Ainun Nisfi (16410069)
Pengenalan Objek
Pengenalan pola dan kemampuan
mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita
laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Pengenalan pola (pattern recognition) sehari-hari
melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori dan
pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Seberapapun
rumitnya pengenalan suatu objek, sesungguhnya proses tersebut diselesaikan
kurang dari sedetik. Berdasarkan studi-studi laboratoris (dan pengalaman
sehari-hari), kita daat mengenali dan mengevaluasi objek-objek dengan cepat dan
akurat, bahkan terhadap objek-objek yang asing bagi kita.
Para psikolog yang mempelajari
persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami
dunia. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception), menyatakan
bahwa manusia “mengkontruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan
menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa
persepsi terbentuk dari perolehan secara langsung dari lingkungan.
Teori perspektif konstruktif
disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji
hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita
indera dan apa yang kita ketahui. Para konstruktivis berpendapat bahwa
perubahan-perubahan pola pada stimulus asli dapat kita kenali karena adanya
interferensi bawah-sadar (unconscious
interference), yakni sebuah proses ketika kita secara spontan mengintegrasikan
informasi dari sejumlah sumber, untuk menyusun suatu interpretasi.
Teori perspektif langsung
menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi
dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena
lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk
interpretasi. Teori perspektif langsung memiliki banyak kesamaan dengan teori “bottom-up” tentang persepsi bentuk.
Kemampuan mengenali dan mengolah
pola-pola dan objek-objek visual telah dipelajari dari sejumlah perspektif
teoritik yakni psikologi Gestalt, pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down,
pencocokan template, analisis fitur, dan pengenalan prototipe. Teori-teori
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pada teori Gestalt,
para psikolog mengajukan bahwa persepsi pola-pola visual diorganisasikan sesuai
prinsip keterdekatan (proximity),
kesamaan (similarity), dan
pengorganisasian spontan (spontaneous
organization).
2. Pengenalan objek dapat
diawali oleh pengenalan tehadap pola, yang kemudian diikuti kesimpulan terhadap
bentuk keseluruhan atau sering disebut sebagai pemrosesan bottom-up, namun dapat pula diawali dengan dibentuknya suatu
hipotesis yang dibuat oleh pengamat, yang menyebabkan pengenalan terhadap
keseluruhan pola dan diikuti pengenalan komponen-komponen pola yang disebut
sebagai pemrosesan top-down.
3. Teori pencocokan
template mengajukan gagasan bahwa pengenalan objek terjadi ketika representasi
internal stimuli tersebut (yakni gambaran stimuli yang disimpan dalam memori
pengamat) sama persis dengan stimuli yang diindera sistem sensorik. Teori ini
memiliki kegunaan konseptual dan praktikal, namun tidak dapat menjelaskan
proses-proses kognitif yang rumit, seperti kemampuan kita menginterpretasi
bentuk-bentuk yang asing dengan tepat.
4. Teori analisis fitur
mengajukan gagasan bahwa pengenalan objek terjadi hanya setelah stimuli
dianalisis berdasarkan komponen-komponen dasarnya. Data-data yang diperoleh
dari penelitian neurologis dan behavioral cenderung mendukung hipotesis ini.
5. Teori pembentukan
prototipe mengajukan gagasan bahwa pengenalan terhadap objek terjadi sebagai
hasil dari abstraksi terhadap stimuli, yang disimpan dalam memori dan berfungsi
sebagai suatu bentuk ideal, yang digunakan untuk mengevaluasi pola-pola yang
diamati.
Pengenalan objek visual pada
manusia melibatkan analisis visual terhadap stimuli sebagai input dan juga
melibatkan penyimpanan memori jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar