Rabu, 06 Desember 2017

Sukma Bayyinah

Problem Solving and Decision Making
(Sukma Bayyinah – 16410074)
Problem Solving
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehinga kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.
Psikolog Gestalt awal seperti (Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler) mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitas pemecahan masalah. Dari sudut pandang tersebut, kemudian muncul konsep “functional fixedness” yang dikemukakan oleh Karl Dunker (1945). Konsep ini mempunyai pengaruh dalam penelitian pemecahan masalah, yaitu adanya kecenderungan untuk mempersepsikan suatu barang sesuai dengan fungsi pada umumnya, maka kecenderungan tersebut dapat mempersulit kita ketika kita diminta untuk menggunakan barang tersebut untuk hal-hal yang kurang lazim.
Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan masalah mempunyai beberapa tahapan, yaitu mengidentifikasi masalah, representasi masalah, merencanakan sebuah solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi rencana dan mengevaluasi solusi. Walaupun tahapan tersebut sangat penting, representasi dari suatu permasalahan adalah hal yang paling penting, khususnya bagaimana informasi disajikan dalam istilah-istilah visual imajinatif.
Decision Making
Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan proses penalaran dari khusus ke umum. Kesimpulan dalam penalaran induktif dapat berupa kesimpulan implisit maupun eksplisit. Penalaran ini diawali dengan membuat premis-premis khusus yang kemudian dicari bagian-bagian umum dari setiap premis hingga kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan keputusan final (yang sebenarnya).
Dalam kehidupan nyata, tidak semua argumen atau premis dapat diakhiri secara objektif. Penilaian-penilaian subjektif terkadang dibutuhkan untuk menentukan keputusan apa yang akan diambil. Dalam kehidupan nyata sendiri, penilaian subjektif terkadang menghantarkan pikiran seseorang menuju hal yang tidak logis. Hal-hal tersebut disebabkan oleh :
1. Buah pikiran yang keliru dari reifikasi : proses saat menganggap bahwa ide yang dikemukakan itu berupa kenyataan padahal masih berupa hipotesis atau metafora.
2. Argumen Ad Hominem : adalah argumen-argumen yang dikemukakan untuk menyerang seseorang secara sengaja.
3. Argumen yang menggunakan kekuatan atau keterpaksaan
4. Menggunakan kekuatan dan ketenaran
5. Argumen “mayoritas pasti benar” : argumen yang banyak dipercaya oleh masyarakat luas, padahal belum tentu benar.
6. Argumen manusia jerami : adalah saat argumen itu sebenarnya lemah, tetapi disangkutpautkan dengan orang lain sehingga ia tampak kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar