SENSASI, ATENSI, DAN PERSEPSI
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
PSIKOLOGI
KOGNITIF
Dosen
pengajar Yusuf Ratu Agung, MA
Oleh:
FACHRIZA
MAHDIYATUL HUSNA (16410036)
FATIHATUN
NURIL MUGHNIA (16410037)
NUR
AMALIA HAMIDA (16410046)
MUKHSIN NASRULLAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
FAKULTAS
PSIKOLOGI
September
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Sensasi dan persepsi pada manusia
merupakan proses dimana manusia menerima infoemasisensoris energi fisik yang
berasal dari lingkungan baik melalui pengindraan maupun mengartikan stimulus
menjadi sebuah sinyal-sinyal neural melalui proses pengcodingan.
Sensasi (sensation) mengacu pada
hubungan antara dunia fisik dan penginderaannya melalui sistem sensorik.
Sedangkan, persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam pengintrepetasikan
sinyal-sinyal sensorik.
Kebutuhan memusatkan pada satu perhatian
merupakan kebutuhan yang kuat, dengan penegecualian pada pesan-pesan yang
dianggap istimewa. Gangguan yang datang melalui peristiwa yang dianggap
menarik, yang mampu memikat atensi seseorang disebut dengan fenomena pesta
koktil (cocktail party phenomenon).
Adaya pemrosesan informasi yang diterima ini
diproses dengan menggunakan pemrosesan atensi selktif. Kapasitas saluran (Channel
capacity) adalah ketidakmampuan memproses seluruh stimuli sensorik secara
bersamaan sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis yang menyebabkan adanya
proses kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi. Selain itu, Pemrosesaninformasi juga dapat terjadi secara otomatisakibatadanyalatihandarisetiapaktivitas-aktivitas
yang seringdilakukan yang kemudianmenjadibersifatotomatis.
1.2Rumusan Masalah
a)
Apakah yang dimaksud dengan sensasi dan
persepsi?
b)
Bagaimana atensi bekerja?
c)
Bagaimana pemrosesan atensi selektif?
d)
Bagaimana kinerja pemrosesan otomatis?
e)
Apa yang dimaksud dengan neurosains atensi?
1.3Tujuan
a)
Untuk mengetahui apa itu sensai dan persepsi
b)
Untuk mengetahui kinerja atensi
c)
Untuk mengetahui pemrosesan atensi selektif
d)
Untuk mengetahui kinerja pemrosesan otomatis
e)
Untuk mengetahui neurosains atensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Otak
Komputasional
Untuk
mempersepsi informasi mengenai lingkungannya, memahami dirinya, dan memproses
informasi, manusia menggunakan otak komputasional (computasional brain). Sinyal sensoris yang merupakan tahap utama
dalam pemrosesan informasi diterima oleh sistem saraf perifer (peripheral
nervous system) dan dilanjutkan ke otak sebagai pusat pengolahan
informasi. Sistem saraf prefier dan otak
berfungsi untuk mempersepsi dan memikirkan serta menerima suatu infromasi dan
memahaminya. Informasi didapatkan dari sistem sensorik berupa pancaindera yang
dimiliki manusia.
Konsep otak
kompusional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak
yakni pemrosesan informasi ( Solso, 2007, p.74). Komputasi sebenarnya lebih
merujuk pada cara untuk menemukan pemecahan masalah. Ketika kita berpikir
bagaimana untuk mendapatkan IP lebih tinggi dari semester sebelumnya maka kita
sedang melakukan suatu jenis komputasi.
-
Tahap-tahap pemrosesan informasi menurut Solso
(2007)
|
|
Energi Fisik →Sistem sensorik → Transduksi→ penyimpanan sensorik→ aktivitas CNS dan
penyandian→ Memori dan Pemrosesan → aktivitas yang tampak
|
|
A. Sensasi
Sensasi
menurut Solso (2007) sensasi (sensation) mengacu pada pendekatan dini terhadap
energi dari dunia fisik. Sedangkan menurut Santrock (2012) adalah produk dari
interaksi antara informasi dan reseptor sensoris yakni, mata, telinga, lidah,
hidung dan kulit. Sensasi terjadi ketika informasi berinteraksi dengan reseptor
sensoris. Contohnya, sensasi pengelihatan terjadi ketika cahaya lampu
mengadakan kontak dengan mata, kemudian difokuskan ke retina, dan
ditransmisikan oleh saraf optik ke pusat visual di otak.
Ketika
sel-sel reseptor mencatat adanya rangsangan, energi tersebut dikonversi menjadi
implus kimia listrik. Proses energi fisik menjadi energi kimia listrik disebut
Tranduksi. ( Laura, 2014, p.225)
2.2.
Pemyimpanan Ikonik dan Ekonik
Kemampuan
kesan-kesan visual untuk memetap selama jangka waktu singkat sebagai memori
ikonik dan bekerja terpisah dari dari faktor-faktor pengendali subjek (seperti
atensi). Penyimpanan ikonik tidak melalui proses-proses kognitif tingkat tinggi
seperti atensi ia hanya menyerupai arsip foto (snapshot)
tentang medan penglihatan dan hanya bertahan selama satu detik yang berfungsi
sebagai penyeimbang kecepatan informasi visual yang diterima dari mata yang
dilakukan oleh otak.
Selain penyimpanan ikhoik ada
juga penyimpanan ekonik yang berfungsi memberikan waktu tambahan bagi kita
untuk mendengarkan sebuah pesan. Hal ini semakin jelas ketika ketika seseorang
mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Selain
itu ekhoik juga berfungsi sebagai lem yang secara singkat menyimpan informasi
auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Penyipanan ikhoik dan ekonik memungkinkan kita
memilih informasi yang relevan untuk pemrosesan lenih lanjut, sehingga
menyediakan sejenis solusi bagi keterbatasan kapasitas pada sistem pemrosesan
informasi. Jangka waktu penyimpanan ikonik kira-kira mencapai 250 milidetik.
Dan penyimpanan ekhoik menyimpan input auditorik dengan durasi sekitar 4 detik.
2.2
Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif
Kapasitas saluran (Channel capacity)
adalah ketidakmampuan memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan
sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis yang menyebabkan adanya proses
kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi dan bersifat adaptif. Kurangnya
kapasitas saluran ini dipandang mampu menimbulkan adanya selektivitas.
Kapasitas saluran ini terjadi karena proses
kognitif membatasi jumlah stimuli sebagai upaya untuk menghindari adanya
overloading.
Atensi selektif (selective attention)
terpusat hanya pada satu titik yang diperhatikan dan menghilangkan hal-hal yang
dianggap tidak penting. Tampaknya kekuatan kognitif kita menunjukkan adanya
ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik tersebut.
Kemampuan merespon sinyal sebagian berhubungan dengan kejernihan
sinyal tersebut, artinya seberapa bersih sinyal dari informasi yang mengganggu
“noise”. Hal ini disebut dengan rasio sinyal ke-gangguan (signal-to-noise
ratio). Seseorang mengalihkan atensi dari satu fiksasi ke fiksasi lain dan
menciptakan interferensi kognitif yang mempersulit pengambilankeputusan untuk
membeli.
Sinyal-Sinyal
Auditori
Cherry (1953) mengemukakan dalam penelitiannya
tentang perkembangan prosedur eksperimental yang disebut dengan pembayangan (shadowing),
yang dewasa ini digunakan sebagai standar dalam mempelajari atensi auditorik.
Dalam metode ini seorang partisipan diminta untuk mengulangi sebuah pesan
verbal (lisan), partisipan akan mampu untuk mengulangi ucapan tersebut jika
dilakukan dalam pengucapan secara lambat, tapi ia akan merasa kesulitan jika
pengucapan itu dilakukan dengan metode cepat. Ini berbeda ketika dilakuakan
dengan menggunakan mata (visual) yang mengirimkan informasi ke kedua hemisfer,
pada tahap ini setiap telinga akan mengirimkan informasi hanya ke hemisfer kontralateral
(telinga kanan mengirimkan informasi ke telinga kiri, dan begitu sebaliknya),
secara otomatis otak menyesuaikan perbedaan rentang waktu dengan menggabungkan
kedua input pendengaran menjadi sebuah sinyal tunggal. Dari penelitian itu,
cherry menyimpulkan bahwa meskipun seseorang mampu untuk melakukan proses
pembayangan, ia hanya mampu mengingat sedikit saja dari pesan pesan yang telah
mereka ulangi. Maka perlu adanya proses pencarian dalam mencari isyarat yang
lebih halus (subtle), dan menghilangkan isyarat-isyarat yang mencolok.
Kebutuhan memusatkan pada satu perhatian
merupakan kebutuhan yang kuat, dengan penegecualian pada pesan-pesan yang
dianggap istimewa. Gangguan yang datang melalui peristiwa yang dianggap
menarik, yang mampu memikat atensi seseorang disebut dengan fenomena pesta
koktil (cocktail party phenomenon).
2.3Model-Model
Atensi Selektif
Model adalah struktur kognitif hipotetik yang
seringkali digambarkan sebagai kotak-kotak dan panah-panah. Model digunakan
sebagai alat bantu untuk para peneliti
dalam mengorganisasikan data yang telah dikumpulkan dan digunakan untuk memandu
jalannya penelitian, yang memungkinkan penyusunan prediksi/hipotesis dan mengujinya.
1)
Model penyaringan (Broadbent)
Dikembangkan oleh Broadbent (1958). Teori yang
disebut dengan model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan
teori saluran tunggal yang meyatakan bahwa pemrosesan dibatasi oleh kapasitas
saluran yang tersedia.
Adanya perbedaan antara Berikut ini merupakan
saraf yang dibedakan berdasarkan pesan-pesan yang dikirimkan:
a)
Serabut saraf yang distimuli
b)
Jumlah impuls saraf yang dihasilkan
Pemrosesan metode ini diproses melalui sejumlah
saluran yang pararel yan diproses melalui sebuah penyaring selektif, yang
disaring untuk menuju saluran yang memiliki saluran yang terbatas. Broadbent
mempostulatkan untuk menghindari overloading pada sistem, penyaring selektif
diaktifkan di segala saluran sensorik.
2)
Model Atenuasi (Treisman)
Denganmenggunakanmetode
Broadbent yang memusatkansisi yang dianggappentingdanmenghilangkansisi
yang kurangpenting.
Metodeinimendeteksiinformasimelaluisebuahsaluran yang diabaikan (saluran
yang tidakmendapatkanatensi).
Treismanmelakukangagasanmenggunakankamuspartisipan
(penyimpanan kata dalammemori), beberapa kata ataukalimatmemilikiambangaktivas(threshold
for activation) yangvlebihrendah.
Model Treismanmenggabungkanstruktur model Broadbent
ditambahhasil-hasilempirik yang didapatdaripenelitian yang dilakukanoleh Moray.
2.4 PemrosesanOtomatis
Pemrosesanotomatisterjadidariakibatadanyalatihandarisetiapaktivitas-aktivitas
yang seringdilakukan yang kemudianmenjadibersifatotomatisdanmembutuhkanatensi
yang lebihsedikitjikadibandingkandenganaktivitas yang barudilakukan, atauaktivitas yang belumdikuasai.
Pemrosesaninformasisecaraotomatismenurut
Posner dan Snyder melaluitigakarakterikstikpemrosesanotomatis:
1. Pemrosesanotomatis yang terjaditanpaadaniatsadar.
2.
Pemrosesanotomatistersembunyidarikesadaran.
3.
Pemrosesanotomatismenggunakansedikitsumberdayasadar (ataubahkantidakmenggunakansumberdayasadarsamasekali).
Studimengenaipemrosesanotomatisinidianggappentingkarenaberlangsungdiluarpengalamansadar.
2.5Pandangan
Neurosains Kognitif Tentang Atensi
Mempelajari atensi dari sudut
pandang neurosains kognitif memberikan kita kesempatan untuk menemukan dukungan
neurologis bagi penemuan sebelumnya, dan juga membantu menemukan lokasi dari
berbagai proses-proses terkait atensi yang berlangsung dalam otak. ( Solso,
2007, p.109).
1.
Atensi
dan Otak Manusia
Awalnya,
terdapat kesulitan bagi para peneliti atensi dan otak manusia untuk menentukan
pusat kerusakan otak yang mengkibatkan gangguan atensi yang spesifik. Selain
itu, observasi-observasi pathologis seringkali dilakukan dalam pemeriksaan postmortem
(pascakematian), yang tidak mungkin adanya komunikasi antara subjek penelitian
dan pengamat (peneliti). Walaupun demikian, studi-studi awal menghasilkan
gagasan bahwa atensi sebagian terkait dengan region kortikal yang
spesifik. Kemudian, baru-baru ini peneliti
mengembangkan sejumlah teknik yang secara signifikan mengembangkan pemahaman
kita mengenai hubungan antara otak dan atensi. Penemuan ini tidak mengahruskan
subjeknya untuk mengalami penyakit stroke hingga pascakematian. Fokus pada
penelitiian modern ini berada di dua bidang: penelitian dan diagnosis.
a.
Upaya menemukan korelasi antara struktur
geografi otak dan proses-proses atensi. (Corbetta, dkk, 1994). Studi ini
menggunakan seluruh tes kognitif yang telah dijabarkan dan alat-alat pelacak
mandiri yang digunakan dalam studi-studi neurologis.
b.
Teknik – teknik yang dikembangkan di
laboraturium kognitif digunakan sebagai alat uji diagnostik dan digunakan untuk
menyelidiki senyawa farmakologis, yang berperan mempengaruhi proses-proses
atensi ( Tinkleberg & Taylor, 1984).
2.
Atensi dan PET (Positron Emission Tomography)
Perlu
diingat bahwa prosedur PET mengevaluasi laju aliran darah di otak menggunakan
pelaacak radioaktif. Saat otak memetabolisasikan zat-zat gizi, aliran darah ke
otak diperbanyak. Aktivitas - akitivitas ini dimonitor melalui pendeteksi-pendeteksi
radioaktif dan ditampilkan di komputer sebagai suatu peta geografis dari
korteks. Peta tersebut menampilkan dan mengidentifikasi “hot spots”
yakni area tempat aliran darah terkonsentrasi. Dalam eksperimen Petersen (1990)
partisipan penelitian ditunjukkan stimuli kata, stimuli bukan-kata namun yang
menyerupai kata, dan rangkaian konsonan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konsep
otak kompusional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan
otak yakni pemrosesan informasi ( Solso, 2007, p.74). Otak komputasional (computational
brain) berfungsi untuk mempersepsi informasi yang berhubungan dengan
lingkungannya, memahami dan memproses informasi. Ide pikiran apapun yang
dilakukan oleh otak merupakan dasar bagi sistem otak komputasional.
Sensasi
(sensation) merupakan pendeteksian dini yang dilakukan terhadap energi
yang berasal dari fisik dan berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme
sensorik serta stimuli yang mempengaruhinya. Sedangkan, persepsi merupakan
kognisi tingkat tingkat tinggi yang mengintrepetasikan informasi sensorik.
Kapasitas
saluran (Channel capacity) adalah ketidakmampuan memproses seluruh
stimuli sensorik secara bersamaan sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis
yang menyebabkan adanya proses kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi
sehingga mengakibatkan adanya selektifitas.
Untuk
menghasilkan hipotesa itu bia menggunakan 2 metode yaitu metode Broadbent dan
metode atenuasi.Keterbatasan kapasitas dan atensi selektif
mengimplikasikan adanya kemacetan struktural dalam pemrosesan informasi.
Solso, R.L, dkk. (2007). Psikologi Kognitif.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Santrock, J.W. (2011). Life Span
Development. Jakarta: Penerbit Erlangga
King, L.A. (2012). Psikologi Umum.
Jakarta: Salemba Humanika