Tampilkan postingan dengan label Neurosains kognitif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Neurosains kognitif. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Desember 2017

Artikel Neurosains Kognitif

Nama  : Fachriza Mahdiyatul Husna
NIM    : 16410036
Kelas   : Psikologi Kognitif D
 
A.   Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat (central nervous system/CNS) terdiri dari saraf tulang belakang dan otak. Namun pada pembahasan ini kita lebih berfokus pada otak. Unsur dasar pembentuk CNS adalah neuron, yakni sebuah sel yang mampu mengirimkan informasi sepanjang sistem saraf, baik informasi inter (di dalam) neuron maupun antar neuron.
Jumlah neuron dalam otak manusia melebihi 100 miliar yang terdiri dari ribuan jenis neuron yang berbeda. Namun, secara umum setiap neuron terdiri dari:
1.      Dendrit, yakni penerima impuls neural dari neuron lain yang tidak berperan dalam proses penyampaian sinyal, bentuknya seperti pohon dengan cabang dan ranting.
2.     Tubuh sel (soma), yakni sebagai penjaga kondisi dasar neuron yang menerima nutrisi dan melenyapkan limbah organik.
3.     Akson, yakni jalur panjang berbentuk tabung, penghubung tubuh sel dengan sel-sel lain melalui sebuah persimpangan yang disebut sinapsis (disini terjadi pertukaran informasi kimiawi dari satu neuron ke neuron lain dalam bentuk senyawa kimia yang disebut neurotransmitter[1]). Akson dikelilingi oleh selubung myelin (myelin sheath) yang berfungsi sebagai insulator yang mempercepat transmisi impuls neural.
4.     Terminal prasinaptik, yakni ujung akson yang dekat dengan permukaan dendrit neuron lain. (Solso, dkk, 2008)

Mekanisme Komunikasi Neuron
Muatan listrik mengalir sepanjang akson -> Neurotransmitter dilepaskan saat muatan listrik mencapai dendrit -> Neuron mengalir sepanjang sinapsis menuju reseptor di dendrit.
Neurotransmitter kimiawi mengubah polaritas atau potensi elektrik pada dendrit penerima. Sejenis neurotransmitter memiliki efek inhibitoris, yakni mencegah neuron penerima menembakkan impuls. Neurotransmitter lain memiliki fungsi eksitatoris, yaitu merangsang neuron penerima menembakkan impuls.
Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai neurotransmitter berperan dalam tugas-tugas dasar seperti menjaga keutuhan kondisi fisik sel. Beberapa senyawa lain seperti acetylcholine berperan dalam proses belajar dan mengingat. Pengetahuan manusia itu disandikan, tidak disimpan dalam satu neuron saja. Proses kognisi manusia berlangsung di pola-pola besar aktivitas neural yang terealisasi di seluruh bagian otak secara paralel melalui koneksi eksitatoris dan inhibitoris atau switches. Semakin sering sebuah neuron menembakkan impuls, semakin besar efek yang ditimbulkannya terhadap sel-sel yang memiliki hubungan sinapsis dengan neuron tersebut.
Teori Donald Hebb (1949) menyatakan pentingnya mengenali kekuatan koneksi antar unit. Pada sebuah sinapsis antara A dan B, jika A merangsang B dan menyebabkan hasil yang memuaskan (baik secara kognitif maupun behavioral) maka koneksi tersebut akan diperkuat sehingga pada koneksi selanjutnya A memiliki kemampuan yang lebih besar untuk merangsang B. Mengapa demikian? Sebab fungsi kognitif apapun yang diproses dari A ke B jika hasilnya bersifat adaptif (menguntungkan) maka kemampuan tersebut akan dipertahankan. Sebaliknya, jika hasilnya tidak memuaskan, maka koneksi akan dikurangi hingga hasilnya sama sekali diredam (Solso, dkk, 2008).

Anatomi Otak Otak manusia terbagi menjadi 2 bagian yang sejenis, yakni hemisfer serebral kiri dan kanan. Kedua hemisfer ini diselimuti oleh lapisan korteks serebral,yakni sejenis material tipis dan basah, berwarna abu-abu, dipenuhi oleh soma-soma neuron dan akson-akson pendek yang tidak berselubung myelin dan tebalnya sekitar 1,5-5 mm. Bukit yang tampak diantara lipatan disebut gyri (bentuk jamak gyrus), sedangkan galur-galur di otak disebut sulci (sulcus). Sulci yang dalam dan meyolok disebut fissure (belahan, retakan). Seluruh pikiran manusia, sensasi, pemrosesan bahasa, serta berbagai kegiatan kognitif lain berlangsung di serebral korteks ini (Solso, dkk, 2008).

