Selasa, 05 Desember 2017

Vica Nahdiyatus Suaiba

Pemecahan Masalah, Kreativitas, dan Intelegensi Manusia
Vica Nahdiyatus Suaiba / 16410092
Pemecahan Masalah
      
adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/ jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari – hari, sehingga kita akan membuat suatu cara untuk menganggapo, menguji respons yang kira dapat untuk memecahkan suatu masalah.
Psikologi Gestalt dan Pemecahan Masalah
            Perspektif dalam psikologi gestalt konsisten dengan memandang perilaku sebagai sistem yang terorganisir. Psikologi Gestalt awal seperti (Max Wertheimer, Kurt Koffa, Wolfgang Kohler) mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitsa pemecahan masalah. Dari sudut pandang tersebut muncullah konsep “functional fixedness” yang dikemukakan oleh Karl Duncker (1945). Konsep ini mempunyai pengaruh dalam penelitian pemecahan masalah, yaitu adanya kecenderungan untuk mempersepsikan suatu barang sesuai dengan fungsi pada umumnya, maka kecenderungan tersebut akan mempersulit kita ketika kita diminta untuk menggunakan barang tersebut untuk hal – hal yang kurang lazim.
Representasi Pemecahan Masalah
            Pekerjaan para psikolog Gestalt berfokus pada sifat dari suatu tugas dan pengaruhnya pada kemampuan seseorang untuk memecahkannya. Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan masalah sebenarnya mempunyai pola yang berurutan.
Representasi Internal dan Pemecahan Masalah
      
Baru – baru ini ada penelitian yang mampu mendefinisikan struktur kognitif secara sistematis yang dihubungkan denga aktivitas pemecahan masalah. Sebuah model yang dapat menggambarkan adanya hubungan antara struktur memori dan jaringan semantic selama proses pemecahan masalah.
a) model representasi Internal: Eisenstadt dan Kareev (1975) menciptakan suatu model jaringan dengan mempelajari aspek – aspek pemecahan masalah manusias yang ditunjukkan oleh orang – orang yang memainkan permainan papan. Mereka memusatkan perhatian mereka pada jenis representasi internal posisi papan yang dibuat pemain dan pada representasi pengetahuan. Analisis Eisenstadt dan Kareev terhadap permainan papan, telah memunculkan teori yang tampaknya merupakan mekanisme pusat dari pemecahan masalah dalam domain psikologi kognitif modern. Meskipun demikian, tetap masih ada banyak pertanyaan, khususnya mengenai spesifikasi proses dan struktur internal.
Kreativitas
      
Kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu  bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya).
            Berdasarkan sejarah psikologi kognitif, Walles (1926) menjelaskan bahwa ada  4 tahapan dalam proses kreatif:
1) Persiapan. Memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya
2) Inkubasi. Masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya.
3) Iluminasi. Memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut.
4) Verifikasi. Menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
Teori Investasi Kreativitas
            Stanberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreativitas berdasarkan pendekatan multivariate terhadap suatu topic, yang mempunyai 6 atribut:
1) proses intelegensi
2) gaya intelektual
3) pengetahuan
4) Kepribadian
5) motivasi
6) Konteks lingkungan
Fungsi Adaptif Kreativitas
            masih ada perdebatan mengenai apakah krativitas merupakan fungsi adaptif (Tooby & Cosmides, 2000, 2001) atau kreativitas hanya melulu sebagai hasil sampingan dari sifat – sifat fungsional lainnya. Terdapat banyak fakta logis yang mendukung hipotesis by-product; tetapi cosmides & Tooby memberikan argument yang masuk akal mengenai fungsi adaptif yang bertolak dari ide bahwa menciptakan, melihat, memahami dunia sebenarnya dapat membantu manusia dalam “berlatih” menghadapi kejadian – kejadian yang nyata, sehingga pada suatu saat nanti, keinginan untuk menciptakan sebuah kreasi akan membantuk kita dalam mempengaruhi perilaku fungsional lainnya.
Penilaian Kreativitas
            Para psikolog berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk menentukan/ meneliti bakat kreatif dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang melihat hubungan antara beberapa kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut Remote Association Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara mengujinya adalah dengan meminta subjek untuk menghasilkan suatu kata baru yang diperoleh dari asosiasi logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3 rangkaian kata berikut: Merah, bridge, marah (red, bridge, angry) dan kepala, sakit, port (head, sick, port). Jika anda berkata “cross” untuk kelompok pertama, berarti anda tepat. Jadi kata apa yang tepat untuk kelompok kedua?. Konsep ide mempunyai hubungan dengan konsep intuisi (pemahaman secara segera terhadap suatu objek tanpa ada intervensi dari proses penalaran). Intuisi manusia merupakan bagian yang sangat penting dari proses menemukan tindakan kreatif.
Divergence Production Test J.P Guilford (1967) menghabiskan sebagian besar karir profesionalnya untuk mengembangkan dan menguji teori tentang kemampuan mental (yang mencakup kreativitas). Gulford membedakan tipe berpikir menjadi 2 macam yaitu berpikir konvergensi/terpusat dan berpikir divergen/menyebar. Cara berpikir konvergen mengarah pada suatu kesimpulan khusus. Sedangkan cara divergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap suatu pertanyaan. Sehingga kebenaran dari jawaban tersebut bersifat subjektif.

Mengajarakan Kreativitas sejauh ini kreativitas merupakan fungsi dari kebudayaan dan pendidikan kita. Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa cara:
a)    Mengembangkan pengetahuan dasar. Semakin kaya latar belakang dalam bidang ilmu pengetahuan, literature, seni dan matematika dapat memberikan informasi yang lebih banyak bagi orang kratif untuk memunculkan bakat – bakat kreatifnya.
b)   Menciptakan atmosfer yang tepat untuk kreativitas. Beberapa tahun lalu, teknik “brainstorming” sedang menjadi tren. Inti dari “brainstorming” adalah sekelompok orang dalam suatu kelompok membuat ide sebanyak mungkin tenpa memberikan kritik pada anggota yang lainnya.
c)    Mencari analogi. Dalam memformulasikan suatu solusi yang kreatif dalam suatu permasalahan, sangat penting untuk mengingat dan meninjau kembali masalah yang hampir sama mungkin pernah ditemui.
Intelegensi Manusia
Permasalahan definisi.
Pembahasan terbaru mengenai intelegensi tiruan (artificial intelligence) menimbulkan pertanyaan bagi para psikolog mengenai keunikan manusia yang seperti apakah yang berkaitan dengan intelegensi manusia, dan kemampuan seperti apakah yang diperlukan computer untuk bertindak seperti intelegensi manusia. Nickerson, Perkins, dan Smith (1985) yakin pada beberapa kemampuan yang mereka percayai mempresentasikan intelegensi manusia.
Pertama. Kemampuan untuk mengklasifikasikan pola. Semua manusia yang memiliki intelegensi normal akan mampu menempatkan stimulus tak-identik ke dalam kelompok – kelompok. Kemampuan ini merupakan dasar untuk berpikir dan berbahasa. Kedua, kemampuan untuk memodifikasi perilaku secara adaptif. Pada umumnya, para teoritikus menyatakan bahwa beradaptasi dengan lingkungan merupakan ciri terpenting dari intelegensi manusia. Ketiga, kemampuan untuk berpikir secara deduktif. Keempat, kemampuan berpikir secara induktif. Kelima, kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan model konseptual. Kemampuan ini berarti kita membentuk kesan tentang dunia dan bagaimana dunia berfungsi serta menggunakan model tersebut untuk memahami dan menginterretasikan semua peristiwa/kejadian – kejadian dalam hidup. Keeanam, kemampuan untuk memahami/ mengerti.
Teori Kognitif Intelegensi
a)    Kecepatan Pemrosesan Informasi. Tes Hunt digunakan untuk mengukur waktu reaksi terhadap tugas mencocokkan huruf yang dikembangkan oleh Posner, Boies, Eichelman, dan Taylor (1969. Pada studi Hunt yang lain (1978) memodifikasi penelitian dari Brown-Peterson untuk mempelajari perbedaan antara kemampuan verbal yang tinggi dan kemampuan verbal yang rendah.
b)   Pengetahuan Umum. Semenjak adanya pengembangan tes intelegensi, pengetahuan umum kemudian dipertimbangkan sebagai bagian integral dari intelegensi manusia. Pemahaman mengenai informasi – informasi yang ada dalam kehidupan kita merupakan bagian dari tes standar.
c)    Penalaran (Reasoning) dan Pemecahan Masalah. Sternberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut teori triarkhis yang meliputi 3 subteori:
1)    Perilaku intelegensi kompensial (comppnential intelligent behavior). Subteori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku intelegen. Dalam teori ini, terdapat 3 komponen pemrosesan informasi: (a) belajar bagaimana melakukan hal – hal tertentu (b) merencanakan hal – hal yang akan dilakukan serta bagimana cara melakukannya (c) melakukan hal tersebut.
2)   Perilaku intelegen eksperiensial (experiential intelligent behavior) . komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara konstektual adalah perilaku yang tidak dianggap sebagai perilaku yang “intelegen” menurut pengalaman umum.
3)   Perilaku intelegen konstektual (contextual intelligent behavior) . perilaku intelegen  konstektual meliputi (a) adaptasi terhadap lingkungan (b) pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umumnya (c) menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi pengingkatan keahlian, minat, dan nilai – nilai.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar