PENGENALAN
OBJEK
Teori-teori perseptual menjelaskan bagaimana
suatu informasi sensorik yang diterima oleh panca indera kita diolah menjadi
suatu persepsi. Teori-teori ini membantu kita memahami bagaimana sebuah sensasi
diproses menjadi persepsi sebuah pola atau suatu objek. Para psikolog yang
mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia
memahami dunia. Teori yang dimaksud adalah teori persepsi konstruktif dan teori
persepsi langsung. Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan
anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis
yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang
kita ketahui. Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam
stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi
tidaklah penting dalam persepsi sebab lingkungan telah mengandung cukup
informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi.
Berdasarkan
sudut pandang evolusioner, kebutuhan untuk melihat bentuk, sudut dan pergerakan
adalah kebutuhan yang penting sekali bagi kelangsungan hidup. Dengan semikian,
tanpa adanya garis atau bentuk yang nyata, sistem kognisi-sensorik kita
menggunakan informasi parsial untuk membangun bentuk-bentuk tersebut dalam
upaya memahami dunia fisik yang tampak tidak beraturan.
Para
penganut psikologi Gestalt hanya mempelajari cara mengorganisasi dan
mengklasifikasi stimuli. Organisasi pola bagi mereka melibatkan kerja sama
seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh
sensasi. Beberapa hukum Gestalt yang lain meliputi hukum keterdekatan (law
of proximity), hukum kesamaan (law of similarity), hukum kontinuitas
(law of continuity), dan hukum nasib bersama (law of common fate).
Teori
pemrosesan bottom-up adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses
pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu
pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan. Contoh:
Jika ada seseorang, kita akan mengenalinya dari bagiannya dari suara, postur,
cara berjalan dan lain-lain, sehingga kita tahu itu adalah si A. Sedangkan
teori pemrosesan top-down adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses
pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang
diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan
asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Contoh: kita tahu si B itu karena
suaranya, postur, cara berjalan dan lain-lain.
Sebuah teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek
disebut teori pencocokan template. Sebuah template, dalam konteks
pengenalan pola pada mausia merujuk pada suatu konstruk internal yang ketika
dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan terjadinya pengenalan terhadap
objek. Teori ini dapat kita analogikan dengan lubang kunci yang dimasuki kunci
yang tepat. Pemahaman mengenai pengenalan objek diupayakan melalui dua
pendekatan. Sebuah pendekatan berfokus pada penjelasan domain-general,
yakni penjelasan yang menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki
proses-proses umum untuk mengenal sejumlah besar kategori objek. Pendekatan
lain berfokus pada penjelasan domain-spesific, yakni penjelasan yang
menyatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki sistem-sistem fungsional
yang berperan dalam pengenalan kategori objek yang spesifik dan khusus (Solso, Maclin, & Maclin, 2007) .
Sebuah
pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli
rumit disebut pendekatan analisis fitur. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan
objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh
pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan
fitur-fitur yang lebih sederhana. Menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami
keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis
komponen-komponen informasi visual.
Teori
lain yang turut menjelaskan pengenalan objek adalah teori pencocokan prototipe.
Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik atau bahkan
membentuk fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasikan, kita
menyimpan sejumlah jenis pola-pola abstraksi dalam memori, dan jika terdapat
kesamaan antara keduanya, pola tersebut akan dikenali.
Bagaimana
kita mempelajari pola-pola yang lebih rumit? Chase dan Simon mempelajari
problem ini dengan menganalisis pola rumit yang dihasilkan buah-buah catur di
atas sebuah papan catur. Selain itu, para peneliti tersebut menganalisis
perbedaan antara maestro-maestro catur dengan para pemain amatir. Dalam studi tersebut,
pola tersusun dari kumpulan sejumlah objek, bukan fitur.
NAMA : RIZKA AMALIA
KELAS : PSIKOLOGI KOGNITIF D
NIM : 16410070
Tidak ada komentar:
Posting Komentar