Korteks Serebral Pada manusia, korteks serebral terlibat dalam persepsi, berbicara, tindakan-tindakan kompleks, berpikir, pemrosesan dan produksi bahasa, dan proses-proses lain yang menjadikan manusia berbeda dengan mamalia lain (Solso, dkk, 2008).

Lobus-lobus di Korteks Serebral Korteks serebral dibagi menjadi 4 bagian yang ditandai oleh fissures utama.
1.      Lobus frontal, terlibat dalam pengendalian impuls, pertimbangan (judgement), pemecahan masalah, pengendalian dan pelaksanaan perilaku, dan pengorganisasian yang kompleks
2.     Lobus temporal, memproses sinyal-sinyal auditori, pendengaran, pemrosesan auditori tingkat tinggi (bicara), pengenalan wajah.
3.     Lobus parietal, mengintegrasikan informasi sensoris dari pancaindera, pemanipulasian objek, pemrosesan visual-spasial
4.     Lobus oksipital atau korteks striat, terlibat dalam pemrosesan visual, yakni menerima informasi visual dari retina, memproses informasi tersebut dan mengirimkannya ke area-area yang relevan (Solso, dkk, 2008).

Area-area Sensori-Motor Dalam sebuah penelitian, seekor anjing yang dibius diberi stimulus elektrik terhadap bagian korteks. Hal ini menyebabkan reaksi menggeletar (twitch) karena arus listrik ringan pada lobus frontal menyebabkan reaksi refleks pada kaki depan (pada lengan bila diterapkan pada manusia). Arus listrik ringan diproses secara kontralateral, artinya informasi sensorik dari saraf tulang belakang (saat manusia menyentuh objek) memasuki bagian tubuh kiri dan berpindah ke tubuh bagian kanan, lalu diproses oleh hemisfer kanan. Area-area motorik di setiap hemisfer mengendalikan pergerakan sisi tubuh yang berlawanan (misalnya hemisfer kiri mengendalikan gerakan tubuh bagian kanan, dan sebaliknya).
Pada penilitian lebih lanjut, sengatan listrik ringan yang diberikan terhadap pasien-pasien manusia sebelum pembedahan membuat mereka mampu menceritakan ingatan-ingatan yang telah lama dilupakan. Dari hal ini, sang peneliti berkebangsaan Kanada, Roger Penfield, memetakan area sensorik dan motorik di otak mamalia (termasuk manusia) dan mendapatkan gambaran mengenai ukuran topografis dan fungsi otak secara umum. Semakin penting fungsi suatu organ, semakin besar ukuran korteks motorik yang mengendalikan organ atau bagian tubuh tersebut. Pemetaan terhadap area sensorik menunjukkan bahwa pemberian stimulasi listrik ringan terhadap bagian otak menghasikan sensasi di bagian tubuh yang berlawanan dengan korteks sensorik yang mendapatkan rangsangan. Misalnya pemberian stimulasi terhadap area somatosensorik yang mengendalikan gerakaan tangan di bagian otak kiri akan menghasilkan sensasi geli (tingling) di tangan bagian kanan, dan sebaliknya (Solso, dkk, 2008).

B.   Neurosains Kognitif
Neurosains kognitif adalah ilmu yang menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi meyelidiki isu-isu lama terkait pikiran dan tubuh. Ilmu ini menurut Richard Thompson dari University of Shoutern California, …adalah perkawinan alami antara neurosains dan ilmu kognitif-secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran” (2000, hal 411). Tugas neurosains kognitif adalah membongkar ulang otak: membedah arsitektur komputasionalnya menjadi unit-unit pemrosesan informasi yang terisolasi dan kemudian menentukan bagaimana  unit-unit tersebut bekerja secara komputasi maupun fisik. fungsi otak kita adalah menghasilkan perilaku yang sesuai dengan lingkungan kita. –Cosmides & Tooby (Solso, dkk, 2008).



C.   Psikologi Kognitif dan Neurosains Kognitif
Beberapa alasan para psikolog kontemporer membutuhkan informasi dan teknik neurosains, dan sebaliknya, para ilmuwan neurosains membutuhkan informasi ilmu psikologi kognitif antaralain sebagai berikut.
1.      Kebutuhan untuk menemukan bukti-bukti fisik yang yang mendukung struktur pikiran yang bersifat teoretik. Misalnya pengidentifikasian fungsi-fungsi kognitif seperti persepsi dan bahasa menggunakan alat-alat canggih
2.     Kebutuhan para ilmuwan neurosains untuk menghubungkan penemuan mereka dengan model-model fungsi otak dan kognisi yang lebih komprehensif
3.     Sasaran klinis untuk menemukan korelasi antara phatologi otak dan perilaku (simtom)
4.     Meningkatnya keterlibatan fungsi-fungsi neurologis dalam model-model yang menggambarkan kinerja pikiran
5.     Upaya para ahli komputer untuk membuat simulasi kognisi manusia dengan mengembangkan piranti lunak yang mampu berperilaku seperti otak manusia
6.     Berkembangnya teknik-teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip ke dalam otak manusia dan mengungkap struktur-struktur dan proses-proses yang belum pernah terlihat sebelumnya (Solso, dkk, 2008).

D.   Peralatan Para Ilmuwan Neurosains
Pada pembahasan ini disajikan informasi tentang sejumlah teknologi canggih disertai informasi yang disediakan oleh teknologi tersebut yang biasanya digunakan para peneliti untuk mengamati dan mengeksplorasi otak manusia secara langsung (Solso, dkk, 2008).
Nama
Alat
Informasi yang Direkam
Tampilan
Informasi yang Didapat
EEG (Elektroence-phalogram)
Elektroda-elektroda noninvasif di kulit kepala
Sinyal-sinyal elektrik (aktivitas neural)
Grafik
Waktu yang dibutuhkan untuk memproses stimuli
CT (Computed Axial Tomography)
Pemindai X-ray
Kepadatan jaringan
Tampilan 3D
Struktur otak
PET (Positron Emission Tomography)
Pemindai radioaktif
Aliran darah serebral regional (penggunaan glukosa)
Tampilan 3D yang diberi kode-kode berwarna
Fungsi otak
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemindai Elektromagnetik
Kepadatan atom-atom hidrogen
Tampilan 3D
Struktur otak
fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging)
Pemindai Elektromagnetik
Kepadatan atom-atom hidrogen
Tampilan-tampilan 3D
Struktur dan fungsi otak
MEG (Magnetoence-phalography)
Pemindai Elektromagnetik
Medan-medan magnetik (dari aktivitas sel saraf)
Tampilan 3D
Fungsi otak
TMS (Transcranial Magnetic Stimulation)
Tongkat yang menembakkan muatan magnetik
Aktivitas neural
Digabungkan dengan EEG atau MEG
Fungsi otak; subjek penelitian melaporkan pengalaman selama pengetesan
Micro CT (X-ray micro tomography)
Pemindai X-ray
Kepadatan material
Tampilan 3D
Struktur objek-objek yang sangat kecil




[1] Neurotransmitter adalah pesan kimiawi yang diaktifkan di membran dendrit di neuron penerima. Lihat: Solso, dkk., Psikologi Kognitif,

Selasa, 05 Desember 2017

Rizka Amalia

NEUROSAINS KOGNITIF
Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan Neorosains ? Apakah yang terpikir ketika kita mendengar Neorosains? Ya, benar. Tentunya kita akan terpikir dengan otak dan sistem saraf lainnya. Neorosains kognitif merupakan bidang studi yang berbicara terkait otak dan aspek sistem saraf dengan pemprosesan kognitif dalam diri manusia serta hubungannya dengan aspek prilaku. Organ pengontrol tubuh manusia yang kita kenal dengan otak bersifat direktif sekaligus reaktif. Organ inilah yang mengontrol langsung pikiran, emosi serta motivasi dalam diri individu.
Ada beberapa perlatan ilmuan yang digunakan oleh para neorosains seperti, Electroencephalogram (EEG) membantu kita dalam mempelajari aktifitas gelombang otak yang mengindikasikan perubahan kondisi-kondisi mental seperti bermimpi, dan tidur lelap. EEG merupakan rekaman-rekaman otak manusia terkait frekuensi dan intensitas listrik dalam otak manusia yang hidup. Selain EEG, para psikolog menggunakan teknik lain juga untuk mendapatkan gambaran struktur otak seperti, pemindaian MRI. Pemindaian MRI sebuah teknik yang memberikan gambar-gambar dengan resolusi tinggi tentang struktur otak hidup. Teknik ini mampu mendeteksi lesi-lesi in vivo, seperti lesi-lesi yang berkaitan dengan gangguan penggunaan bahasa. fMRI (functional magnetic reconance imaging), digunakan untuk mendeteksi peningkatan aliran darah ke area-area otak yang aktif. CT adalah proses yang dilakukan oleh computer, yang menghasilkan citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar X-ray yang datar. Adapula yang disebut dengan pemindai PET, ini digunakan untuk memindai penggunaan glukosa pada otak.
Sistem saraf pusat terdiri dari; Dendrit, yaitu yang menerima implus neural dari neoron lain. Tubuh sel, yaitu yang bertanggungjawab menjaga kondisi dasar neuron. Akson, yaitu berfungsi menghubungkan tubuh sel dengan sel-sel lain semacam persimpangan yang disebut sinapsi.
Anatomi otak secara umum dibagi menjadi, otak depan, otak tengah dan otak belakang. Otak depan terdiri dari struktur-struktur utama yaitu kulit otak (pemprosesan informasi indrawi, berfikir dll), ganglia basalis (krusial bagi fungsi sistem motorik), sistem-sistem limbik (hipokampus : pembelajaran dan memori, amigdala : marah dan agresi, septum : rasa takut), thalamus dan hipotalamus (mengontrol sistem saraf otonom). Otak tengah terdiri dari struktur-struktur utama, yaitu kolikuli superioris (berada diatas, terlibat pada refleks-refleks visual), kolikuli inferioris (berada di bawah, terlibat pada perndengaran), sistem pengaktif retikularis (mengontrol kesadaran), materi abu-abu, nucleus merah, nigra substantia wilayah ventralis (mongontrol gerakan tubuh). Otak belakang terdiri dari struktur-struktur utama, yaitu sereblum (esensial bagi keseimbangan, koordinasi dan keharmonisan gerak otot), pons (terlibat dalam kesadaran, menjembatani transmisi neuron dari satu ke yang lain), medulla oblongata (titik persimpangan tempat saraf mengarah silang dari satu sisi tubuh ke sisi otak sebaliknya).

                                                                                     Nama : Rizka Amalia
                                                                                     NIM : 16410070

