Rabu, 06 Desember 2017

Dina Rahmawati

NAMA : Dina Rahmawati
NIM : 16410089
KELAS : Psikologi Kognitif “D”
PEMECAHAN MASALAH, KREATIVITAS, dan INTELIGENSI MANUSIA
Artikel kali ini akan menyajikan topik mengenai proses kognitif tingkat tinggi yaitu pemecahan masalah, kreativitas, dan intelegensi manusia. hal tersebut akan diuraikan di bawah ini.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah selalu mencakup setiap sudut aktivitas manusia dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, hukum, olah raga dan sebagainya. penelitian pertama kali mengenai hal ini dengan membuat pertanyaan “Apa yang akan dilakukan seseorang untuk memecahkan masalah”. Adapun pengertian dari Pemecahan masalah itu sendiri adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak menemukan masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan masalah.
Adanya teori Psikologi Gestalt ini juga dapat untuk memecahkan masalah. adapun menurut aliran ini suatu permasalahan (perseptual) ada ketika ketegangan atau stress muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi dan memori. Lalu, muncul juga konsep “functional fixedness” yaitu adanya kecenderungan untuk mempersepsikan suatu barang sesuai dengan fungsi pada umumnya, maka kecenderungan tersebut dapat mempersulit kita ketika kita gunakan untuk hal-hal yang kurang lazim. Intinya hal ini berfokus pada sifat dari suatu tugas dan pengaruhnya pada kemampuan seseorang untuk memecahkannya.
Representasi Masalah oleh psikologi kognitif modern yakni bagaimana suatu permasalahan digambarkan dalam sebuah pikiran. dan bagaimana pentingnya informasi disampaikan dalam pemecahan masalah agar mendapatkan suatu solusi. Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan masalah ini mempunyai pola atau tahapan yag berurutan sebagaimana contoh yang dikemukakan oleh Hayes (1989) dalam tindakan kognitifnya yaitu (1) Mengidentifikasi Permasalahannya (2) Representasi Masalah (3) Merencanakan sebuah solusi (4) Merealisasikan Rencana (5) Mengevaluasi rencana (6) Mengevaluasi Solusi. Semua informasi direpresentasikan melalui imajinasi visual kita.
Representasi Internal itu sebuah model yang menggambarkan adanya hubungan antara struktur memori dan jaringan semantik selama proses pemecahan masalah. Salah satu model oleh Eisenstadt dan Kareev yang telah memfokuskan perhatian gambaran internal yang dibentuk selama proses pemecahan masalah, terkait dengan penelitian yang menunjukkan ingatan mengenai cakupan permasalahan adalah suatu fungsi dari pembentukan permasalahan itu sendiri. Dan memecahkan sebuah masalah tergantung pada representasi subyektif yang disimpan dalam ingatan serta pembentukan representasi internal merupakan sebuah proses yang aktif. Perencanaan dalam permainan papan melibatkan proses atas-ke-bawah maupun bawah-ke-atas.
Pada akhir masalah yang perlu kita lakukan adalah menyusun dan membuat kesimpulan maka kita akan mampu untuk memecahkan masalah tanpa melibatkan orang lain.
Kreativitas
Seringkali kita tidak menyadari dan tidak mengetahui tentang adanya berbagai macam kreativitas lain yang ada dalam diri manusia Proses Kreatif. Oleh karena itu , Kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis.
Berdasarkan sejarah psikologi kognitif , Wallas (1926) menjelaskan bahwa ada 4 tahapan dalam proses kreatif, yaitu : Tahap 1 : Persiapan yaitu  memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya. Tahap 2 : Inkubasi yaitu masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalahnya dan perhatian dialihkan ke hal lain untuk sementara. Tahap 3 : Iluminasi/Pencerahan yaitu memperoleh “insight” (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut. Tahap 4 : Verifikasi yatu menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
Kreativitas dan Functional Fixedness. Dalam hal ini functional fixedness dapat menghambat kreativitas dimana ada kesamaan konsep antara pemecahan masalah dengan kreativitas. Seseorang yang selalu melakukan hal-hal atau pemikiran-pemikiran yang sama dari waktu ke waktu dianggap sebagai orang yang tidak imajiantif dan membosankan.
