Tampilkan postingan dengan label pengenalanobjek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengenalanobjek. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Desember 2017

Rizka Amalia

PENGENALAN OBJEK
    Teori-teori perseptual menjelaskan bagaimana suatu informasi sensorik yang diterima oleh panca indera kita diolah menjadi suatu persepsi. Teori-teori ini membantu kita memahami bagaimana sebuah sensasi diproses menjadi persepsi sebuah pola atau suatu objek. Para psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori yang dimaksud adalah teori persepsi konstruktif dan teori persepsi langsung. Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi sebab lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi.
Berdasarkan sudut pandang evolusioner, kebutuhan untuk melihat bentuk, sudut dan pergerakan adalah kebutuhan yang penting sekali bagi kelangsungan hidup. Dengan semikian, tanpa adanya garis atau bentuk yang nyata, sistem kognisi-sensorik kita menggunakan informasi parsial untuk membangun bentuk-bentuk tersebut dalam upaya memahami dunia fisik yang tampak tidak beraturan.
Para penganut psikologi Gestalt hanya mempelajari cara mengorganisasi dan mengklasifikasi stimuli. Organisasi pola bagi mereka melibatkan kerja sama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa hukum Gestalt yang lain meliputi hukum keterdekatan (law of proximity), hukum kesamaan (law of similarity), hukum kontinuitas (law of continuity), dan hukum nasib bersama (law of common fate).
Teori pemrosesan bottom-up adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan. Contoh: Jika ada seseorang, kita akan mengenalinya dari bagiannya dari suara, postur, cara berjalan dan lain-lain, sehingga kita tahu itu adalah si A. Sedangkan teori pemrosesan top-down adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Contoh: kita tahu si B itu karena suaranya, postur, cara berjalan dan lain-lain.
Sebuah teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template. Sebuah template, dalam konteks pengenalan pola pada mausia merujuk pada suatu konstruk internal yang ketika dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan terjadinya pengenalan terhadap objek. Teori ini dapat kita analogikan dengan lubang kunci yang dimasuki kunci yang tepat. Pemahaman mengenai pengenalan objek diupayakan melalui dua pendekatan. Sebuah pendekatan berfokus pada penjelasan domain-general, yakni penjelasan yang menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki proses-proses umum untuk mengenal sejumlah besar kategori objek. Pendekatan lain berfokus pada penjelasan domain-spesific, yakni penjelasan yang menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki sistem-sistem fungsional yang berperan dalam pengenalan kategori objek yang spesifik dan khusus (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut pendekatan analisis fitur. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual.
Teori lain yang turut menjelaskan pengenalan objek adalah teori pencocokan prototipe. Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasikan, kita menyimpan sejumlah jenis pola-pola abstraksi dalam memori, dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebut akan dikenali.
Bagaimana kita mempelajari pola-pola yang lebih rumit? Chase dan Simon mempelajari problem ini dengan menganalisis pola rumit yang dihasilkan buah-buah catur di atas sebuah papan catur. Selain itu, para peneliti tersebut menganalisis perbedaan antara maestro-maestro catur dengan para pemain amatir. Dalam studi tersebut, pola tersusun dari kumpulan sejumlah objek, bukan fitur.

NAMA : RIZKA AMALIA
KELAS : PSIKOLOGI KOGNITIF D
NIM : 16410070


Ainun Nisfi


Ainun Nisfi (16410069)
Pengenalan Objek

Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Pengenalan pola (pattern recognition) sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Seberapapun rumitnya pengenalan suatu objek, sesungguhnya proses tersebut diselesaikan kurang dari sedetik. Berdasarkan studi-studi laboratoris (dan pengalaman sehari-hari), kita daat mengenali dan mengevaluasi objek-objek dengan cepat dan akurat, bahkan terhadap objek-objek yang asing bagi kita.
Para psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception), menyatakan bahwa manusia “mengkontruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan secara langsung dari lingkungan.
Teori perspektif konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan-perubahan pola pada stimulus asli dapat kita kenali karena adanya interferensi bawah-sadar (unconscious interference), yakni sebuah proses ketika kita secara spontan mengintegrasikan informasi dari sejumlah sumber, untuk menyusun suatu interpretasi.
Teori perspektif langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Teori perspektif langsung memiliki banyak kesamaan dengan teori “bottom-up” tentang persepsi bentuk.
Kemampuan mengenali dan mengolah pola-pola dan objek-objek visual telah dipelajari dari sejumlah perspektif teoritik yakni psikologi Gestalt, pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down, pencocokan template, analisis fitur, dan pengenalan prototipe. Teori-teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.     Pada teori Gestalt, para psikolog mengajukan bahwa persepsi pola-pola visual diorganisasikan sesuai prinsip keterdekatan (proximity), kesamaan (similarity), dan pengorganisasian spontan (spontaneous organization).
2.    Pengenalan objek dapat diawali oleh pengenalan tehadap pola, yang kemudian diikuti kesimpulan terhadap bentuk keseluruhan atau sering disebut sebagai pemrosesan bottom-up, namun dapat pula diawali dengan dibentuknya suatu hipotesis yang dibuat oleh pengamat, yang menyebabkan pengenalan terhadap keseluruhan pola dan diikuti pengenalan komponen-komponen pola yang disebut sebagai pemrosesan top-down.
3.    Teori pencocokan template mengajukan gagasan bahwa pengenalan objek terjadi ketika representasi internal stimuli tersebut (yakni gambaran stimuli yang disimpan dalam memori pengamat) sama persis dengan stimuli yang diindera sistem sensorik. Teori ini memiliki kegunaan konseptual dan praktikal, namun tidak dapat menjelaskan proses-proses kognitif yang rumit, seperti kemampuan kita menginterpretasi bentuk-bentuk yang asing dengan tepat.
4.    Teori analisis fitur mengajukan gagasan bahwa pengenalan objek terjadi hanya setelah stimuli dianalisis berdasarkan komponen-komponen dasarnya. Data-data yang diperoleh dari penelitian neurologis dan behavioral cenderung mendukung hipotesis ini.
5.    Teori pembentukan prototipe mengajukan gagasan bahwa pengenalan terhadap objek terjadi sebagai hasil dari abstraksi terhadap stimuli, yang disimpan dalam memori dan berfungsi sebagai suatu bentuk ideal, yang digunakan untuk mengevaluasi pola-pola yang diamati.
Pengenalan objek visual pada manusia melibatkan analisis visual terhadap stimuli sebagai input dan juga melibatkan penyimpanan memori jangka panjang.

Rabu, 04 Oktober 2017

muhammad ihza firdaus

Nama : Muhammad Ihza Firdaus
Nim   : 16410076

Pengenalan Objek
Memori adalah elemen pokok dari sebagian besar elemen kognitif. Memori jangka pendek adalah kapasitas penyimpanan yang terbatas diimbangi oleh kapasitas pemrosesan yang juga terbatas, dan bukan hanya itu, terdapat pula pertukaran konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Berapakah kapasitas memori jangka pendek? Memori jangka pendek (STM)  merupakan memori yang kapasitasnya terbatas pada 7 item, namun kepadatan (density) atau jumlah informasi per item dapat ditingkatkan dengan chuking (“Bongkahan” informasi yang memiliki makna). Menurut teknik Brown-Peterson mendemonstasikan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan-sementara bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat, jika kita tidak memiliki kesempatan untuk mengulang (rehearse).
Memori jangka panjang adalah unsur pusat perkembangan kognitif yang memusatkan seluruh situasi yang didalamnya individu menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Jenis-jenis Memori jangka panjang di bagi menjadi  memori eksplisit (Deklaratif) dan memori implisit (Non-deklaratif). Eksplisit yaitu mengacu pada ingatan masalalu seperti kita disuruh membuat cerita tentang berlibur dirumah nenek, sedangkan implisit yaitu mengacu pada informasi yang disimpan tanpa disadari seperti kita ditanya berapa saudara kandung kita, kita akan menjawabnya dengan spontan.

Teori- teorinya antara lain?
1.    Teori Perseptual
Dalam teori ini, ada beberapa teori presepsi yang di kembangkan oleh para peneliti, yang membantu memahami bagaimana sebuah sensasi di proses menjadi presepsi sebuah pola atau suatu objek. Para tokoh psikolog yang mempelajari prespsi telah mengembangkan 2 teori, yaitu :
a.     Persepsi konstruktif
menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” presepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menghubungkan sensasi dengan stimuli.
b.    Persepsi langsung
persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung.
2.    Pengenalan Pola Visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan logaritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Pragnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.
3.    Teori Gestalt
Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan secara natural. Hukum hukum Gestalt meliputi: 1) Hukum keterdekatan (law of promiximity). 2) Hukum kesamaan (law of similarity). 3) Hukum penutupan (law of closure). 4) Hukum simetri (law of symetry). 5) Hukum kontinuitas (law of continuity). 6) Hukum nasib bersama (law of common fate).
4.    Pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down
Terdapat dua teori dalam mengenali suatu pola. Teori pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top – down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian pola tersebut.
Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.
5.    Pencocokan template, analisis fitur, dan pencocokan prototipe
Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentuk internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan.
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana. Dua aliran utama penelitian neurologis dan behavioral telah mendukung hipotesis analisis fitural.
Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis.


Indah noor mazaya

Pengenalan objek
Indah noor mazaya 16410079
Kemampuan kita untuk mengenali jenis jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karateristik yang mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan cepat, mulus dan tanpa banyak usaha.
Teori teori presepsi berguna untuk membantu manusia untuk memahami bagaimana sebuah sensasi di proses menjadi presepsi sebuah pola atau objek. Dua teori utama tentang memahami dunia adalah sebuah teori persepsi komtruksi (constructive perception), menyatakan bahwa manuisa “mengontruksi” presepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya yakni teori presepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
  Pengenalan pola visual,Organisasi subjektif, seorang kontruksivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative. Otak menggunakan heuristic dan algoritma untuk memproses sinyal sinyal informasi (cacatan Heuristik adalah peneylidikan dan perumusan-perumusan pikiran baru yang menuntun kepada penemuan sesuatu yang baru)
  Teori gelstat, organisasi pola bagi para psikolog gestalt tersebut melibatkan kerjasama seluruh stimuli dan menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi, ada beberapa hukum gestalt :hukum keterdekatan (law of proximity), hukum kesamaan (law of similarity),hukum penutupan (law of closure), hukum simetri (law of simetry), hukum kontiutinitas, (low of contiunity), dan hukum nasib bersama (law of fate).
Asumsi yang dikemukaan oleh kohler, awalnya, bahwa pengorgananisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut. Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah memperluas bidang bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada stuktur-struktur dan proses-proses internal yang berhubungan dengan pengenaln pola yang rumit, alih alih menekankan pada karateristik dari stimuli sederhana
  Perspektif kanonik (canonic persepective) adalah sudut pandang terbaikuntuk mempersentasikan suatu objek atau citra yang pertama muncul di pikiran saat anda mengingat suatu bentuk. Resepresntasi keronik dibentuk melalui pengalaman dengan anggota-anggota sejenis dari suatu kategori atau disebut ekspemplar
  Pemrosesan Bottom Up Versus pemrosesan Top Down, teori ini yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian bagian spesifik dari suatu pola, yakni menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keselruhan. Teori kedua adalah pemrosesan top down (top-down processing) yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatupola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.
  Pencocokan temple, sebuah teori mula mula tentang cara otak mengenali pola dan objek. Teori pencocokan temple sebagai suatu teori pengenalan pola memiliki kekuatan dan kelemahan, kekuatannya jelaslah bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, otak perlu melakukan pembadingan stimuli visual tersebut dengan dengan suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori.  Kelemahan teori ini suatu interpretasi harafiah dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan
  Analisi fitur, adalah sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana manusia menyaring informasi dari stimuli rumit.  teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan suatu pemrosesan informasi tingkat tinggi yang di dahuli oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut teori ini sebelum kita memahami keseluruhan pola invormasi visual kita, kita mereduksi dan menganalisi komponen komponen informasi visual.
  Pergerakan mata dan pengenalan objek, sebuah pendekatan langsung dalam analis fitur adalah pengamatan terhadap penggerakan dan fiksasi mata. Jenis penelitian ini mengasumsikan bahwa mata membuat gerakan sakadik (gerakan mata yang “meloncat” dari satu titik fiksasi/tatapan ke titik fiksasi lainnya) yang berhubungan dengan informasi visual yang sedang di indra.
  Pencocokan prototipe(prototype matching), diasumsikan bahwa alih alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasi, kita akan menyimpan sejumlah jenis jenis pola abstraksi dalam memori, dan abstraksi tersebut berperan sebagai suatu prototipe. Selain itu pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola pola yang tidak lazim namun tetap memiliki hubungan dengan prototipe.
  Abstrak informasi visual, gagasan ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah sebuahabstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencangkup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama.
  Pseudomemori (pseudomemory) atau memori semu berawal dari sebuah eksperimen mengenai pembentukan prototipe dengan menggunakan prosedur frank dan Bransford menemukan bahwa para partisipan kerapmelakukan suatu kekeliruan, yakni “mengenali” propotipe sebagai suatu bentuk stimulus yang pernah ditampilkan sebelumnya, bahkan partisipan merasa lebih yakin dibandingkan saat mereka mengidentifikasi bentuk bentuk yang memang sudah pernah mereka lihat sebelumnya.

  Teori pembentukan protitipe : teori tendensi mental adalah sebuah propotipe dikonseptualisasikan mewakili nilai rata-rata (mean) suatu set eksemplar. Teori frekuensi atribut mengajukan gagasan bahwa sebuah propotipe mewakili mode atau kombinasi atribut atribut yang paling sering dialami seseorang.

Annisa Trihastuti

Annisa Trihastuti
16410205
Kemampuan Manusia: Pengenalan Objek
            Manusia memiliki kemampuan yang unik, yaitu mengenali objek yang familiar bagi kita. Manusia memiliki Pengenalan pola atau (pattern recognition) yang dalam sehari-hari melibatkan interaksi rumit antara persepsi, sensasi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Terdapat juga teori-teori yang membantu kita memahami  manusia mengenal objek. Diantaranya adalah
Teori Perseptual:
1.     Persepsi konstruktif (constructive perception)
·         Menyatakan bahwa manusia mengkonstruksi persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi degan memori.
·         Persepsi manusa membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasar informasi yang diterima indra.
·         Proses terjadi karena ada efek kombinasi dari informasi yang diterima sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang  dunia.
·         Hal diatas terjadi karena adanya interferensi bawah-sadar: proses secara spontan.

2.    Persepsi langsung (direct perception)
·         Menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informai secara langsung dari lingkungan.
·         Informasi dan stimuli elemen penting dalam persepsi. Lingkungan telah mengandung informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi.
·         Terdapat teori yang mengatakan bahwa Keankearagaman lapisan optiksama beragamnya dengan keanekaragaman dalam dunia ini.
Pengenalan Pola Visual
          Dalam pengenalan pola visual, manusia mempunyai kemampuan organisasi subjektif dimana terdapat kontur ilusioris (illusory contour). Kontur ilusiori merupakan ilusi yang menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek.
          Disamping itu terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) timbulnya efek kontur yang disebabkan oleh tendensi dari elemen-elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel-sel disekelilingnya.
Teori Gestalt
          Gestalt mempunayi pendapat tentang pengenalan objek ini. Organisasi Pola atau pattern organization merupakan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh relasi. Diantara hukum gestalt itu yakni:
1.     Hukum keterdekatan (law of similiarity)
2.    Hukum penutupan (law of closure)
3.    Hukum kesamaan (law of symmetry)
4.    Hukum kontinuitas (law of continuity)
5.    Hukum nasib bersama (law of commonfate)

Anggapan yang mencolok dari  psikolog gestalt adalah pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi neutral dari stimulus itu sendiri dan hanya sedikit berhubungan dengan pengalaman masa lalu terkait objek tersebut.

Perspektif Kanonik
          Perspektif kanonik adalah penggambaran suatu objek yang pertama kali muncul dipikiran manusia saat mengingat bentuk.
Pemrosesan Bottom-up versus pemrosesan top-down
          Teori pemrosesan bottom up dan top-down berkaitan dengan kemampuan mengenali uatu pola. Pemrosesan bottomup mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian spesifik terhadap suatu pola, yang menjadi landasan pengenalan secara keselutuhan. Sedangkan pemrosesan top down mengatakan proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola.
          Selain itu terdapat beberapa teori yaitu, teori pencocokan template, analisis fitur, dan pembentukan prototipe. Sehingga manusia mempunyai kemampuan unik dalam mengenali objek yang ia indera. Kemampuan yang kompleks dan melibatkan proses kognisi.


Marisatia Risma N.

Pengenalan Objek
Marisatia Risma N.
16410073

Apa sajakah benda yang kalian telah liat hari ini? Apakah kalian telah mampu mengenali dan mengidentifikasinya? Apa kalian melakukannya dengan tepat dan akurat? Jika jawaban dari ketiga pertanyaan ini adalah ‘ya’ berarti anda telah melakukan suatu proses berpikir. Menurut Plato pengenalan terhadap objek yang dilihat adalah bentuk paling sederhana dari berpikir. Kemampuan kita untuk mengenali jenis-jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut memampukan kita mengenali seorang sahabat ditengah-tengah sekumpulan orang, mengenali sebuah lagu hanya dari beberapa lagu yang kita dengar, membaca kalimat-kalimat, mengenali cita rasa minuman tertentu, atau menyadari harumnya setangkai mawar. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Kita menggunakan pengenalan objek dan pola sepanjang waktu, namun ironisnya pemahaman tentang struktur kognitif yang mendukung pengenalan tersebut baru dikembangkan belakangan ini.
Teori-teori perseptual membahas tentang karakteristik fisik dunia. Melalui lima panca indera, kita dapat menangkap informasi sehingga kita memerlukan penyimpanan sensorik sementara dan penyaringan sensorik yang rumit untuk membantu menerima jenis dan informasi yang ditangkap oleh otak. Para psikolog berpendapat bahwa persepsi tentang pemahaman manusia untuk memahami dunia itu ada dua macam yaitu persepsi kontruktif (construction perception)  yang menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan cara aktif, dan persepsi langsung (direct perception) menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Masing-masing teori tentang persepsi tersebut memiliki pendukung masing-masing. Pandangan yang dapat kita simpulkan bahwa kedua teori tersebut dengan baik menjelaskan persepsi,, namun berfokus pada tahap-tahap proses yang berbeda. Pandangan persepsi langsung adalah penting bagi pemahaman kita terhadap persepsi karena dua alasan, petama karena teori tersebut menekankan pentingnya stimuli sensorik, mengindikasikan bahwa pemrosesan stimuli berlangsung secara sederhana dan langsung, dan bahwa kognisi dan persepsi langsung membantu kita memahami beberapa persepsi awal terhadap kesan-kesan sensorik. Dan teori persepsi konstruktif berguna dalam pemahaman kita tentang bagaimana kesan-kesan sensorik dipahami oleh otak. Kecenderungan deduktif manusia (dan hewan lain) dalam memahami “realita” tidaklah berguna hanya pada pemahaman stimuli yang tidak lengkap (misalnya mengenali teman anda meskipun ia telah mencukur bersih jenggotnya), namun penting bagi kelanggengan hidup spesies yang bersangkutan.
1.     Teori Perseptual
Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif (constructive perception) menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar (unconscious interference), yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.
2.    Pengenalan pola visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.
3.    Teori Gestalt
Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan secara natural. Hukum – hukum Gestalt meliputi :
a.     Hukum keterdekatan (law of promiximity)
b.    Hukum kesamaan (law of similarity)
c.     Hukum penutupan (law of closure)
d.    Hukum simetri (law of symetry)
e.    Hukum kontinuitas (law of continuity)
f.     Hukum nasib bersama (law of common fate)
Asumsi yang dikemukakan oleh Kohler, awalnya, bahwa pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut.
Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah memperluas bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada struktur – struktur dan proses – proses internal yang berhubungan dengan pengenalan pola yang rumit, alih – alih menekankan pada karakteristik dari stimuli sederhana.
4.    Pemrosesan Bottom – Up Vs Pemrosesan Top – Down
Terdapat dua pola dalam mengenali suatu pola. Teori pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top – down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian pola tersebut.
Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.
5.    Pencocokan template
Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template (template maching). Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentu internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan.
6.    Analisis fitur
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana.Dua aliran utama penelitian – neurologis dan behavioral – telah mendukung hipotesis analisis – fitural.
7.    Pencocokan prototype

Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis.

Vica Nahdiyatus Suaiba

PENGENALAN OBJEK DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF
Vica Nahdiyatus Suaiba (16410092)

Kemampuan mengenali jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan kemampuan kognitif yang pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak usaha. Adanya pengenalan pola (pattern recognition) melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Misalnya, tiap hurup dari alfabet merupakan salah satu contoh pola. Pada tulisan tangan juga merupakan contoh pola, jelas bahwa tidak semua orang memiliki jenis tulisan tangan yang sama dan beberapa tulisan tangan lebih sulit dabaca daripada yang lainnya. Namun, meskipun tulisan tersebut sulit untuk dibaca (kurang jelas), biasanya kita masih dapat membacanya, hal ini merupakan proses mengenali kata.
Perlu diketahui bahwa memori jangka panjang kita berisi gambaran-gambaran dari berbagai macam pola. Ketika kita mendengar atau melihat suatu pola, kita membentuk suatu gambaran mengenai pola tersebut dan membandingkannya dengan gambaran pola-pola yang sebelumnya tersimpan dalam LTM (long term memory) kita. Kita mampu untuk mengenali pola jika gambarannya berhubungan dekat dengan gambaran yang sebelumnya sudah tersimpan di dalam LTM kita. Meskipun ini adalah penjelasan yang masuk akal, namun masih bersifat samar-samar. Dari sini kita memiliki 3 penjelasan, di antaranya:
1.Teori template, yaitu pola yang tidak dianalisis yang dicocokan dengan pola alternatif dengan menggunakan kecepatan kelengkapan sebagai ukuran kesamaan.
2.Teori Ciri, yaitu suatu teori pengenalan pola yang menggambarkan ke dalam bagian-bagian atau ciri-cirinya.
3.Teori Penjelasan structural, yaitu suatu teori yang menentukan bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri lain dari poal tersebut.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengenalan objek ini, di antaranya:
1.     Teori-teori Pereseptual
Para psikolog yang mempelajari peresepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang manusia memahami duania. Sebuah teori, peresepsi konstruktif (constructive pereception), menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” perespektif dengan cara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, peresepsi langsung (direct pereception), menyatakan bahwa peresepsi terbentuk dari perolehan informsi secara langsung dari lingkungan.
a.   Peresepsi Konstruktif
Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama peresepsi, kita bentuk dan menguji hipotesis – hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita inderakan apa yang kita ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan dari pengalaman.
b.   Peresepsi Langsung
Teori peresepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam peresepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam peresepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Pendukung utaman dalam teori ini adalah James Gibson (1966,1979) dan para muridnya di Universitas Cornell. James Cutting (1986, 1993) menyatakan “peresepsi langsung mengasumsikan bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayaknya keanekaragaman didalam dunia ini”. Gagasan tersebut yang didukung oleh para psikolog yang berorientasi ekologis, menyatakan bahwa stimulus itu sendiri telah memiliki informasi yang cukup untuk menghasilkan peresepsi yang tepat dan tidak memerlukan adanya representasi internal.
Dan Masing-masing teori tentang peresepsi tersebut memiliki pendukungnya sendiri-sendiri, dalam jumlah besar dan dengan antusiasme yang tinggi. Dipermukaan kedua teori-teori tersebut tampaknya mengemukakan dalil-dalil yang saling bertentangan dan tidak mungkin  diperdamaikan. Menurut pandangan kami adalah bahwa kedua teori tersebut dengan baik menjelaskan peresepsi, namun berfokus pada tahap-tahap proses yang berbeda.
2.   Pengenalan pola visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik.

Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapatinhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.