                                                                                     Kelas : psikologi Kognitif D

Fikrotul Jauhariyah


Nama  : Fikrotul Jauhariyah
NIM    : 16410163
NEUROSAINS
Sistem syaraf pusat manusia ( central nervous system / CNS ) terdiri dari saraf tulang belakang atau sumsum tulang belakang dan otak . Unsur pembentuk dari CNS adalah neuron . Jumlah neuron dalam otak manusia melebihi 100 miliar . Setiap neuron tersebut mampu menerima dan mengirim impuls dari satu neuron ke neuron yang lain dan setiap neuron mempunyai tugas dan letak  yang berbeda-beda . Ada empat bagian utama dalam neuron : 1) Dendrit ( dendrites ) berbentuk seperti serabut-serabut akar berfungsi sebagai penerima impuls . 2) Badan sel / soma ( Cell Body )merupakan pusat metabolic neuron yang berfungsi sebagai penerima nutrisi . 3) Akson ( axon ) berbentuk jalur panjang seperti tabung yang berfungsi sebagai penghubung badan dengan sel-sel lain melalui sinaps . Akson diselubungi oleh selubung myelin ( myelin sheath ) yang berperan sebagai insulator yang berfungsi mempercepat transmisi impuls neural . 4) Terminal prasinaps ( presynaptic terminals ) terletak dekat permukaan dendrit pada neuron lain yang bersifat reseptif dan bersama dendrit membentuk sinapsis .
Sinapsis adalah celah diantara neuron-neuron yang berdekatan yang menukarkan informasi kimiawi dari satu neuron ke neuron yang lain dalam bentuk senyawa kimia yang disebut neurotransmitter . Neurotransmitter dapat bersifat inhibitoris yakni memperlampat impuls atau dapat bersifat eksitatoris yakni mempercepat impuls . Contoh salah satu neurotransmitter adalah acetylcholine yang berperan dalam proses belajar dan mengingat . Secara struktural otak manusia terbagi menjadi dua , yakni hemisfer serebral kiri dan kanan . Kedua hemisfer ini diselubungi oleh lapisan korteks serebral yakni sejenis material tipis dan basah  berwarna abu-abu yang dipadati oleh sel neuron dan akson-akson pendek yang tidak diselubungi oleh selubung myelin .
Korteks Selebral
Korteks serebral terdiri dari lapisan halus dan tipis yang dipadati oleh sel-sel dan merupkan pusat proses berikir dan kognisi ( persepsi, memori, pemecahan masalah, dan pemrosesan belajar )
a.    Lobus Frontal sebagai pengendali impuls , pertimbangan , pemecahan masalah , pengendalian dan pelaksanaan perilaku , dan pengoganisasian yang kompleks .
b.    Lobus Temporal untuk memproses sinyal-sinyal audiotori , pendengaran , berbicara , pengenalan wajah .
c.    Lobus Parietal untuk mengintegrasikan informasi sensori dari pancaindera , pemanipulasian objek , pemrosesan visual-spasial .
d.    Lobus Oksipital ( korteks striat ) untuk pemrosesan visual , pemrosesan visual dari retina dan mengirimkannya ke area-area yang relevan .
Peralatan Para Ilmuwan Neurosains
1.     EEG ( Electroencephalography )
Merekam sinyal-sinyal elektrik dari aktivitas neural di otak , menggunakan serangkaian elektroda-elektroda nonivasif yang ditempelkan di kulit kepala . Sinyal-sinyal elektroda tersebut dikirim ke instrument yang menayangkan sinyal-sinyal tersebut .EEG menunjukkan jumlah waktu yang diperlukan untuk memproses stimuli , namun tidak dapat menunjukkan struktur , anatomi , dan fungsi otak .
2.    Penindai CT ( Comuted axial tomografi )
Merupakan proses yang dilakukan oleh komputer yang menghasilkan citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar X-ray yang datar ( dua dimensi ) . Mesin CT berputar mengelilingi tempurung kepala , menjatuhkan berkas-berkas sinar X  yang tipis . Sinar-sinar tersebut menembus otak dan direkam di detektor-detektor sensitif yang terletak di sisi berlawanan dari sumber sinar .
3.    Pemindai PET ( Pesitron Emission Tomography )
Memindai penggunaan glukosa di dalam otak menggunakan detector-detektor untuk mengukur partikel-partikel radio aktif dalam aliran darah untuk mengukur aliran darah selebral original .
4.    MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) dan fMRI
Menghasilkan citra-citra tak bergerak pada atom-atom hidrogen yang ditemukan dalam air . Sehingga dapat disimpulkan kepadatan atom hidrogen yang berbeda tingkatannya serta interaksi atom-atom hydrogen tersebut dengan jaringan disekelilingnya . Jumlah hydrogen dapat dijadikan acuan jumlah kadar air dalam jaringan , sehingga MRI dapat digunakan untuk tujuan diagnostik dan penelitian . Sekarang telah tersedia fMRI yang dapat menerapkan teknik-teknik perolehan citra berkinerja tinggi untuk menghasilkan sebuah gambar dalam waktu 30 milidetik , yang cukup untuk merekam fungsi-fungsi kognitif berkecepatan tinggi .
5.    MEG ( Magnetoencephalography )
Menggunakan sebuah mesin untuk mengukur aktivitas otak dari luar dengan mendeteksi medan magnet yang dihasilkan oleh aktivitas otak . MEG menghasilkan peta aktivitas otak .
6.    TMS ( Transcranial Magnetic Stimulation )
Digunakan bersama dengan EEG atau MEG untuk mengevalusai efek-efek perunahan aktivitas elektrik dalam otak dalam proses persepsi dan berikir .Muatan magnetik dialirkan ke otak melalui tongkat yang diletakkan di kepala dan diarahkan ke lokasi spesifik di otak dalam jangka waktu singkat . Kinerja otak dapat dilihat dari output EEG atau MEG selain dat diamati melalui respons pasien dalam tugas-tugas kognitif dab perseptual yang sedang dikerjaan saat itu .
7.    Micro CT
Teknologi ini menggunakan CT untuk memindai melalui mikroskop yang mampu menghasilkan citra-citra 3D dari struktur-struktur yang amat kecil . Namun , untuk hasil yang maksimal masih dilakukan penelitian lebih lanjut .

