Selasa, 05 Desember 2017

Alvy Arimatul Hamim

Alvy Arimatul Hamim
16410105
Neurosains Kognitif
Nerosains kognitif merupakan ilmu yang mempelajari tentang kognisi yang menekankan pada perkembangan dan fungsi-fungsi otak. Istilah neurosains kognitif sendiri berasal dari kata “kognisi’’ yang berarti suatu proses mengetahui, dan “neurosains” yang merupakan ilmu yang mempelajari sistem syaraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisir bagian-bagian otak yang sesuai dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh sebab itu ilmu ini berfokus pada otak dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak.
Ilmu ini pada mulanya berupaya untuk mengungkap struktur dan fungsi otak manusia. Pada mulanya, penelitian tentang otak (terutama otak manusia) dilakukan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, atau disebut dengan teknik postmortem. Teknik penelitian ini dilakukan demikian karena berkaitan dengan etika, hal tersebut membuat peneliti tidak mungkin melakukan penelitian dengan kondisi manusia dalam keadaan hidup. Namun dengan perkembangan teknologi, dicetuskannya teknik in vivo yang memungkinkan peneliti melakukan penelitian kepada manusia dalam kedaan hidup menggunakan alat-alat brain imaging seperti :
EEG(elektroensefalogram), merupakan alat yang mampu merekam aktivitas listrik dari otak di sepanjang kulit kepala yang kemudian tertulis dengan pena di atas gulungan kertas. Tes ini dapat menunjukan adanya gejala penyakit alzaimer, dan epilepsy.
CAT(Computarized Axial Tomografi), adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi dimana pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan suatu gambar 3 dimensi dalam suatu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran axis.
MRI(Magnetik Resonan Imaging), ialah prosedur diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan organ dalam tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio tanpa radiasi sinar X atau bahan radio aktif.
fMRI(fungtional Magnetik Resonan Imaging), adalah metodologi lain yang sangat dimanfaatkan untuk mempelajari perubahan keadaan dalam otak yang sedang bermeditasi.
Teknologi tersebut memungkinkan melakukan perekaman terhadap aktivitas otak.
Jaringan neuron yang rumit dalam otak manusia saling berhubungan satu sama lain, hal tersebut merupakan sistem paling rumit yang dikenal manusia. Kemampuan otak manusia untuk melakukan analisis perhitunga terhadap sinyal-sinyal sensoris dan pemahamannya sungguh rumit. Semua persepsi dan tingkah laku yang dilakukan manusia bersumber dari aktivitas-aktivitas neuron dalam otak mereka.  Para ilmuan masa kini berusaha membuat peta otak denagn memetakan area-area yang terlibat dalam pemrosesan visual, analisis semantik, intrepetasi auditori, dan berbagai fungsi kognitif lain yang hampir-hampir tidak terbatas jumlahnya.
Nama ilmu neurosains berawal pada tahun 1970-an di kursi belakang sebuah taksi di New York. Pada saat itu seorang tokoh dalam penelitian kedua hemister otak, yaitu Michael Gazzaniga sedang berada di dalam taksi bersama George Miller, seorang psikolog kognitif terkemuka. Kedunya sedang dalam perjalanan untuk menghadiri acara makan malam bagi para ilmuan dari Universitas Rockefeller dan Universitas Cornell. Para ilmuan tersebut sedang mempelajari bagaimana otak menghasilkan apa yang kita alami sbagai “pikiran”. Dalam acara makan malam itu sendiri memiliku topik khusus.Dalam obrolan di dalam taksi tersebut lalu lahirlah istilah “neurosains kognitif”.
Descrate meyakini adanya semacam “filamen” (benang) yang menghubungkan tangan dengan otak. Dalam contoh tersebut, sengatan panas menggerakkan “filamen” itu sehingga mengaktifkan otak, kemudian otak melepaskan cairan yang membuat lengan menarik telapak tangan dari api tersebut. Descrate menyebut mekanisme ini sebagai lengkung refleks.

Beberapa filsuf berpendapat bahwa satu-satunya dunia nyata adalah dunia pikiran, sedangkan dunia fisik hanyalah ilusi. Namun beberapa filsuf lainnya justru berpendapat sebaliknya. Mereka beranggapan bahwa dunia pikiran hanyalah bentuk dari proses dari aktivitas yang terjadi di otak. Para ilmuan yang mendukung dualisme tubuh-pikiran mempercayai bahwa tubuh dan pikiran dapat eksis bersama-sama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar