Kamis, 16 November 2017

MUHAMMAD IRVAN JUNAEDI

MUHAMMAD IRVAN JUNAEDI
16410111
PSIKOLOGI KOGNITIF – D
KOGNISI SEPANJANG MASA KEHIDUPAN
Apa yang dimaksud dengan perkembangan sepanjang masa ??
Perkembangan manusia dititik beratkan pada usia dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kehidupan. Perkembangan kognitif secara spesifik di fokuskan pada perubahan dalam cara berfikir, memecahkan masalah, memori dan intelegensi. Tetapi sekarang mengingat bahwa kognisi terbentang sepanjang rentang kehidupan manusia.
Kognisi manusia, ditinjau dari sudut pandang perkembangan, adalah hasil dari rangkaian tahap-tahap perkembangan yang dimulai sejak tahun-tahun awal permulaan pertumbuhan pada tahap awal, persepsi, memori, bahasa, dan proses berfikir kita dikendalikan oleh struktur genetik dasar yang diwarisi dan dialami sebagai tanggapan terhadap permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial. Intinya kognitif berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak masa bayi hingga dewasa dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat proses-proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu, keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikannya, serta sebagai akibat interaksi antara perubahan fisik individu dengan lingkungannya.

Perkembangan kognitif
Perhatian terhadap Perkembangan kognitif sepanjang rentang kehidupan individu pertama kali dirintis oleh penelitian Jean Peaget dari Swiss dan teori yang dikembangkan oleh Lev S Vygotsky.
1. Asimilasi dan Akomodasi Peaget yaitu merasa tidak puas dengan usaha para filsuf moral dan para ahli lainnya untuk menjelaskan pengetahuan manusia melalui spekulasi rasional semata-mata, Jean Peaget mengadopsi perspektif yang unik sekaligus sangat berpengaruh. Ia menetapkan bahwa intelektualitas sebagaimana fungsi-fungsi biologis adalah hasil dari adaptasi (evolutionary adaptation), dengan demikian maka jalan terbaik untuk memahami sifat dasar pemikiran orang dewasa adalah sudut pandang biologis dan evolusioner, melalui penelitian terhadap aktivitas mental sejak lahir, serta observasi terhadap perkembangan dan perubahannya sebagai upaya proses adaptasi terhadap lingkungan. Prinsip umum bagi Peaget dalam perkembangan kognitif adalah organisasi dan adaptasi.
2. Organisasi (organization) mengacu pada sifat dasar struktur mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Pikiran dalam perspektif Peaget bersifat terstruktur atau terorganisasi.
3. Adaptasi (adaptation) mencakup dua proses, yaitu asimilasi (asimilation) dan akomodasi (akomodation). Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar, dan pengasimilasiannya dengan pengetahuan dan prilaku kita sebelumnya.
Tahap-tahap perkembangan Vygotsky mengamati cara anak memilah-milah objek, seperti memilih balok yang berbeda ukuran, warna, dan bentuk. Proses pemilihan tampak berantai dan berubah-ubah. Berdasarkan observasi, Vygotsky berpikir bahwa anak melalui tiga tahapan dalam perkembangan konseptual, yaitu :
· pembentukan konsep tematik dimana nilai antara objek sangat penting
· pembentukan kosep berantai (sebagaimana telah dibahas sebelumnya
· pembentukan konsep abstrak yang menyerupai pembentukan konsep pada orang dewasa.
Perkembangan saraf pendekatan neurosainskognitif pada psikologi kognitif perkembangan menekankan pada perkembangan otak dan persamaannya dengan perubahan kognitif. perkembangan biologis otak baik pranatal, maupun post-natal secara inheren melibatkan perkembangan kognitif. proses kognitif yakni seperti preseepsi, memori, pembayangan (imagery), bahasa, berfikir dan pemecahan masalah didasarkan pada struktur dan proses-proses neurologis.


Referensi :
Solso, Robert L Dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlannga.

bahasa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Representasi pengetahuan dianggap sebagai konsep terpenting dalam psikologi kognitif . Dalam  buku Psikologi Kognitif  Robert Solso definisi pengetahuan adalah penyimpanan , pengintegrasian , dan pengorganisasian informasi dalam memori . Jika informasi diperoleh dari indera , namun tidak demikian dengan pengetahuan . Dalam definisi yang lain pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasikan dalam memori ; pengetahuan adalah bagian dari sebuah sistem atau jaringan informasi yang terstruktur ; dngan kata lain , pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem yang kita gunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut. Representasi bisa dilakukan secara verbal maupun visual . Jika membahas mengenai representasi visual maka umumnya kita membicarakan perumpamaan atau pembayangan mental ( mental imagery ) . Pembayangan mental didefinisikan sebagai suatu representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang tidak eksis pada saat terjadinya proses pembayangan .
Menghayal dan memvisualisasikan dunia imajiner dipandang penting secara fungsional karena kemungkinan kita melatih ketrampilan-ketrampilan yang pada akhirnya membantu tujuan-tujuan adaptis secara langsung ( Cosmides & Tooby , 2000 ; Leslie 1987 ) . Makna kata-kata yang diketahui seseorang berjumlah lebih besar daripada angka 20.000 – 40.000 kata , sehingga tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita bersifat verbal ( Badley 1990 ) . Dengan mempelajari cara kata-kata direpresentasikan dalam memori kita dapat mempelajari sejumlah hal mengenai isi , dan proses representasi  pengetahuan .  



B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bahasa dan pengetahuan ?
2. Bagaiman pengorganisasian pengetahuan secara semantic ?
3. Bagaimana pengorganisasian jaringan-jaringan proporsional ?
4. Apa dan bagaimana koneksionisme pengetahuan ?
5. Apa saja dan bagaiman teori representasi pengetahuan secara visual
6. Apa yang dimaksud peta kogitif ?
7. Apa yang dimaksud sinstesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud bahasa dan pengetahun
2. Memahami bagaimana pengorganisasian pengetahuan secra semantik
3. Memahami bagaiamana pengorganisasian jaringan-jaringan proporsional
4. Mengetahui bagaimana koneksionisme pengetahuan
5. Mengetahui dan mehami teori representasi pengetahuan secara visual
6. Memahami peta kognitif
7. Memahami apa yang dimaksud sinestesia







BAB II
PEMBAHASAN
A. BAHASA DAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah penyimpanan, pengintregasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori, pengethuan adalah informasi yang telah doorganisasikan dalam memori, pengetahuan adalah bagian dari sebuah sistem atau jaringan informasi yang terstruktur, dengan kata lain , pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem yang kita gunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut, Dalam pengetahuaan kita perlu dengan adanya bahasa yang berfungsi untuk mengidentifikasi jenis-jenis “benda” yang tersimpan dalam memori dan bagaimana “benda” yang tersimpan tersebut saling berhubungan dengan “benda” yang lain.
1. PENDEKATAN ASOSIASIONIS
Menurut Bower dalam penelitian sebelumnya, ia mencoba mendemonstrasikan pengaruh pengorganisasian struktural dalam mengingat bebas (free call). Bower meyakini bahwa pengorganisasian entitas-entitas semantik dalam memori memiliki pengaruh yang jauh lebih kuat terhadap memori dan mengingat dibandingkan yang didemontrasikan sebelumnya. Bower mencari pengaruh kuat terhadap kemampuan mengingat variabel-variabel organisasional dengan menyusun sejumlah hierarki konseptual.
B. PENGORGANISASIAN PENGETAHUAN SECARA SEMANTIK
Ada beberapa sejumlah mode kognitif, diantaranya adalah, Model Set-teoretik dimana model ini membahsa konsep-konsep sematik. Konsep adalah ide-ide abstrak yang merepresentasikan kategori-kategori informasi atau unit-unit pengetahuan. Selanjutnya Model Pembandingan-Fitur Semantik, model ini memiliki kesamaan dengan model Set-Teoretik dalam hal struktur set-teoretiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting,dimana asumsi pertama adalah bahwa makna sebuah kata direpresentasikan sebagai suatu rangkaian fiturfitur sematik.
Atribut dua set
Eksemplar penguin
Atribut
Konsep burung
Objek fisik
 
Objek fisik
Hidup
 
Hidup
Bergerak
 
Bergerak
Berbulu
 
Berbulu
Bertelur
 
Bertelur
Tidak
 
Bersarang
Tidak
 
Berkicau
tidak
 
terbang


 







 



Dalam pengorganisasian pengetahuan secara semantik terdapat beberapa model.
1.  Model Set-Teoritik, membahas konsep-konsep semantik. Sebagai contoh, “pisang” bukanlah konsep. Namun, ketika digabungkan dengan apel, jeruk, dan anggur, pisang menjadi bagian dari konsep “buah”.
2.  Model Pembandingan-Fitur Semantik, hampir sama dengan model set-teoritik, namun memiliki perbedaan dengan sejumlah asumsi penting.
Smith dan rekan-rekannya mengajukan dalil bahwa makna suatu unit leksikal (yakni suatu kata) dapat direpresentasikan oleh fitur-fitur yang merupakan aspek-aspek esensial (atau penegas) dari kata dan dan fitur-fitur lainnya yang hanya merupakan aspek insidental atau aspek karakteristik. Kalelawar adalah burung karena ia bersayap (ciri penegas), namun sesungguhnya ia bukanlah burung. Sehingga secara longgar kelelawar dikatakan burung karena bersayap dan mampu terbang.
Contoh pembatasan linguistik
Fitur-fitur yang di presentasikan oleh kata benda predikat

pembatas
pernyataan
penegas
karakteristik
Pernyataan benar
Murai adalah burung
+
+

Pipit adalah burung
+
+

Parkit adalah burung
+
+
Secara teknis
Ayam adalah burung
+
-

Bebek adalah burung
+
-

Penguin adalah burung
+
-
Secara longgar
Kelelawar adalah burung
-
+

Kupu-kupu adalah burung
-
+

Ngengat adalah burung
-
+

3. Model-model jaringan semantik, menampilkan setiap kata dalam suatu susunan yang berhubungan dengan kata-kata lainnya dengan memori, makna setiap kata ditampilkan besrta hubungan makna-makna tersebut dengan kata-kata lain. Misalnya, level 0 adalah kenari seekor burung berwarna kuning dan berkicau. Level 1 adalah burung yang mampu terbang, bersayap, dan berbulu. model ini adalah yang paling populer yang diajukan oleh Allen Collins dan Ross Quillian, model ini menampilkan setiap kata dalam suatu susunan yang berhubungan dengan kata-kata lainnya dalam memori; makna setiap kata ditampilkan beserta hubungan makna-makna tersebut dengan kata-kata lain. Dan yang terakhir yaitu Mode Aktivasi Menyebar,, model ini mengimplikasikan adanya aktivasikonsep-konsep yang semakin menyebar, yang dapat menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming (upaya untuk membuat suatu kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat setelah partisipan sebelumnya menyaksikan penayangan sebuah kata yang terkait atau prime.
Struktur memori hipotetik menggunakan hirarki tiga tingkat
1. Model Aktivitas Menyebar
Model Aktivasi Menyebar, yakni sebuah jaringan asosiasi yang berisi item-item spesifik yang terdistribusi dalam suatu area konseptual. Area konseptual itu sendiri berisi konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain melalui asosiasi. Seperti halnya asosiasi merah dan api, mengindikasikan asosiasi yang kuat.
Area-area yang terlibat dalam pemrosesan bentuk-bentuk visual diaktifkan bahkan ketika partisipan sedang berinteraksi secara pasif (seperti saat partisipan diminta hanya sekedar melihat kata yang bersangkutan). Area semantik diaktifkan hanya ketika partisipan diminta aktif memproses kata tersebut (seperti saat partisipan diminta memberikan nama terhadap suatu kata atau mengklasifikasikan kata tersebut dalam benaknya).
Sebuah teori aktivasi menyebar menunjukkan pemrosesan sematik, bentuk elips (lonjong) menunjukkan konsep dan garis-garis merupakan asosiasi.
C. Jaringan – Jaringan Proposisional
Sebuah proposisi (proposition) didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah (misalnya, bayi menangis).” Proposisi adalah unit terkecil yang masih mempunyai makna. Banyak ahli teori menganut konsep representasi proposional pengetahuan.
Human Associative Memory (HAM) dan Representasi Pengetahuan
Anderson dan Bower (1973) mengkonseptualisasikan pengetahuan dalam suatu jaringan asosiasi-asosiasi semantik yang mereka sebut memori asosiatif manusia (human associative memory; HAM). Sebuah ciri utama HAM adalah penggunaan proposisi, yang berupa ungkapan-ungkapan atau pernyataan-pernyataan mengenai sifat-sifat dunia. Proposisi adalah suatu representasi atau abstraksi yang berupa kalimat; sejenis struktur lemah yang menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep. Proposisi pada umumnya dilustrasikan dengan contoh-contoh semantik, namun bentuk-bentuk informasi lainnya, seperti representasi visual, dapat pula ditampilkan dalam memori dengan menggunakan proposisi. HAM merupakan suatu model asosiasionistik dasar dan mempengaruhi representasi pengetahuan dalam jumlah terbatas.
Model-model jaringan proposisional berisi gagasan bahwa memori diorganisasikan oleh sebuah jaringan asosiatif rumkt yang berisi kontruksi-kontruksi proposisional, yang merupakan unit-unit terkecil yang masih memiliki informasi yang bermakna (misalnya, “New York sungguh besar”). Adapun model representasi pengetahuan dan pemrosesan informasi yang komprehensif telah dikembangkan oleh Anderson (1983); model tersebut dinamai pengendalian pikiran secara adaptif (adaptive control of thought; ACT). Teori ACT dari Anderson ini mengajukan gagasan tentang keberadaan tiga jenis memori, yakni: memori kerja, representasi deklaratif dan memori produksi.
1. Memori kerja (working memory) adalah sejenis memori jangka pendek yang aktif bekerja, yang berisi informasi yang dapat diakses sistem pada saat itu juga, termasuk informasi yang diambil dari memori deklaratif jangka panjang.
2. Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengetahuan yang kita miliki mengenai dunia. Tampaknya, dalam pandangan Anderson, informasi episodik dan semantik disertakan dalam memori deklaratif.
3. Memori produktif adalah komponen utama yang terakhir dalam sistem ACT. Memori produktif sangatlah menyerupai memori prosedural, yang mengacu pada pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan hal-hal fisik.
Dalam ACT, Anderson mengajukan suatu teori yang representasi pengetahuan yang bersifat trisandi (tricode). Ketiga sandi tersebut meliputi sebuah string temporal, sebuah citra spasial dan sebuah proposisi abstrak.
D. Koneksionisme dan Representasi Pengetahuan
Koneksionisme (connectionism) dapat didefinisikan sebagai sebuat teori tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah set besar berisi unit-unit sederhana yang saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang terdistribusi secara paralel. Teori tersebut disusun berdasarkan asumsi bahwa unit-unit saling meragsang (excite) atau menghambat (inhibit) satu sama lain dalam sistem tersebut, secara bersamaan maupun paralel. Teoriini bertentangan dengan teori-teori pemrosesan serial, yang lazimnya digambarkan dalam diagram dengan kotak-kotak dan anak panah, yang menyatakan bahwa pemrosesan antara unit-unit dilakukan hanya secara berurutan (in sequence).
Representasi pengetahuan dalam model-model kognisi yang bersifat koneksionistik sangatlah berbeda dengan model-model yang menyimpan objek, citra, dan sebagainya. Pertama, dalam model-model koneksionistik, pola-pola itu sendiri tidaklah disimpan; item-item yang disimpan adalah kekuatan koneksi atara unit-unit, yang memungkinkan pembentukan pola-pola tersebut.
Kedua, model-model koneksionistik melakukan pendekatan terhadap pembelajaran secara berbeda. Dalam model-model representasi yang bersifat tradisional, sasaran proses pembelajaran adalah terbentuknya peraturan-peraturan eksplisit yang memungkinkan pengambilan informasi dan generalisasi isyarat-isyarat atau petunjuk-petunjuk.
Ketiga, tampaknya penting untuk mengulang bahwa model PDP adalah neurally inspired (dibuat berdasarkan asumsi-asumsi neurologis); meski demikian, model PDP tidaklah sama dengan tindakan mengidentifikasi jalur-jalur neural yang spesifik. Fakta bahwa model-model PDP bersifat neurally inspired membawa dampak langsung terhadap representasi pengetahuan.
Pengetahuan direpresentasikan dalam model-model PDP sebagai koneksi-koneksi antara unit-unit, yang secara teoritik serupa dengan cara jaringan neural merepresentasikan informasi.
E. Teori Representasi Pengetahuan Secara Visual.
Sejak zaman dahulu kajian mental adalah sebuah hal yang memiliki pembahasan yang sebenarnya selalu menjadi perdebatan yaitu mental. Setiap muncul sebuah hal yang diperdebatkan maka akan timbul berbagai tokoh – tokoh menonjol dalam sebuah permasalah yang nantinya akan menelurkan sebuah teori. Berikut ini adalah Teori –teori terkini perumpamaan mental berfokus pada tiga hipotesis sentral. ( Solso, 2007. P. 300 ) :
1. Hipotesis penyandian ganda ( dual coding hypothesis ), yakni mengenai tentang keberadaan dua sandi atau dua sistem penyimpanan. Sandi yang pertama bersifat khayalan dan satunya lagi bersifat verbal atau keduanya.
Paivio dkk merupakan pengembang dalam teori ini dimana dalam pengembangannya mereka melakukan percobaan kuantitatif dengan sebuah penelian kata. Seberapa besar kata tersebut dalam memunculkan ataupun langsung dalam membuat citra verbal atau non verbal.
2. Hipotesis konseptual proporsional ( conseptual proporcional hypothesis ) adalah informasi visual dan verbal direpresentasikan dalam bentuk proporsi abstrak mengenai objek beserta hubungannya.
Tokoh dari konsep ini adalah Anderson dan Bower dimana mereka membantah sebuah ungkapan bahwa sebuah memori disama artikan dengan kaset, video ataupun foto yang dapat kita lihat kembali dan kita putar kembali rekamannya. Alasanya adalah sebuah proses dalam bentuk pengembilan kembali gambar dan menyimpan sebuah gambar adalah kemampuan manusia diatas rata – rata.
Hipotesis dari teori Hipotesis konseptual proporsional adalah kita menyimpan kesan – kesan pada sebuah peristiwa berupa verbal dan visual. Anderson dan Bower tidak menyangkal dalam lebih mudahnya kita mempelajari sebuah kata atau hal yang kongkrit dari pada sebuah kata atau hal yang abstrak. Akan tetapi sebuah hal yang kongkrit kemudian disatukan dengan berbagai aturan dan acuan membuat hal itu sama susahnya dengan hal abstrak karena satu satunya hal yang membedakan antara informasi yang satu dengan yang lainnya yang membuat informasi mudah atau sulitnya untuk difahami adalah seberapa banyak detail  yang harus diingat.
3. Hipotesis ekuivalensi fungsional ( functional equivalen hypothesis ) mengajukan bahwa imaginary dan persepsi melibatkan proses yang serupa. Dasar dari teori ini adalah bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk memproses sebuah perubahan stimulus searah dengan perpanjangan waktu jika sebuah objek di putar balikan dari bentuk awal. Hal ini dibuktikan dengan percobaan pada perubahan sebuah jaring kubuh yang semakin banyak derajat  perputaran dari sebuah jaring kubus  maka semakin lama jeda waktu berpikir dari responden.

Selain itu percobaan terhadap kera yang memegang sebuah gagang dan pada suatu titik diberikan pencahayaan sehingga memberikan sebuah atensi membuat para peneliti sangat tertarik dengan respon yang diberikan oleh kera tersebut karena ketika memberikan respon beberapa militdetik sebelum terjadinya respon kera akan mengantisipasi apa yang akan terjadi, pada contoh diatas adalah efek sebuah gagang sendok yang diberikan cahaya. Percobaan tersebut memberikan sebuah asumsi bahwa aktivitas neural adalah sebuah pelengkap terhadap data – data behavioral dalam mengidentifikasi kerja – kerja kognitif. Selanjutnya adalah sebuah asumsi kuat bahwa bahwa bayangan atau gambaran dalam pikiran yang setidaknya secara fungsional mirip atau setidaknya menyerupai. Pada percobaan terbaru mengingat sebuah gambar dari satu bagian ke bagian lainnya akan membutuhkan waktu yang berbeda, jarak waktu dan jarak antara objek pertama yang diminta untuk diingat ke objek selanjutnya untuk diingat berbanding lurus, termasuk juga dengan ukuran dan fokus yang digunakan. Intinya dalam ekperimen ini adalah ukuran, jarak, banyaknya rincian, warna dan berbegai hal mendetail laiinya akan  sangat mempengeruhi sebuah reprensatasi yang akan ditampilkan.

F. Peta Kognitif.
Para psikologi sudah tertarik dengan tema peta kognitif dari sebuah karya Tolman tentang pola navigasi hewan yang telah dimunculkan konsep peta kognitif. Konsep ini berdasarkan pada fakta dan ekperimen tentang pengetahuan spasial umum yang ditunjukan oleh tikus – tikus yang dimasukan kedalam sebuah labirin.
Selain itu eksperimen dari Torndyke dan Hayes-Roth menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa manusia menggunakan dua jenis pengetahuan spasial yaitu pengetahuan rute ( rute knowledge ) dan pengetahuan survey ( survey knowledge ) dalam upaya memahami dunia fisik. Pengetahuan rute berhubungan dengan lokasi – lokasi spesifik tentang perpindahan. Contoh dalam dunia nyata yang sering kita jumpai tentang contoh ini adalah kita menanyakan pada penduduk local tentang lokasi dimana lokasi tempat wisata. Sedangkan pengetahuan survey adalah dengan menanyakan arah akan tetapi kita memperkirakan dari apa yang sudah diberikan oleh orang yang menunjukan arah. Perbedaan dari kedua petunjuk ini adalah pada pengetahuan rute kita menghubungkan petunjuk yang ada dan membuat sebuah proyeksi bentuk yang akan kita lalui, sedangkan dari pengetahuan survey kita akan memperkirakan arah yang sudah diberikan oleh orang yang memberikan petunjuk.
Selain itu dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Tversky orang cenderung mengalami kekeliruan karena penggunaan pemahaman konseptual yang digunakan dalam memahami informasi dan prototype – prototype awal yang akan mengambil alih cara kita menginterpretasikan sebuah informasi geospasial yang kita dapat.
Beberapa tokoh terkemuka memusatkan penelitan mereka kepada dua transformasi spasial yang berbeda. Yang pertama adalah  transformasi spasial yang berpusat pada objek yang menghasilkan pertama,  transformasi yang berpusat pada objek maka kita akan berpikir bahwa objek itu lah yang berotasi contohnya adalah saat kita ingin membeli sebuah penggaris yang berada dibalakang rak buku maka kita akan membayangkan bahwa rak tersebutlah yang akan berputar bukan kita tetapi jika menggunakan egosentrik maka kita akan berpikir bahwa kitalah yang mengelilingi rak tersebut.
G. Sintesia : Suara yang Dihasilkan Warna
Sintesia adalah suatu kondisi ketika sensasi-sensasi dari sebuah modalitas perspektual ( misalnya penglihatan ) dialami juga dalam modalitas yang lain ( seperti pendengaran ) . Orang dapat mengecap bentuk , merapa bunyi , atau melihat angka atau huruf dalam warna . Sintesia tampaknya dikendalikan oleh peraturan ( rule governed ) , tidak terjadi secara acak . Sebagai contoh , terdapat hubungan positif antara peningktan ( brightness ) ( sebuah bersin cenderung “ lebih terang ” dibandingkan sebuah batuk )
Banyak data mengidentifikasikan bahwa banyak orang mengalami sinestesia yang di dalamnya citra-citra dan suara-suara ( dan juga pengalama sensorik lainnya ) saling terkait . Sinestesia dapat diukur , dan pernyataan yang shahih dapat dibuat berdasarkan pengukuran-pengukuran tersebut . Terdapat pula data-data yang menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki sinestesia yang tidak wajar . Orang-orang tersebut mengalami pengalaman-pengalaman sensorik yang saling tumpang tindih dengan hebatnya . Seperti S., yang memiliki memori yang sangat luar biasa  dan mengalami sinestesia . Ketika ia membaca serangkaian item dari memori , ia mendengar  suara-suara eksperimen yang menyerupai “ hembusan uad ” atau ‘kecipak air “ yang mengganggu proses membaca informasi yang sedang ia lakukan .
Untuk mengetahui mekanisme apa yang terlibat dalam peristiwa tersebut . Pertama ,mempertimbangkan karakteristik-karakteristik fisik dunia alamiah di sekeliling kita .Adakah alasan yang masuk akal untuk mengaitkan stimuli visual dan stimuli audial ? Apakah objek serupa secara fisik dengan suara-suara bernada tinggi ? Namun upaya mencari penjelasan fisik mengabaikan konsep psikologis yang penting . Kedua  , mempertimbangkan hakikat sinestesia perseptual dan kognitif . Sistem kognitif kita memungkinkan tersusun sedemikian rupa sehingga “ percakapan lintas ” antar neuron-neuron kortikal menjadi elemen genetis yang berharga dalam sistem pemrosesan informasi pararel dan berlebihan dalam otak manusia . Diasumsikan bahwa area-area dalam otak yang saling terhubung dan memiliki aktivitas yang terjadi secara simultan akan mendorong timbulnya pengalaman-pengalaman sinestetik . Para peneliti mengandalkan peran bahasa dan eksperimen waktu-reaksi untuk menemukan sebuah hubungan antara pengalaman-pengalaman sensorik . Dengan kemajuan teknologi sekarang ini , studi studi mengenai sinestesia dan aktivitas otak akan mampu mengidentifikasikan sumber dan hakikat isu ini . Vilaynur dan Ramachandran , dari Brain and Perception Laboratory ( UC San Diego ) mengatakan  “ … otak manusia normal “disetel ” ( secara genetis ) sedemikian sehingga konsep-konsep , persepsi-persepsi , dan nama-nama objek secara rutin saling terhubung satu sama lain , sehingga memunculkan metafora-metafora yang digunakan bersama secara luas ….[ seperti baju yang berwarna meriah dan keju yang ‘tajam’ ]” ( dikutip dalam The Newyork Times , 10 April 2001 )



















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengetahuan adalah penyimpanan, pengintregasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori, pengethuan adalah informasi yang telah doorganisasikan dalam memori, pengetahuan adalah bagian dari sebuah sistem atau jaringan informasi yang terstruktur, dengan kata lain , pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem yang kita gunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut .
2. Dalam pengorganisasian pengetahuan secara semantik terdapat beberapa model.
a. Model set-teoritik
b. Model Pembandingan-fitur semantic
c. Model – model jaringan semantik
3. Sebuah proposisi (proposition) didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah (misalnya, bayi menangis).” Proposisi adalah unit terkecil yang masih mempunyai makna. Banyak ahli teori menganut konsep representasi proposional pengetahuan.
4. Koneksionisme (connectionism) dapat didefinisikan sebagai sebuat teori tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah set besar berisi unit-unit sederhana yang saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang terdistribusi secara parallel. Sedangkan representasi pengetahuan dalam model-model kognisi yang bersifat koneksionistik sangatlah berbeda dengan model-model yang menyimpan objek, citra, dan sebagainya
5. Ada beberapa teori tepresentasi pengetahuan visual
a. Hipotesis penyandian-ganda ( dual-coding hypothesis )
b. Hipotesis proporsional konseptual ( conceptual-propositional hypothesis )
c. Hipotesis ekuivalensi-fungsional
6. Konsep peta kognitif Konsep berdasarkan pada fakta dan ekperimen tentang pengetahuan spasial umum yang ditunjukan oleh tikus – tikus yang dimasukan kedalam sebuah labirin.
7. Sintesia adalah suatu kondisi ketika sensasi-sensasi dari sebuah modalitas perspektual ( misalnya penglihatan ) dialami juga dalam modalitas yang lain ( seperti pendengaran ) . Orang dapat mengecap bentuk , merapa bunyi , atau melihat angka atau huruf dalam warna












DAFTAR PUSTAKA
Solso, L.Robert dkk . 2008 . Psikologi Kogniti ( Edisi Kedelapan ) . Jakarta : Erlangga