Investasi Teori Kreativitas oleh Sternberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreativitas berdasarkan pendekatan multivariate yang mempunyai 6 atribut yaitu proses inteligensi, gaya intelektual, pengetahuan, kepribadian, motivasi, konteks lingkungan. namun, sangat sulit untuk membuat keenam atribut tersebut bekerja secara bersamaan. Karena keenam atribut tersebut cenderung dilihat sebagai investasi portofolio dalam dunia bisnis dsb. Tapi sebenarnya portofolio kreativitas kita merupakan dasar dari tindakan kreatif kita. Kreativitas bukan hanya terdiri dari satu sifat, keahlian, ataupun ketangkasan saja tetapi merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang dapat diidentifikasi dan dianalisa.
Fungsi Adaptif Kreativitas oleh Cosmides dan Tooby (2000, 2001) memberikan argument bahwa menciptakan, melihat, dan memahami dunia sebenarnya dapat membantu manusia dalam “berlatih” menghadapi kejadian-kejadian yang nyata.
Penilaian Kreativitas dapat menghasilkan meningkatnya kinerja berdasarkan standar pengukuran kreativitas, namun belum dapat diketahui apakah pengalaman dapat menghasilkan bentuk aktivitas yang dianggap kreatif oleh banyak orang (seperti yang dilakukan oleh Van Gogh, Einstein, atau Dickinson).
Divergence Production Test oleh Guilford (1967) membedakan tipe berpikir menjadi 2 macam yaitu berpikir konvergen/terpusat dan berpikir divergen/menyebar. Cara berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus sedangkan cara berpikir divergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap suatu pertanyaan, sehingga kebenaran itu bersifat subyektif.
Hambatan-Hambatan Budaya ini berhubungan dengan masing-masing individu karena  beberapa orang dapat menghasilkan ide-ide kreatifnya dan beberapa orang lain tidak. Jika kita mampu menghasilkan beberapa ide yang berbeda, itu berarti  kita juga telah menunjukkan fleksibilitas kita. dan kefasihan dapat mempermudah proses pemecahan masalah tetapi terkadang tidak menghasilkan solusi. Jadi, berpikir lebih fleksibel adalah hal yang paling utama.
Mengajarkan Kreativitas oleh Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu mengembangkan pengetahuan dasar, menciptakan atmosfer yang tepat, dan mencari analogi.
Inteligensi Manusia
Inteligensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali(recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat.
Beberapa kemampuan yang dipercayai oleh Nickerson,Perkins, dan Smith dalam merepresentasikan inteligensi manusia yaitu kemampuan untuk mengklasifikasikan pola, memodifikasi perilaku secara adaptif, berpikir secara deduktif, berpikir secara induktif/generalisasi, mengembangkan dan menggunakan model konseptual, memahami/mengerti.
Teori Kognitif Inteligensi ini intinya adalah bagaimana inteligensi dikonsep oleh psikologi kognitif yang menganut teori pemrosesan informasi dari kognisi. Teori ini juga mengungkapkan hal tersebut sebagai suatu komponen yang terkait dengan informasi sebagai suatu proses melalui tahap-tahap yang melibatkan mekanisme yang unik.
kecepatan pemrosesan informasi ini tokoh Hunt, dkk menanyakan bahwa dengan cara seperti apakah pemrosesan informasi pada subjek dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya kemampuan. Adapun pengujian terhadap infromasi umum dapat memberikan data-data penting mengenai pengetahuan umum dan kemampuan seseorang untuk menarik informasi kembali. Ada juga penalaran dan pemecahan masalah yang merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.
Penelitian menggunakan kerangka tersebut telah menemukan bahwa daya ingat (kecepatan, ketepatan, dan jumlah) merupakan suatu fungsi dari kemampuan verbal dan suatu dasar pengetahuan yang dimiliki individu (sesuatu yang baru vs sesuatu yang telah berpengalaman) mempengaruhi jumlah dan ketepatan dari proses recall sebaik ketepatan dari metamemorinya.
Studi mengenai GMR Mengindikasikan bahwa seseorang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi atau seseorang yang benar-benar terlatih cenderung untuk membutuhkan lebih sedikit nutrisi untuk beberapa bagian dari otak dibandingkan dengan otak yang kurang efisien dalam penggunaannya.
Robert L. Solso dkk. 2007.  Psikologi Kognitif. PT Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar