Alvy
Arimatul Hamim
16410105
Neurosains Kognitif
Nerosains kognitif merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kognisi yang menekankan pada perkembangan dan fungsi-fungsi
otak. Istilah neurosains kognitif sendiri berasal dari kata “kognisi’’
yang berarti suatu proses mengetahui, dan “neurosains” yang merupakan
ilmu yang mempelajari sistem syaraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisir
bagian-bagian otak yang sesuai dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh sebab itu
ilmu ini berfokus pada otak dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak.
Ilmu ini pada mulanya berupaya untuk
mengungkap struktur dan fungsi otak manusia. Pada mulanya, penelitian tentang
otak (terutama otak manusia) dilakukan kepada orang-orang yang telah meninggal
dunia, atau disebut dengan teknik postmortem. Teknik penelitian ini dilakukan
demikian karena berkaitan dengan etika, hal tersebut membuat peneliti tidak
mungkin melakukan penelitian dengan kondisi manusia dalam keadaan hidup. Namun
dengan perkembangan teknologi, dicetuskannya teknik in vivo yang memungkinkan
peneliti melakukan penelitian kepada manusia dalam kedaan hidup menggunakan
alat-alat brain imaging seperti :
EEG(elektroensefalogram), merupakan alat yang mampu merekam
aktivitas listrik dari otak di sepanjang kulit kepala yang kemudian tertulis
dengan pena di atas gulungan kertas. Tes ini dapat menunjukan adanya gejala
penyakit alzaimer, dan epilepsy.
CAT(Computarized
Axial Tomografi), adalah
sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi dimana pemrosesan geometri
digunakan untuk menghasilkan suatu gambar 3 dimensi dalam suatu seri besar
gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran axis.
MRI(Magnetik
Resonan Imaging), ialah
prosedur diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan organ dalam
tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio
tanpa radiasi sinar X atau bahan radio aktif.
fMRI(fungtional
Magnetik Resonan Imaging),
adalah metodologi lain yang sangat dimanfaatkan untuk mempelajari perubahan
keadaan dalam otak yang sedang bermeditasi.
Teknologi
tersebut memungkinkan melakukan perekaman terhadap aktivitas otak.
Jaringan neuron yang rumit dalam otak
manusia saling berhubungan satu sama lain, hal tersebut merupakan sistem paling
rumit yang dikenal manusia. Kemampuan otak manusia untuk melakukan analisis
perhitunga terhadap sinyal-sinyal sensoris dan pemahamannya sungguh rumit.
Semua persepsi dan tingkah laku yang dilakukan manusia bersumber dari
aktivitas-aktivitas neuron dalam otak mereka.
Para ilmuan masa kini berusaha membuat peta otak denagn memetakan
area-area yang terlibat dalam pemrosesan visual, analisis semantik, intrepetasi
auditori, dan berbagai fungsi kognitif lain yang hampir-hampir tidak terbatas
jumlahnya.
Nama ilmu neurosains berawal pada tahun
1970-an di kursi belakang sebuah taksi di New York. Pada saat itu seorang tokoh
dalam penelitian kedua hemister otak, yaitu Michael Gazzaniga sedang
berada di dalam taksi bersama George Miller, seorang psikolog kognitif
terkemuka. Kedunya sedang dalam perjalanan untuk menghadiri acara makan malam
bagi para ilmuan dari Universitas Rockefeller dan Universitas Cornell. Para
ilmuan tersebut sedang mempelajari bagaimana otak menghasilkan apa yang kita
alami sbagai “pikiran”. Dalam acara makan malam itu sendiri memiliku topik
khusus.Dalam obrolan di dalam taksi tersebut lalu lahirlah istilah “neurosains
kognitif”.
Descrate meyakini adanya semacam “filamen” (benang) yang menghubungkan
tangan dengan otak. Dalam contoh tersebut, sengatan panas menggerakkan “filamen”
itu sehingga mengaktifkan otak, kemudian otak melepaskan cairan yang membuat
lengan menarik telapak tangan dari api tersebut. Descrate menyebut
mekanisme ini sebagai lengkung refleks.
Beberapa filsuf berpendapat bahwa
satu-satunya dunia nyata adalah dunia pikiran, sedangkan dunia fisik hanyalah
ilusi. Namun beberapa filsuf lainnya justru berpendapat sebaliknya. Mereka
beranggapan bahwa dunia pikiran hanyalah bentuk dari proses dari aktivitas yang
terjadi di otak. Para ilmuan yang mendukung dualisme tubuh-pikiran mempercayai
bahwa tubuh dan pikiran dapat eksis bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar