Minggu, 26 November 2017

ADHETIO RINOLVA PUTRA

ADHETIO RINOLVA PUTRA
16410162
MENJELASKAN MENGENAI KOGNISI SEPANJANG MASA
Apa yang membedakan antara manusia dengan hewan serta penciptaan Allah SWT lainnya yaitu malaikat adalah manusia memiliki akal dan nafsu yang membuat manusia memiliki kehendak yang bebas manusia bisa menjadi lebih suci dari pada malaikat saat mereka berhasil mengalahkan dorongan nafsunya dan akan menjadi lebih hina dari pada hewan apabila tidak bisa membendung dorongan yang disebut oleh Sigmund Freud dengan dorongan ID.
Dalam rantai kehidupan bumi manusia adalah pemuncak rantai makanan. Manusia tidak memiliki kekuatan yang lebih besar dari gorilla, tidak memiliki taring yang setajam harimau dan tidak memiliki kecepatan secepat cheetah, dan bobot tubuh yang lebih besar dari dinosaurus. Akan tetapi, manusia memiliki otak yang cukup untuk melakukan proses berpikir sebagai senjata dalam melawan seleksi alam.
Perkembangan kognitif manusia memiliki pertanyaan mendasar apakah kecerdasan itu bawaan atau murni merupakan proses yang dilakukan individu. Selain itu pengaruh dalam kognisi memiliki dua kubu yang memiliki perbedaan dalam perkembangannya yaitu adalah Jean Piaget dan Lev vygotski.
Menurut Jean Piaget perkembangan itu tergantung dari individu itu sendiri dimana bagaimana individu mendapatkan kesempatan dan bagaimana mereka mengoptimalisasi kesempatan yang mereka dapatkan. Asimilasi merupakan proses menambahkan sebuah informasi baru dari indra kemudian informasi tersebut akan di akomodasikan kemudian menjadi informasi baru. Prinsip umum yang digunakan oleh Piaget adalah organisasi dan adapatasi. Organisasi dimana proses skema mengacu pada sifat mental yang digunakan dalam mengekspolarasi dunia. Bayi dengan menghisap dan beberapa kemampuan dasar bawaan lahirnya, anak – anak dengan dunianya sendiri, begitu juga dengan remaja dan orang dewasa yang telah mematangkan proses kognisinya memiliki cara pandang yang berbeda dengan bayi dan anak – anak.
Piagaet membagi proses perkembangan kognisi kedalam periode sensimotor, pra operasional, operasional konkreta, operasional formal. Yang dimana proses tersebut sesuai dengan umur dari manusia mulai dari bayi sampai menjadi orang dewasa.
Selanjutnya adalah pendapat yang terbalik dengan Piaget dikemukakan oleh Vygotski, dimana menurutnya perkembangan kognitif itu sangat erat kaitanya dengan orang disekitar kita. Vygotski menerima rangkaian proses perkembangan dari sensomotorik sampai kepada operasional formal akan tetapi tidak menerima penekanan pada genetika dan proses perkembangan yang hanya tergantung kepada individu itu sendiri.
Berbicara merupakan hal terpenting menurut Vygotski dalam perkembangan kognitif dimana berbicara akan membantu kita dalam memperoleh dan bertukar informasi dengan orang lain. Ketika menginternalisasikan sebuah informasi seoarang anak akan melakukan tahapan yang disebut oleh Vygotski dengan zona proksimal depelopment. Tiga tahapan perkembangan konseptual menurut vygotski adalah pembentukan konsep tematik, berantai dan abstrak.
Perkembangan kognisi manusia tidak hanya dimulai pada masa prenatal saja ketika kita mulai mengindra dunia luar, akan tetapi ketika telingan sudah berfungsi dengan baik maka kita sudah mulai melakukan kognisi untuk mengasah otak kita. Pada tahap awal otak manusiamasih menunggu pertengahan bulan kedua puluh ketika lobus sudah terbentuk dengan bagus maka proses kognisi sudah  berlangsung secara sempurna. Secara sosial lingkungan yang kaya stimulus akan memperbesar ukuran korteks otak dan menurut hasil penelitian pada hewan perkembangan janin pada tempat yang terisolasi akan membuat volume otak lebih kecil dari ukuran normal.

Kemampuan otak atau kognisi itu berbentuk menerima dan menyimpan serta memberikan atensi terhadap sebuah hal berbentuk seperti table yang terus menurun dimana semakin banyak hal yang sudah kita skemakan didalam maka atensi kita tidak akan sefokus pada saat kecil dahulu. Akan tetapi kemampuan dalam berpikir abstrak mengalmi peningkatan dari bawah menuju keatas berbanding lurus dengan usia dan kesempatan yang dimiliki. Pada masa tua manusia akan kembali menjadi seorang bayi dimana proses kognisi mulau mengalami penurunan terkadang juga akan mengalami masalah dalam hal pemanggilan kembali memori yang sudah ada.

indah noor mazaya

pemecahan masalah, kreativitas dan intelegensi manusia
indah noor mazaya 16410079

pemecahan suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Psikologi Gestalt terkenal dengam pemahaman (insight) dalam memecahkan masalah. Menurut para penganut psikologi Gestalt suatu permasalahan, khususnya masalah perseptual ada ketika ketegangan atau stress muncul sebagai hasil dari interaksi antara prespsi dan memori. Konsep Gestalt mempunyai pengaruh dalam penelitian memecahkan masalah yaitu adanya kecenderungan untuk mempreseptasikan sutau barang sesuai dengan fungsi pada umumnya, maka kecenderungan tersebut dapat mempersulit kita ketika kita dimintai untuk menggunakan barang tersebut untuk hal hal yang kurang lazim.
Kreativitas, adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang plagmatis( selalu dipandang menurut kegunaanya). Bersadarkan sejarah psikologi kognitif ada 4 tahapan dalam proses kreatif yaitu :
1.     Persiapan, memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya
2.    Inklubasi, masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya
3.    Iluminasi, memperoleh insight (pemahaman mendalam) dari masalah tersebut
4.    Verifikasi menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
Intelegensi manusia, intelegensi merupakan konsep, penalaran, pemecahan, penalaran, pemecahan masalah kreatuvitas serta memori dan presepsi yang berhubungan dengan intelegnsi manusia. Menurut Nickerson, Perkins dan Smith (1985) tentang beberapa kemampuan tentang intelegensi manusia: yaitu kemampuan untuk mengklasifikasikan pola, kemampuan untuk memodifikasi perilaku secara adiptif, kemampuan untuk befikir secara deduktif, serta kemampuan berfikir secara induktif. Terdapat beberapa teoi kognitif mengenai intelegensi :
1.     Kecepatan pemrosessan informasi, studi yang dilakuakn oleh Hunt dan lainya memunculkan dua alasan. Yang pertama bahwa paradigma pemrosesan informasi memberikan banyak prosedur yang berguna untuk studi intelegensi manusia. Kedua, memori jangka pendek berhubungan dengan komponen verbal intelegensi tidak semata mata karena jumlah yang di ingat dalam memori jangka pendek berhubungan dengan intelegensi, karena proses kognitif yang sederhana dan oprasi seperti mengidentifikasi huruf huruf pada suatu nama atau ingatan tentang suatu trigram, seperti yang terhitung pada memori jangka panjang dan memori jangka pendek bersifat sensitif terhadap perbedaan intelektual masing masing individu.
2.    pengetahuan umum,  semenjak adanya pengembangan tes intelegensi, pengetahuan umum kemudian dipertimbangkan sebagai bagian integral dari intelegensi manusia. Pemahaman mengenai informasi informasi yang ada dalam kehidupan kita merupakan bagian dari tes standar. Pengujian terhadap informasi umum dapat memberikan data dat penting mengenai pengetahuan umum dan keampuan seseorang untuk menarik informasi kembali.
3.    penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen yang penting dalam kehidupan manusia. Menuurut Sternberg dalam teori tentng intelegensi yang disebut teori triarkhis yang meliputi 3 sub teori :
a)    perilaku intelegen komponensional, terdapat tiga komponen informasi; belajar bagaimana menentukan hal hal tertentu, merencanakan hal hal yang akan dilakukan serta bagiamana cara melakukannya
b)   perilaku intelegensi eksperiensial, komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara konstektual adalah perilaku yang jelas dianngap sebagai perilaku yang “intelegent” menurut pengalaman umum
c)    perilaku intelegensi konstekstual, perilaku ini meliputi : adaptasi terhadap lingkungan, pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umumnya, menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat dan nilai nilai


Indah noor mazaya

Indah noor mazaya 16410079

Pembentukan konsep, logika dan pengambilan keputusan
Berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan pengabstrakan penalaran penggambaran pemecahan masalah logis pembentukan konsep kreativitas kecerdasan.
Pembentukan konsep berhubungan dengan pengesahan sifat sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Sedangkan definisi awal konsep adalah penggambaran mental, ide atau proses. Secara normal tersingkap mellaui metode intropeksi eksperimen, yang telah secara luasditerima sebagai teknik utama psikologs.
ASOSIASI merupakan teori tertua yang berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk diantara kejadian setiap saat dimunculkan bersama kembali. Perinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus sedangkan yang berbentuk hukuman pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus
PENGUJIAN HIPOTESIS, tahap awal dalam pembentukan konsep adalah pemilihan hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas. Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindahan dan pemusatan, adapun subtipenya adalah
1.     Pemindahan stimulan
2.    Pemindahan berturut turut
3.    Pemusatan konfesatif
4.    Kemungkinan fokus
LOGIKA, berpikir adalah proses umum untukmennetukan sebuah isu dalampikiran,sementara logikaadalah ilmu berpikir. Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang disebut silogisme, silogisme mempunya 3 langkah premis, mayor, premis, minor dan konklusi.
PENALARAN DEDUKTIF, kongkulusi yang dihasilkan melalui proses penalaran disebut penalaran deduktif. Johnson Laird (1995) mengidentifikasi 4 kemungknan dalam studi ilmiah tentang logika deduktif :
1.     Kesimpulan reasional bersadarkan perangkat logis dari hubunga sebagai: lebih dari, diseblah kanan dari, dan setelah
2.    Kesimpulan preposional, bersadarkan negasi dan dalam konteks seperti jika, atau dan
3.    Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing masing berisi sifat tunggal seperti seluurh atau sebgaian
4.    Menjumlahkan kesimpulan keantutatif bersadarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
PENALARAN silogistik, dalam penalaran silogistik terdapat 3 variable independent yang muncul yaitu bentuk argument, isi argument dan kemajemukan individu partisipan.

          Dalam penelitian pada pengambilan keputusan menunjukkan bahwa solusi untuk suatu masalah dipengaruhi oleh faktor memori (keberadaan hipotesis) refrensi sudut pandang yang mempengaruhi formulasi masalah, kegagalan untuk menyadari seberapa samakah sebuah kejadian pada populasinya dan meremehkan signifikasi matematis dari kejadian yang mungkin

Esa Laili Sindiana

Nama : Esa Laili Sindiana
Nim : 16410097
Pembentukan Konsep dan Logika
Pembentukan Konsep
            Pembentukan konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Pembentuan konsep yang digunakan adalah pengetahuan yang dapat dipertimbangkan tentang hukum dan proses pembentukan konsep. Definisi awal konsep adalah “penggambaran mental, ide, atau proses”. Ini secara normal tersingkap melalui metode introspeksi eksperimen, yang telah secara luas diterima sebagai teknik utama psikologi. Kemunduran instropeksi sebagai sebuah metode dan populernya bevafiorisme.
            Konsep juga didefinisikan dengan ciri-cirinya. Karakteristik suatu objek atau kejadian juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain. Kekhususan diantara ciri yang dapat dibuat dalam dasar kuantitatif juga dalam dasar kualitatif telah dipaparkan. Mobilitas adalah ciri kualitatif yang juga dapat diukur secara kuantitatif. Mobil kia anda mungkin memiliki mobilitas (pernyataan kualitatif) namun mungkin tidak memiliki mobilitas secara mobil Lexus seseorang yang diukur berdasarkan kecepatan. Lalu, kedua cirri dimensional(kuantitatif) dan cirri atribusional (kuantitatif) membuka pembentukan konseptual, kedua hal tersebut telah dipelajari secara luas.
Asosiasi
Teori yang tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi yang diketahui sebagai asosiasisme. Dalam format ringkas, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk antara kejadian objek setiap saat di munculkan bersama kembali. Jadi prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1) penguatan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respon yang mengidentifikasinnya sebagai sebuah konsep, dan (2) non penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus contohnya (lingkaran merah) dengan respon untuk mengidentifikasi sebagai konsep. Mekanisme seperti ini hanya menyisakan ruang kecil untuk konsep yang lazim di antara teoris kognitif modern dari struktur internal yang memilih, mengorganisir, dan mengubah bentuk informasi).
Pengujian hipotesis
Pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen.
Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin mengatur urutan eksperimen, seorang pengacara mungkin menyatakan serangkaian pertanyaan, atau seorang dokter dapat memandu satu set diagnosis yang cocok dengan diagnosis lainya.
Dalam eksperimen pembentukan konsep Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep sseluruh alam semesta kepada partisipan dan mengindikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan, partisipan akan mengambil satu dari lain hal, diberitahu apakah itu hal positif atau negative, lalu mengambil hal yang lain dan seterusnya sampai mereka mencapai criteria.
Partisipan strategi bisa memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan, masing-masing memiliki subtipenya dibawah ini :
Pemindahan simultan. Pertisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yangtak dapat dipertahankan.
Pemindahan berturut-turut. Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkan jika berhasil dan jika tidak berhasil, dapat mengantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Pemusatan konservatif. Partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu cirri) dengan memperhatikan cirri yang ,mana menjadi positif dan negative
Kemungkinan fokus,  dikarakterisasikan dengan mengganti lebih dari satu cirri dalam waktu yang sama. Walaupun teknik pemusatan konservatif bersifat metodelogis dan sepertinya terdepan untuk sebuah konsep yang sah, partisipan mungkin memilih suatu kemungkinan dengan harapan dapat menentukan konsepnya dengan lebih cepat,
Dari strategi yang diutarakan sebelumnya pemfokusan konservatif menjadi paling efektif, teknik memindai hanya memberikan tingkat kesuksesan marginal. Kesulitan dengan model Bruner adalah dalam hal tersebut mengasumsikan partisipan berpegang pada suatu strategi, dimana secara actual, partisipan berada dalam kebimbangan dan berpindah-pindah diantara beberapa strategi selama menjalankan tugas.
Logika
            Berpikir adalah proses umum menentukan sebuah isi dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir.  Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristoteles memperkenalkan suatu system penalaran atau validasi argument yang kita sebut silogisme. Silogisme mempunyai 3 langkah sebuah premi, premis minor, dan mayor, dan konklusi.
            Konklusi diraih ketika penalaran silogisme diakui valid, jika premis premisnya akurat dan bentuknya benar maka, sangat mungkin untuk menggunakan logika silogisme untuk validasi argument. Konklusi yang tak logis dapay ditentukan sebab-sebabnya terisolasi.
            Sebuah ciri menarik daripenggunaan logika silogisme dalam penelitian kognitif adalaj kemampuanya memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau mengesahkan pe,benaran dan proses pemikiran berdasarkan bentuknya alih-alih isinya.
Penalaran deduktif
            Konklusi anda dihasilkan dari proses penalaran yang disebut penalaran deduktif, yang merupakan teknik logis dimana konklusi terkait digambarkan dari lebih banyak prinsip dasar. Johnson-Laird (1995( telah mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang lohika deduktif :
1.     Kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai : lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah. Anda harus memiliki logis lebih dari
2.    Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam konsep jika, atau dan. Anda mungkin memfrasakan kembali masalah “jika Bill lebih tinggi”.
3.    Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi hal ini senderung mendatangkan kesimpulan.
Ketertarikan mengacu pada bagaimana dua tindakan membentuk sebuah hubungan dengan mudah atau alami.
Isi karena bisamempertahankan bentuk argument sambil mengubah-ubah isinya, yang belakangan juga telah menjadi alat yang berguna dalam analisis proses penalaran perhatian silogisme berikut :
Semua manusia bisa mati
Socrates adalah manusia
Oleh karena itu Socrates bisa mati
Bisa dievaluasi dengan menggunakan bentuk yang sama tapi beda isinya :
Semua manusia bermoral
Hitler adalah manusia
Oleh karena itu, Hitler bermoral
Jika premis dan silogisme ini benar, maka kesimpulan yang benar, walaupun suatu kesimpulan mungkin lebih sulit diterimm dari pada kesimpulan yang lain. Kecenderungan untuk menerima kesimpulan dari silogisme yang tidak valid jika kesimpulanya konsisten dengan sikap penilai pernah dibuktikan oleh Jnis dan Frick dalam eksperimen mereka para sarjana diminta untuk menilai kekuatan argument, dengan kekuatan yang didefinisikan sebagai “sebuah kesimpulan yang secara logis mengikuti premis-premisnya” beberapa persoalan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Banyak ular yang berwarna cerah berbisa
Ilar Cooperhead tidak berwarna cerah
Jadi Cooperhead bukan ular berbisa
Hasilnya menyatakan bahwa kesalahan partisipan cenderung di buat kearah prasangka mereka mengenai kesimpulan itu.









ANA MAULIDIAH NUR ILLAHI

NAMA : ANA MAULIDIAH NUR ILLAHI
NIM     : 16410115

FORMASI KONSEP, LOGIKA, dan PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berbicara mengenai formasi konsep, tentunnya yang paling banyak kita pikirkan adalah seperti sebuah tema suatu bangunan, café, rumah, desain taman, dan banyak lainnya, karena otak kita cenderung memikirkan mengenai  “ konsep “ , jika kita sebagai seorang arsitek yang akan membuat sebuah gedung yang tinggi dan nantinya disana akan digunakan sebagai tempat hiburan, tentunya kita akan ditanya tentang konsep saat gedung itu sudah jadi, mengapa konsep menjadi sasaran utama pertanyaan? Karena segala yang ada didalam gedung itu adalah tujuan dari konsep yang telah ditentukan, jadi jika bebbicara mengenai formasi konsep artinya adalah penataan konsep, barisan konsep sehingga membentuk sesuatu yang rapi, yang bagus dan enak dilihat.
Itu jika sebuah bangunan, bagaimana jika otak manusia? Bagaimana formasi konsep otak manusia? Tuhan menciptakan manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk diantara makhluk-NYA yang lain, maunusia mempunyai otak yang sangat sempurna, yang didalamnya dapat menerima dan menampung milyaran memeri yang datang, otak yang digunakan secara focus akan menghasilkan kesejahteraan bagi pemiliknya, namun berbeda dengan otak yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, maka otak juga tidak akan pernah memberikn manfaat yang baik bagi manusia, banyak manusia yang sukses dan berhasil meraih cita-citannya, karena mereka selalu focus akan segala sesuatu yang akan memberikan manfaat baginya dan bagi orang lainnnya, segala sesuatunya  sudah disiapkan sejak dini, jika kita memiliki suatu cita-cita, Maka persiapkan semua sejak dini, dan berfokuslah pada hal tersebut, karena hasil tidak akan pernah mengkhianati  sebuah proses, proses yang didalamnya penuh perjuangan, uraian air mata, doa-doa yang tidak pernah lepas, dan perjalanan yang terjal untuk mencapai puncaknya, akhirnya sampailah manusia pada suatu kebahagiaan yang dinantikannya, jika kita focus maka otak akan membentuk formasi  focus, otak hati, pikiran dan fisik akn saling bekerja sama membentuk formasi yang ideal dan tidak akan mudah terpatahkan jiak semua bekerja sama membentuk formasi konsep yang focus, banyak orang yang pintar gagal jadi dokter, banyak orang cantik gagal jadi model, banyak orang disiplin gagal jadi polisi, banyak orang kuat gagal jadi tentara, banyak orang berbakat jadi pengangguran, dan banyak orang biasa-biasa saja , namun mereka berfokus dengan apa yang dicita-citakan hingga akhirnya mereka menjadi seseorang  yang sukses.
Manusia hanya akan mampu berpikir maksimal pada Sesutu yang bisa ditangkap oleh logikanya, diluar itu semu akan berpikir secara abstrak, maka penting sekali jika kita menyampaikan Sesutu kepada orang lain tentunya yang dapat dicerna dengan baik oleh logika, agar tercipta hasil yang maksimal, perlunya berpikir kritis dan penggunaan logika dengan baik sangat berpengaruh kepada tingkat kualitas pemecahan persoalan yang rumit dan juga pada hasil yang alkan dicapai, banyak orang berpikir tanpa menggunakan logika dengan baik maka hasilnya kan seperti  orang yang sedang dimabuk cinta, maka “ tai kucing rasa coklat “ hujan badai hanya dianggap gerimis, maka ini sangat berpengaruh pada kesehatan mental, semua terasa indah, hal ini dikarenakan logikanya tidak digunakan dengan baik.


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kita telah melewati bahasan mengenai formasi konsep dan logika sekarang kiata akan menuju ke pengambialn keputusan, setelah melewati proses formasi konsep , yakni penataan untuk menujunu hasil yang baik, kemudian logika, yakni berpikir kritis dan baik, menggunkan akal sehat dengan baik, kemudian saatnya mengambil keputusan dengan baik, sampailah kita pada sutu keputusan yang sangat rumit, semua akan rumit bagi orang yang tidak memperhatikan formasi konsep dan berpikir menngunkana logika dengan baik, namun sebaliknya bagi orang yang sudah berfokus dengan baik pada, formasi konsep  dan berpikir dengan logika yang baik, maka keputusan yang diambil tidak akan pernah mengkhianati, keputusan tersebut sanma dengan sebuah hasil yang telah dipanen bagi seseorang, karena orang itu sudah menebar benih, menanam, merawat, memberi pupuk, dan akhirny sampilah pada proses pemanenan, tentunya yang dipanen bukanlah sebuah produk yang sembarangan, yakni yang dipanen adalah sebuah produk yang sangat berkualitas, karena orang tersebut telah melewati tahap demi tahap dengan baik dan benar.

Mihmidati Hilmia

Nama  : Mihmidati Hilmia
N I M : 16410212
PEMBENTUKAN KONSEP DAN LOGIKA
Kemampuan berpikir manusia (kognisi) menjadi daya tarik tersendiri bagi para psikolog. Mereka percaya bahwa salah satu aspek manusia ini turut berpengaruh pada keadaan mental atau psikis individu. Diantara kemampuan berpikir tersebut, ada yang disebut dengan konsep dan logika. Keduanya tak luput dari proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental, termasuk di dalamnya pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, kreativitas, dan lain sebagainya.
Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalar, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Otak besar kemudian dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan (Otak Kiri dan Otak Kanan) yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri diketahui lebih aktif ketika digunakan untuk berpikir logis dan matematis. Konsep dan logika ini bersifat dinamis yang terbentuk pada diri kita sejak usia dini dan semakin berkembang seiring bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kognisi kita.
Pembentukan konsep dan logika sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua hal tersebut sangat dibutuhkan ketika kita ingin mengetahui kesimpulan akan suatu hal atau juga dapat kita gunakan dalam pengambilan keputusan. Namun, pembentukan konsep dan logika ini sebenarnya melalui beberapa proses yang kadang tidak kita sadari secara langsung. Kemampuan untuk mengolah berbagai informasi-informasi baru atau bahkan pengalaman-pengalaman masa lalu biasa kita gunakan sebagai bahan untuk memahami, menalar dan menimbang suatu hal. Misalnya saja membandingkan dua benda (besar-kecil, panjang-pendek, jauh-dekat, dan lain-lain), menghubungkan beberapa kejadian, memahami sebab-akibat suatu peristiwa, memprediksi probabilitas keberhasilan belajar, sebagai sarana intropeksi diri, dan lain sebagainya.
Pembentukan Konsep
Menurut Solso (2008), pembentukan konsep merupakan salah satu hasil dari proses berpikir yang sangat berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Berpikir sendiri adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan kecerdasan. Solso (2008) mengajukan tiga ide dasar berpikir, yaitu:
a.    Berpikir adalah kognitif yang terjadi secara “internal”, tapi keputusan diambil lewat perilaku.
b.    Berpikir adalah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif.
c.    Berpikir bersifat langsung dan menghasilkan perilaku yang bertujuan untuk “memecahkan” masalah atau langsung menuju solusi.
Dengan demikian yang dimaksud pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau atribut-nilai tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori (Martin dan Caramazza, 1980). Terdapat dua teori tentang pembentukan konsep (dalam Solso, 2008), yaitu:
1.     Asosiasi
Teori pembentukan ini adalah konsep tertua dan yang paling berpengaruh. Pembelajaran konsep diyakini sebagai hasil dari penguatan pasangan yang tepat dari sebuah stimulus dengan respons yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep dan non-penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respons untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep.
2.    Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis telah diperkenalkan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1956) dalam buku A Study of Thinking. Mereka memperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan konsep. Menurut mereka, tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek yang diselidiki sehingga kemudian terbentuk prioritas-prioritas (proses) untuk menemukan sesuatu. Terdapat strategi yang paling efektif yang dapat digunakan dari beberapa strategi yang diutarakan Bruner dkk, yaitu pemfokusan atau pemusatan konservatif. Melalui strategi tersebut, partisipan hipotesis dan memilih kejadian positif sebagai fokusnya. Ia kemudian mengurutkan atau menyusun kembali dengan memperhatikan ciri mana yang positif dan negatif.
Logika
Secara singat, logika diartikan sebagai ilmu berpikir. Aristoteles memperkenalkan sistem penalaran atau validasi argumen: silogisme sebagai salah satu langkah dalam proses logika manusia. Silogisme memiliki 3 langkah, yaitu: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Konklusi diperoleh ketika penalaran silogistik diakui valid, jika premis-premisnya akurat dan bentuknya benar. Salah satu metode yang digunakan dalam logika ini adalah penalaran deduktif. Terdapat empat kemungkinan logika deduktif yang Johnson-Laird, (1995) sajikan, yaitu:
a.    Kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah.
b.    Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam koneksi seperti jika, atau, dan dan.
c.    Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian.
d.    Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Selain penalaran deduktif, ada pula penalaran silogistik yang biasa dipakai dalam logika berpikir. Bentuk dasar yang dipakai adalah seperti ini: “Semua A adalah B. Semua C adalah B. Jadi seluruh A adalah C”. Salah satu cara untuk memecahkan silogisme bisa dengan menggambar diagram Venn.
Dalam logika, terdapat istilah Efek Atmosfer yang merupakan kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu argumen berdasarkan bentuknya. Misalnya: perbedaan dalam memasangkan anggota A dan B akan menciptakan atmosfer berbeda, dan ujungnya kesimpulannya pun berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa orang cenderung menarik kesimpulan dalam permasalahan silogistik berdasarkan gambaran internal yang pertama kali terbentuk mengenai premis; dan terkadang gambaran yang tidak sebenarnya.


fikrotul barizah

Pembentukan Konsep, Logika dan Pengambilan Keputusan

Apa sih yang teman-teman ketahui tentang berpikir? Berpikir merupakan sebuah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan , pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan. Konsep formasi melibatkan bentuk yang tajam untuk mengklasifikasikan objek dan pecarian tata cara yang relevan dengan proses tersebut. Aktivitas kogitif melibatkan proses-proses yang penting yakni meliputi belajar, asosiasi dan pengujian hipotesis. Dan strategi yang digunakan untuk formulasi dan pengujian hipotesis selama formasi tersebut meliputi scanning dan fokus pada prosedur, namun kemudian ada juga prosedur yang berfokus pada teknik yang dirasa lebih efektif dari pada strategi scanning.
Jika kita memahami berpikir merupakan proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu tentang berpikir. Walaupun antara dua orang sedang memikirkan hal yang sama, namun kesimpulan mereka pasti tidak akan sama. Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun lalu Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang biasa kita sebut silogisme. Sebuah silogisme mempunyai 3 langkah- sebuah premis mayor, premis minor, dan konklusi. Konklusi diraih ketika penalaran silogistik diakui valid atau benar. Jika premis-premisnya akurat dan bentuknya benar, maka sangat mungkin untuk menggunakan logika silogistik untuk validasi argumen. Konklusi yang tak logis dapat ditentukan dan sebab-sebabnya terisolasi. Dan ini merupakan pernyataan ringkas mengenai dasar teori dari banyak riset mengenai pikiran dan logika.

Penelitian mengenai penalaran deduktif mengindikasikan bahwa kesimpulan silogisme dipengaruhi oleh bentuk presentasi (visualvs verbal), banyaknya alternatif bagi premis umum, bentuk argumen (positif vs negatif), pengetahuan jangka panjang yang berhubungan dengan masalah, dan level intelegensi problem solving. Penalaran induktif menghasilkan kesimpulan yang sering di ekspresikan pada kemungkinan pernyataan dan kesesuaian lebih pada pengambilan keputusan sehari-hari daripada silogisme atau penalaran deduktif. Penelitian pada pengambilan keputusan menunjukan bahwa solusi untu suatu masalah dipengaruhi oleh faktor memori (keberadaan hipotesis), referensi sudut pandang yang mempengaruhi formulasi masalah, kegagalan untuk menyadari seberapa samakah sebuah kejadian pada populasinya, dan meremehkan signifikansi matematis dari kejadian yang mungkin.

ADHETIO RINOLVA PUTRA

ADHETIO RINOLVA PUTRA
16410162
MENJELASKAN MENGENAI PEMBENTUKAN KONSEP DAN LOGIKA
Defenisi awal dari proses adalah pembentukan sebuah ide, proses ataupun mental. Teori tertua yang diketahui dalam pembentukan konsep adalah dengan cara menggabungkan dan membuat ikatan antara hal yang satu dengan hal yang lainnya sehingga membentuk sebuah makna. Contohnya adalah mengasosiasikan pondasi, tiang, beton, atap, lantai, pintu, jendela akan menjadi sebuah rumah begitu juga dengan hal lainnya seperti telur, daging, keju, beberapa sayur – sayuran yang ditumpuk dengan ditengah roti menjadi sebuah sandwich. 
Selain dalam bentuk hal yang konkrit pembentukan konsep juga dilakukan dengan reinforchment ( penguatan ) pada sebuah stimul. contohnya dalam membentuk konsep diri sebagai seorang laki – laki menangis adalah hal yang tabu sehingga ketika seorang anak laki – laki menangis mereka akan lebih mendapatkan sebuah hukuman yang menguatkan penekanan bahwa mereka tidak boleh menangis.
Berpikir adalah menentukan sebuah isu didalam pikiran. Sedangkan logika adalah bagaimana cara kita mencapai sebuah konklusi didalam pikiran. Seorang manusia dengan manusia lainya akan menghasilkan sebuah konklusi yang berbeda dengan konklusi manusia lainya karena perbedaan pengetahuan dan pengalaman. Karena itu Aristoteles memperkenalkan logika berpikir yang disebut dengan silogisme.
Didalam silogisme terdapat tiga komponen utama yaitu premis mayor, premis minor dan berakhir pada konklusi. Premis mayor adalah sebuah pernyataan umum dan bersifat besar sedangkan premis minor memiliki cakupan yang lebih kecil dalam premis mayor dan lebih spesifik.
Penalaran deduktif akan menghasilakan kemungkinan sebagai berikut :
1.     Kemungkinan relasional : lebih dari, sebelah kanan, setelah
2.    Kemungkinan proporsional : berdasarkan kepada koneksi jika, atau, dan
3.    Silogisme yaitu konlusi dari premis mayor dan minor dalam sebuah pernytaan
4.    Menjumlahkan kemungkinan kuantitatif : memiliki lebih dari satu kemungkinan
Penalaran deduktif adalah penalaran yang dibangun dari umum ke khusus sedangkan penalaran indukutif adalah sebaliknya yaitu dari khusus ke umum. Contohnya adalah dalam mengenali seseorang ada orang yang menggunakan metode deduktif mengetahui namanya lalu menjabarkan cirinya memiliki ini dan itu. Sebaliknya dalam metode deduktif orang mengetahui ini dan itu nya terlebih dahulu lalu mengetahui bahwa itu adalah siapa.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan dialog pemikiran dimana kita menjabarkan beberapa stimul dan hasilnya sampai kepada tahapan yang paling kita anggap matang kemudian kita menjadikan itu sebagai sebuah kesimpulan sehingga dilakukan aksi dari apaa yang sudah kita anggap matang tadi. Tetapi dalam pengambilakn keputusan terjadi sebuah kesalahan karena reifikasi dimana reifikasi memiliki makna menggangap ide itu nyata padahal apa yang kita anggap nyata tersebut hanya berupa hipotesis dan metafora.

Ketika seseorang melakuakn sebuah bisnis apa yang mereka pertaruhkan adalah uang, apalagi dengan seseorang yang bermain dengan modal besar. Atau bicarakan orang yang senang berjudi. Dalam permainan judi seorang petaruh akan mempertimbangkan kemungkinan menang dan kemungkinan mereka akan kalah. Metode yang digunakan seperti heuristic keterwakilan dimana tidak saja memperhitungkan ketersedian kemungkinan tetapi seberapa sering kejadian itu terjadi. Yang kedua adalah terorama bayes dengan cara merevisi nilai kemungkanan ketika terjadi kejadian baru.

Fikrotul Jauhariyah

Nama  : Fikrotul Jauhariyah
NIM    : 16410163
PEMBENTUKAN KONSEP LOGIKA
a.   Pembentukan Konsep
Pembentukan konseo berhubungan dengan pengasahan sifat – sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide . Definisi awal konsep adalah “ pengembangan mental , ide atau proses ” . Konsep didefinisikan dalam ciri – cirinya . Ciri – ciri  seperti yang telah digunakan di sini adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang merupakan karakteristik objek atau kejadian lain .
1.     Asosiasi
Teori yang tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi – juga diketahui sebagai asosiasisme . Prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah 1).hasil dari menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus ( misalnya kotak merah ) dengan respon yang mengidentifikasi sebagai sebuah konsep , dan 2) non-penguatan ( bentuk hukuman ) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus ( contohnya lingkungan merah ) dengan respon untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep .
2.    Pengujuian Hipotesis
Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memiliki hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita . Dalam subuah eksperimen pembentukan konsep , Brunei dan koleganya ( 1956 ) memperkenalkan konsep seluruh alam semesta ( misalnya seluruh variasi jumlah yang mungkin dari dimensi atau atribut ) kepada partisipan dan mengindikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan . Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan , masing – masing memiliki subtipenya di bawah ini :
1)    Pemindaian simultan . Partisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yang tak dapat dipertahankan
2)   Pemindaian erturut – turut . Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal , mengembangkannya jika berhasil dan jika tifdak berhasil , dapat menggantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya .
3)   Pemusatan konservatif . Partisipan memformulasikan hipotesis , memilih kejadian positif sebagai focus , dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali ( tiap kali hanya mengubah satu ciri ) dengan memperhatikan ciri yang mana menjadi positif dan negative
4)   Kemungkinan focus ( focus gambling ) dikarakteristikan dengan mengganti lebih dari satu ciri dalam waktu yang sama  
b.  Logika
Logika adalah ilmu berpikir . Walaupun dua orang dapat berpikir tentang hal yang sama , kesimpulan mereka –diraih melalui pemikiran – mungkin berbeda , yang satu logis , yang lain tidak logis .
1.     Penalaran Deduktif
Johnson-Laird ( 1995 ) telah mengidentifikasi 4 kemungkinan  dalam studi ilmiah tentang logika deduktif
1)    Kesimpulan rasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai : lebih dari , di sebelah kanan dari , dan setelah .
2)   Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam koneksi seperti jika , atau , dan
3)   Silogisme berdasarkan pasangan presmis yang masing – masing berisi pemberian sifat tunggal seperti selutuh atau sebagian
4)   Menjumlahkan kesimpulan , misalnya bebrapa pudel Perancis lebih mahal daripada jenis anjing yang lain .
Keempat kemungkinan ini terlibat dalam pengambilan keputusan dan telah diformalisasikan oleh para ilmuwan logis ke dalam sejenis kalkulus predikat
2.    Pelanaran Silogistik
Salah satu cra memecahkan silogisme adalah dengan menggambarkan diagram yang disebut diagram Venn . Beberapa silogisme lebih sulit dibandingkan yang lain mungkin disebabkan oleh pengetahuan dan kemapuan yang dimiliki
1)    Atmosfer Efek
Atmosfer adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu argument berdasarkan bentuknya . Dengan kata lain , mengajukan suatu argument dengan cara tertentu saja bisa mempengaruhi tingkat penerimaan argument itu .
c.    Pengamboilan Keputusan
1.     Penalaran Induktif
Dalam penalaran induktif , sebuah kesimpulan biasanya dinyatakan secara implisit atau eksplisit dalam konteks pernyataan kemungkinan . Sebuah contoh pengambilan keputusan berdasarkan penalaran induktif adalah ketika Anda memilih sebuah universitas . Misalnya Anda diterima di emoat universitas , universitas swasta yang besar (A) , universitas swasta yang kecil (B) , universitas negeri yang sedang – sedang saja (C) , universitas negeri yang besar (D) . Salah satu metodenya adalah mengevaluasi tiap pilihan dalam niali relative pilihan – pilihan itu pada dimensi terkait . Seperti (1) kualitas pengajaran , (2) biaya , (3) jarak dari rumah , (4) kesempatan sosial , dan (5) prestise . Masing-msing akan diberi nilai antara  0 sampai 10 . Dan ternyata hasilnya pilihan universitas swasta yang kecil mendapat skor paling tinggi dan  jika semua faktor ini sama pentingnya dalam pengambilan keputusan dan jika nilainya diberikan secara akurat , maka pilihan diambil adalah universitas swasta yang kecil .
d.  Pembuatan Keputusan dan Rasionalitas

Penemuan dari Tversky dan Kahneman , sejalan dengan penelitian mengani pemikiran silogisme , mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir rasional secara sempurna . Kritik dari L.J Cohen ( 1981 ) dari Universitas Oxford , yang memperdebatkan bahwa 1) rasionalitas seharusnya ditentukan oleh orang – orang pada umumnya , bukan menurut penyusunan eksperimen laboratorium yang tidak dibuat untuk mengilustrasikan pengambilan keputusan setiap hari dan tidak relevan pada kenyataannya . 2) tidak beralasan bahwa orang biasa diharapkan menjadi ahli dalam bidang hokum kemungkinan dan hokum statistika yang menjadi dasar dan batas dari penyimpangan di beberapa percobaan . 3) hokum sistem logis dan trasionalitas tidak relevan dengan dengan perilaku manusia sehari – hari .