Jumat, 08 Desember 2017

Nama : Nizal Ardiansyah
Nim  :16410072

 PEMBENTUKAN KONSEP, LOGIKA,DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEMBENTUKAN KONSEP
Berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Konsep adalah penggambaran mental, ide, atau proses. Konsep didefinisikan dalam ciri-cirinya. Yaitu karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain.
Asosiasi
Asosiasisme, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk diantara kejadian setiap saat dimunculkan bersama kembali. Prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1) menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus dengan respon yang mengidentifikasinya sebagai sebuah konsep, dan (2) non-penguatan (hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respon untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep.
Pengujian Hipotesis
Pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen. Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya melalui pembentukan prioritas-prioritas.
Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan, masing-masing memiliki subtipenya diantaranya:
 Pemindaian Stimultan
Partisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yang tak dapat dipertahankan.
a. Pemindaian Berturut-turut
Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkannya jika berhasil dan jika tidak berhasil, dapat menggantinya dengan hipotesis lain.
b. Pemusatan Konservatif
Patisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali dengan memperhatikan ciri yang mana menjadi positif dan negatif.
c. Kemungkinan Fokus
Dikarakteristikan dengan mengganti lebih dari satu ciri dalam waktu yang sama
LOGIKA
Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pemikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir. Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun lalu Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang kita sebut silogisme.
Penalaran Deduktif
Konklusi anda dihasilkan melalui penalaran yang disebtu penalaran deduktif, yang merupakan teknik logis dimana konklusi tergait digambarkan lebih banyak prinsip dasar. Johnson-Laird (1995) telah mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang deduktif:
1. Kesimpulan Rasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah.
2. Kesimpulan Prosporsional berdasarkan negasi dan dalam konteks seperti: jika, atau, dan dan.
3. Silogisme berdasarkan passangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal, seperti: seluruh atau sebagian.
4. Menjumlahkan Kesimpulan Kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Penalaran Silogistik
Riset awal untuk mempelajari penalaran silogistik didasarkan pada laporan partisipan dari “apa yang terjadi dalam kepalaku” yang juga disebut sebagai prosedur ‘berbicara keras’ ketika partisipan mengungkapkan secara verbal langkah yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah. Walaupun teknik instropeksi ini kekurangan dasar ilmu empiris yang dibutuhkan, 3 variabel independen telah muncul dari sana: bentuk argumen, isi argumen, dan kemajemukan individu partisipan.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Penalaran Induktif
Dalam penalaran induktif, sebuah kesimpulan biasanya dinyatakan secara implisit atau eksplisit dalam konteks penyataan kemungkinan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa membuat keputusan yang tidak terlalu mencerminkan hasil paradigma silogistik yang sudah dipikirkan baik-baik, tapi dalam konteks penalaran induktif, yang keputusannya berdasarkan pengalaman masa lalu dan kesimpulannya berdasarkan yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar