Rabu, 06 Desember 2017

Mihmidati Hilmia

Nama : Mihmidati Hilmia
N I M : 16410212
PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah spesifik. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika sebuah masalah datang, kita biasanya akan menanggapinya dengan cara memilah dan memilih hal-hal penting yang berhubungan dengan masalah tersebut, sebelum kemudian menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan masalah yang kita hadapi itu.
1. Psikologi Gestalt dan pemecahan masalah
Gestalt merupakan sebuah konfigurasi; keseluruhan yang terorganisasi, atau terkenal dengan pemahaman insight dalam memecahkan masalah. Permasalah terjadi ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi dan memori. Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler berpendapat bahwa sudut pandang persepsi reorganisasi ada dalam aktivitas pemecahan masalah. Karl Duncker (1945) mengajukan konsep functional fixedness atau kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu sesuai dengan fungsi umumnya dalam pemecahan masalah. Dalam proses ini, ada istilah Set yang meliputi ide-ide yang berhubungan dengan aktivitas kognitif yang mendahului pemikiran dan persepsi. Set dapat meningkatkan kualitas persepsi atau pemikiran melalui partisipasi yang lebih aktif dalam mengartikan suatu stimulus. Selain itu, set juga dapat menghambat persepsi atau pemikiran seperti pada penelitian teka-teki lilin Duncker (1945).
2. Representasi permasalahan
— Tahapan pemecahan masalah menurut Hayes (1989):
No
Tindakan Kognitif
Sifat Permasalahan
1. 
Mengidentifikasi permasalahan
Bulan Mei dean saya akan lulus dari perguruan tinggi. Ini adalah akhir dari satu tahapan dalam hidup saya (waktunya untuk berkembang)
2. 
Representasi masalah
Saya akan menjadi pengangguran dan tidak mempunyai pendapatan. Saya harus mendapatkan pekerjaan (tidak bias lagi meminta pada ayah dan ibu)
3. 
Merencanakan sebuah solusi
Saya akan membuat lamaran, melihat lowongan pekerjaan yang ada, dan meminta pendapat dari teman dan guru (melihat apa yang ada di luar sana, mungkin saya dapat pergi ke Tibet, dan menjadi biarawan)
4. 
Merealisasikan rencana
Saya akan membuat janji dengan perusahaan yang menarik. Saya akan diwawancara oleh mereka (berspekulasi)
5. 
Mengevaluasi rencana
Saya akan mempertimbangkan setiap penawaran sesuai dengan kebutuhan dan keinginan saya dan kemudian membuat keputusan (siapa yang menawarkan gaji yang besar, liburan yang panjang dan pension awal)
6. 
Mengevaluasi solusi
Saya akan merefleksikan proses pemecahan masalah ini dan menggunakan pengetahuan ini sebagai cara pemecahan masalah di masa depan (di bagian mana kesalahan saya)
Karena itu, salah satu tahap terpenting dalam pemecahan masalah adalah representasi masalah; khususnya bagaimana informasi disajikan dalam istilah-istilah visual imajinatif. Manusia cenderung merepresentasikan sesuatu secara visual dengan prosa yang kaya imajinasi  atau biasa disebut gambaran kata(Salisbury, 1995). Penelitian lain yang mendukung adalah seperti penelitian yang dilakukan Marvin Levine (1993).
3. Representasi Internal dan Pemecahan Masalah
Model representasi internal ini diinisiasi oleh Eisenstadt dan Kareev yang mempelajari aspek-aspek pemecahan masalah manusia yang ditunjukkan oleh orang-orang yang memainkan permainan papan (Go & Gomoku). Fokus penelitian yang dilakukan adalah jenis representasi internal posisi papan yang dibuat pemain dan pada representasi pengetahuan. Proses pengenalan masalah dalam penelitian Eisenstadt dan Kareev adalah sebagai berikut:
— Atas-ke-bawah (top-down): analisis dimulai dengan usaha yang dibuat untuk memverifikasi dengan cara mencari rangsangan diikuti oleh hipotesis.
— Bawah-ke-atas (bottom-up): rangsangan diperiksa dan dicocokkan dengan komponen struktural.
Pengambilan Keputusan
1. Penalaran induktif
Keputusan dalam penalaran ini didasarkan pada pengalaman masa lalu dan kesimpulannya didapat berdasarkan apa yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif. Tversky (1972) berpendapat bahwa dalam mengambil keputusan, kita memilih alternatif dengan cara mengeliminasi pilihan yang kurang menarik secara bertahap.
2. Dukungan neurosains kognitif
Tes diagnostik berupa Tugas Menyortir Kartu Wisconsin didesain untuk melihat apakah seseorang bisa: 1) menemukan peraturan awal dari pembentukan konsep dan, 2) cukup fleksibel untuk mengabaikan peraturan yang telah ditegakkan sebelumnya dan menemukan peraturan baru. Selain itu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan problem-solving pada pasien cedera otak menghasilkan temuan bahwa pasien dengan cedera operasi di hemisfer kanan lebih buruk kemampuan reasoning-nya, dibandingkan dengan yang cedera di hemisfer kiri.
3. Kerangka keputusan
Tversky & Kahneman (1981) berpendapat bahwa kerangka keputusan adalah konsepsi tindakan, hasil keluaran, serta kontigensi pembuat keputusan yang diasosiasikan dengan pilihan-pilihan tertentu. Kerangka diadopsi seseorang saat akan membuat keputusan, dikendalikan oleh formulasi masalah serta norma, kebiasaan, dan karakteristik  personal. Kerangka ini berperan sangat kuat dalam menentukan kesimpulan yang dicapai individu dengan fakta-fakta esensial yang diberikan, tapi dalam konteks yang berbeda.
4. Mengukur kemungkinan/probabilitas
Setiap keputusan pasti berkaitan dengan perkiraan kemungkinan sukses seperti penelitian yang dilakukan oleh Tversky dan Kahneman yang mengidentifikasikan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan umum. Availability heuristic atau pengukuran probabilitas diturunkan dari generalisasi berdasarkan atas sampel yang sangat terbatas yang dapat digeneralisasikan.
5. Heuristik keterwakilan
Mengukur probabilitas juga dipengaruhi oleh besarnya keterwakilan kejadian itu dalam hubungan dengan seberapa sama kejadian tersebut dengan ciri esensial populasinya seperti penelitian yang dilakukan oleh Tversky dan Kahneman (1972), yaitu berupa representativeness heuristic.
6. Teorema Bayes dan pengambilan keputusan
Thomas Bayes (abad 18) memperkenalkan sebuah teori yang kemudian dikenal dengan istilah teori Bayes. Teori ini menyerupai model matematika yang menyediakan metode untuk mengevaluasi hipotesis perubahan nilai probabilitas. Berbeda dengan Edwards (1968) yang berpendapat bahwa kita sebenarnya cenderung menduga kemungkinan kondisi lingkungan yang lebih konservatif daripada teori Bayes sebelumnya.

Sumber:
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar