehidupan
Oleh : Firyal Nabila (16410143)
Kognisi manusia, ditinjau dari sudut pandang perkembangan, adalah hasil dari rangkaian tahap-tahap perkembangan yang dimulai sejak tahun-tahun awal permulaan pertumbuhan pada tahap awal. Persepsi, memori, bahasa, dan proses berpikir kita dikendalikan oleh struktur genetik dasar yang kita warisi dan perubahan yang kita alami sebagai tanggapan terhadap permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial. Intinya, kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan-perubahan ini terjadi sebagai akibat proses-proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu; keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikannya; serta sebagai akibat interaksi antara perubahan fisik individu dengan lingkungannya.
Bagi Piaget, dua prinsip utama dalam perkembangan kognitif manusia adalah organisasi dan adaptasi. Organisasi (organization) mengacu pada sifat dasar struktur mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Pikiran dalam perspektif Piaget bersifat terstruktur atau terorganisasi, meningkat kompleksitasnya, dan terintegrasi. Tingkat berpikir yang paling sederhana adalah skema (scheme), yaitu representasi mental beberapa tindakan (fisik maupun mental) yang dapat dilakukan terhadap objek. Pada bayi yang baru lahir, menghisap, menggenggam, dan melihat adalah skema yang digunakan sebagai strategi kognitif bayi untuk mengetahui dunia. Dalam perkembangannya, skema-skema ini terintegrasi secara progresif dan terkoordinasi dalam pola-pola yang teratur, sehingga membentuk pikiran orang dewasa.
Adaptasi (adaptation) mencakup dua proses, yaitu asimilasi (asimilation) dan akomodasi (accomodation). Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar, dan pengasimilasiannya dengan pengetahuan dan perilaku kita sebelumnya. Akomodasi meliputi proses perubahan (adaptasi) skema lama untuk memproses informasi dan objek-objek baru di lingkungannya. Piaget meyakini bahwa manusia memiliki struktur mental, mengasimilasikan peristiwa-peristiwa eksternal, dan mengonversikannya menjadi peristiwa-peristiwa mental atau pikiran. Dengan kata lain, manusia mengakomodasikan struktur biologis kita untuk menghadapi permasalahan yang muncul dari objek-objek baru. Dengan cara yang sama, kita mengakomodasi struktur mental kita terhadap aspek-aspek baru dan asing ke dalam lingkungan mental kita. Kedua proses ini, yaitu asimilasi dan akomodasi, merupakan representasi dua aspek yang saling melengkapi satu sama lain dalam proses adaptasi.
Ciri-ciri perkembangan kognitif (Piaget) adalah : bersifat kuantitatif, perubahannya linier dalam satu tahap, dan adanya perubahan kualitatif melintasi empat tahap utama, yaitu : tahap sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif – Piaget
Tahapan
Rentang Usia
Karakteristik
Sensori-motori
0-2 tahun
Dunianya terbatas pada saat sekarang dan di sini
Belum mengenal bahasa, belum memiliki pikiran pada masa-masa awal
Belum mampu memahami realitas objektif
Pra-operasional
2-7 tahun
Pikirannya bersifat egosentris
Pemikirannya didominasi oleh persepsi
Intuisinya lebih mendominasi daripada pikiran logisnya
Belum memiliki kemampuan konservasi
Operasional-konkret
7-11 tahun
Kemampuan konservasi
Kemampuan mengklasifikasikan dan menghubungkan
Pemahaman tentang angka
Berpikir konkret
Perkembangan pikiran tentang reversibilitas

Operasional-formal
11 tahun ke atas
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh
Berpikir proposisional
Kemampuan membuat hipotesis
Perkembangan idealisme yang kuat

Teori lain mengenai perkembangan kognitif (Vygotsky) menolak determinisme biologis yang ketat dan menyatakan bahwa perkembangan didahului oleh proses belajar. Pikiran dan bahasa diyakini Vygotsky sebagai dua hal yang tidak saling tergantung, di mana pikiran terbentuk secara biologis, sementara bahasa merupakan bentukan sosial. Integrasi terjadi ketika anak menghubungkan pikiran, bahasa, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya melalui aktivitas pemberian nama.
Penelitian-penelitian yang membandingkan kognisi tingkat lanjut pada anak dan orang dewasa menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan skematik cerita yang sama dengan cara yang dilakukan orang dewasa. Sementara orang dewasa lebih mengandalkan representasi semantik, anak-anak lebih mengandalkan representasi yang berdasarkan persepsi, seperti misalnya pembayangan (imagery). Pembentukan kategori konseptual mendahului akuisi bahasa, berdasarkan pembentukan prototipe pada bayi.
Akuisi informasi mula-mula membutuhkan persepsi dan perhatian (attention) pada informasi yang bersangkutan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara kelompok subjek yang lebih muda dan kelompok subjek yang lebih tua dalam kemampuan-kemampuan seperti perhatian selektif dan kempuan untuk merespon tugas, meningkat seiring bertambahnya usia. Orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar menggunakan strategi penyandian (encoding) yang berbeda (misalnya, berganda vs. Sederhana) dengan anak-anak yang lebih kecil, dan perbedaan ini muncul pada tahap awal rangkaian pemrosesan informasi sebagai register sensorik.