Nama : Muhammad Ihza Firdaus
NIM
: 16410076
·
Sistem
Saraf Pusat
Sistem sarf pusat (central nervous system/CNS) terdiri dari sistem saraf tulang
belakang dan otak. Unsuer dasar pembentuk CNS adalah neuron, sebuah sel khusus
yang mengirimkan informasi sepanjang sistem saraf. Otak manusia tersusun dari
massa neuron-neuron yang sangat padat, diperkirakan jumlah neuron dalam otak
manusia melebihi 100 miliar. Setiap neuron mampu menerima dan mengirimkan
impuls neural ke ribuan neuron lain. Dan sistem ini adalah sistem terumit
daripada sistem di seluruh alam semesta ini. Setiap inchi korteks serebral
manusia berisi sekitar 10.000 mil neuron, yang saling menghubungkan sel-sel.
Pada setiap saat, sejumlah sel besar neuron kortikal berada dalam kondisi
aktif, dan diasumsikan bahwa kognitif seperti persepsi, berpikir, kesadaran,
dan memori, semua dilaksanakan dengan penembakan neuron-neuron secara serempak
sepanjang jaringan neural yang rumit itu.
Neuron sendiri mempunyai empat bagian,
yaitu dendrit, tubuh sel, akson, dan terminal prasinaptik. Dendrit berfungsi
menerima impuls neural dari neuron lain yang berbentuk seperti pohon yang
lengkap dengan cabang dan ranting. Kemudian tubuh sel bertugas menjaga kondisi
neuron dengan cara menerima nutrisi dan melenyapkan limbah organik melalui
penyaringan dinding sel yang disebut permeabel. Akson sendiri berbentuk tabung
panjang yang menghubungkan tubuh sel dengah sel-sel lain melalui semacam
persimpangan yang disebut sinapsis. Selanjutnya akson berakhir di terminal
prasinaptik yang terletak dekat permukaan dendrit pada neuron lain (yang
bersifat reseptif). Meskipun tidak berhubungan langsung, terminal prasinaptik
dan dendrit bersama-sama membentuk sinapsis.
·
Psikologi
Kognitif dan Neurosains Kognitif
Alasan munculnya perpaduan antara ilmu oleh
ilmuwan neurosains dan ilmu psikologi kognitif diantaranya karena adanya
kebutuhan untuk menemukan bukti fisik yang mendukung struktur pikiran yang
bersifat teoritik dengan peralatan yang canggih memungkinkan para peneliti
mengidentifikasi, dengan bukti material, keberadaan proses-proses psikologis
yang penting seperti bahasa, persepsi, identifikasi bentuk, berpikir, memori,
dan fungsi-fungsi kognitif yang lain.
Kemudian kebutuhan para ilmuwan neurosains
untuk menghubungkan penemuan-penemuan mereka dengan model-model fungsi otak dan
kognisi yang lebih komprehensif. Selanjutnya sasaran klinis untuk menemukan
korelasi antara pathologi otak dan perilaku (simtom) seperti menjawab rasa
penasaran ilmuwan ada atau tidaknya korelasi antara perilaku atau keadaan fisik
dengan otak.
Para psikolog kognitif yang tertarik pada
PDP (parallel distributed processing),
atau disebut juga koneksionisme atau sistem jaringan neural, juga berminat
menemukan model-model psikologis yang konsisten dengan struktur-struktur dan
fungsi-fungsi neurologis. Sedangkan para ahli komputer berusaha membuat
simulasi kognisi manusia dengan mengembangkan piranti lunak yang mampu
berperilaku seperti otak manusia. Pendekatan-pendekatan terhadap otak dan
komputer terkadang disebut arsitektur jaringan neural (neural network architecture).
Alasan yang terakhir adalah berkembangnya
teknik-teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip bagian-bagian yang
ada di otak serta strukturnya, kemudian melihat proses-proses dalam otak yang
belum pernah terlihat sebelumnya.
·
Peralatan
Para Ilmuwan Neurosains
Peralatan dan teknik yang digunakan para
ilmuwan pada saat itu meliputi ablasi, yaitu perusakan atau pembuangan
semua atau sebagian organ dengan cara
pembedahan maupun pembekuan dengan tujuan mempelajari fungsi organ tersebut.
Kemudian pemerikasaan postmortem
(pascakematian), dan studi menggunakan subjek hewan. Kemudian munculan
isntrumen-instrumen baru yang mempercepat pemahaman ilmuwan neurosains dan
psikolog kognitif untuk memahami otak. Beberapa peralatan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. EEG (Electroencephalogram),
menggunakan serangkaian elektrodayang ditempelkan di kepala dan kemudian
merekam sinyal-sinyal elektrik atau aktivitas neural untuk menginformasikan
waktu yang dibutuhkan untuk memproses stimuli. Data yang dihasilkan berupa
grafik.
2. CT (Computed
axial Tomography), adalah proses yang dilakukanj oleh komputer dengan cara
mesin CT berputar mengelilingi tempurung kepala, menghujani kepala dengan
berkas-berkas sinar X yang tipis, berbentuk kipas. Sinar-sinar tersebut
menembus otak dan direkam oleh detektor-detektor sensitif untuk mengetahui
kepadatan jaringan dan struktur pada otak. Tampilan yang dihasilkam berupa
tampilan 3D.
3. PET (Positron
Emission Tomography), digunakan untuk memindai penggunaan glukosa di dalam
otak. PET menggunakan detektor-detektor untuk mengukur partikel-partikel
radioaktif dalam aliran darah, untuk mengukur aliran darah selebral regional.
Pemerikasaan ini berguna untuk mengetahui fungsi otak yang disajikan dalam
tampilan 3D yang diberi kode-kode warna.
4. MRI (Magnetic
Resonance Imaging), menghasilkan citra-citra tak bergerak
struktur-strruktur otak. Dengan menggunkan pengukuran ini, dapat diketahui
kepadatan atom-atom hidrogen di otak dengan hasil tampilan 3D.
5. fMRI (Functional
Magnetic Resonance Imaging), sama
dengan pengukuuran MRI pada umumnya, hanya saja fMRI memiliki kecepatan yang
lebih yaitu dapat menghasilkan sebua gambar dalam waktu 30 milidetik.
Pengukuran ini mendeteksi peningkatan aliran darah ke area-area otak yang
aktif, sehingga menampilkan fungsi sekaligus struktur.
6. MEG (Magnetoencephalography),
menghasilkan sebuah peta aktivitas atau citra kerja otak dengan hasil paling
cepat dan akurat diantara seluruh metode pemindahan otak.
7. TMS (Transcranial
Magnetic Stimulation), digunakan bersamaan dengan EEG atau MEG untuk
mengevaluasi efek-efek perubahan aktivitas elektrik otak dalam proses persepsi
dan berpikir. Pengukuran ini merekam aktivitas neural untuk mendapatkan fungsi
otak: subjek penelitian melaporkan pengalaman selama pengetesan
8. Micro CT, digunkan untuk memindai melalui
mikroskop, yang mampu menghasilkan citra-citra 3D dari struktur-struktur yang
amat kecil. Informasi yang direkam adalah kepadatan materialnya.