Alvy Arimatul Hamim

Alvy Arimatul Hamim
16410105
Neurosains Kognitif
Nerosains kognitif merupakan ilmu yang mempelajari tentang kognisi yang menekankan pada perkembangan dan fungsi-fungsi otak. Istilah neurosains kognitif sendiri berasal dari kata “kognisi’’ yang berarti suatu proses mengetahui, dan “neurosains” yang merupakan ilmu yang mempelajari sistem syaraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisir bagian-bagian otak yang sesuai dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh sebab itu ilmu ini berfokus pada otak dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak.
Ilmu ini pada mulanya berupaya untuk mengungkap struktur dan fungsi otak manusia. Pada mulanya, penelitian tentang otak (terutama otak manusia) dilakukan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, atau disebut dengan teknik postmortem. Teknik penelitian ini dilakukan demikian karena berkaitan dengan etika, hal tersebut membuat peneliti tidak mungkin melakukan penelitian dengan kondisi manusia dalam keadaan hidup. Namun dengan perkembangan teknologi, dicetuskannya teknik in vivo yang memungkinkan peneliti melakukan penelitian kepada manusia dalam kedaan hidup menggunakan alat-alat brain imaging seperti :
EEG(elektroensefalogram), merupakan alat yang mampu merekam aktivitas listrik dari otak di sepanjang kulit kepala yang kemudian tertulis dengan pena di atas gulungan kertas. Tes ini dapat menunjukan adanya gejala penyakit alzaimer, dan epilepsy.
CAT(Computarized Axial Tomografi), adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi dimana pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan suatu gambar 3 dimensi dalam suatu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran axis.
MRI(Magnetik Resonan Imaging), ialah prosedur diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan organ dalam tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio tanpa radiasi sinar X atau bahan radio aktif.
fMRI(fungtional Magnetik Resonan Imaging), adalah metodologi lain yang sangat dimanfaatkan untuk mempelajari perubahan keadaan dalam otak yang sedang bermeditasi.
Teknologi tersebut memungkinkan melakukan perekaman terhadap aktivitas otak.
Jaringan neuron yang rumit dalam otak manusia saling berhubungan satu sama lain, hal tersebut merupakan sistem paling rumit yang dikenal manusia. Kemampuan otak manusia untuk melakukan analisis perhitunga terhadap sinyal-sinyal sensoris dan pemahamannya sungguh rumit. Semua persepsi dan tingkah laku yang dilakukan manusia bersumber dari aktivitas-aktivitas neuron dalam otak mereka.  Para ilmuan masa kini berusaha membuat peta otak denagn memetakan area-area yang terlibat dalam pemrosesan visual, analisis semantik, intrepetasi auditori, dan berbagai fungsi kognitif lain yang hampir-hampir tidak terbatas jumlahnya.
Nama ilmu neurosains berawal pada tahun 1970-an di kursi belakang sebuah taksi di New York. Pada saat itu seorang tokoh dalam penelitian kedua hemister otak, yaitu Michael Gazzaniga sedang berada di dalam taksi bersama George Miller, seorang psikolog kognitif terkemuka. Kedunya sedang dalam perjalanan untuk menghadiri acara makan malam bagi para ilmuan dari Universitas Rockefeller dan Universitas Cornell. Para ilmuan tersebut sedang mempelajari bagaimana otak menghasilkan apa yang kita alami sbagai “pikiran”. Dalam acara makan malam itu sendiri memiliku topik khusus.Dalam obrolan di dalam taksi tersebut lalu lahirlah istilah “neurosains kognitif”.
Descrate meyakini adanya semacam “filamen” (benang) yang menghubungkan tangan dengan otak. Dalam contoh tersebut, sengatan panas menggerakkan “filamen” itu sehingga mengaktifkan otak, kemudian otak melepaskan cairan yang membuat lengan menarik telapak tangan dari api tersebut. Descrate menyebut mekanisme ini sebagai lengkung refleks.

Beberapa filsuf berpendapat bahwa satu-satunya dunia nyata adalah dunia pikiran, sedangkan dunia fisik hanyalah ilusi. Namun beberapa filsuf lainnya justru berpendapat sebaliknya. Mereka beranggapan bahwa dunia pikiran hanyalah bentuk dari proses dari aktivitas yang terjadi di otak. Para ilmuan yang mendukung dualisme tubuh-pikiran mempercayai bahwa tubuh dan pikiran dapat eksis bersama-sama.