BAHASA
dan KOGNISI
Menurut Soenjono Dardjowidjojo
mengemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang
dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki
bersama. Menurut Robert E. Owens, JR mengemukakan bahwa bahasa didefinisikan
sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep-konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki
dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Selanjutnya, menurut Badudu dalam
Nurbiana Dhieni,dkk pengertian bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi
antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran dan perasaan manusia secara
teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Melalui bahasa, manusia dapat
berkomunikasi dengan saling bertegur sapa, dan saling bertukar pikiran untuk
memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan pengertian kognitif atau
sering disebut kognisi merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.
Kognitif mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati.
Menurut Ahmad Susanto mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir,
yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat
kecerdasan intelegensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama
sekali ditujukan pada ide-ide dan belajar.
Pengertian kognitif menurut Bandura
dalam Ane Fatma dan Sri Ernawati mengemukakan bahwa pengertian kognitif adalah
proses berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Dari berbagai pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kognitif secara umum yaitu sebagai
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Selanjutnya pembahasan mengenai bahasa
dan neurologi. Terkait hal tersebut, terdapat beberapa penelitian yang akan
mencari tahu mengenai landasan neurologi dalam bahasa. Penggunaan stimulasi
elektrik untuk penelitian digunakan oleh Penfield pada akhit era 1950an.
Laporan protokol verbal dari pasien yang mengalami psychosurgery. Pada
penelitian tersebut, peneliti memberikan aliran listrik yang bertegangan rendah
ke are pemprosesan bahasa seperti area Broca, area Wernicke, dan sejumlah area
di korteks motorik. Dari prosedur tersebut ditemukan bahwa listrik tersebut
mengganggu dalam kemampuan berbicara. Eksperimen dengan menggunakan stimulasi
elekrik juga dilakukan oleh Ojemann, hasil penelitian dari Ojemann mendukung
penilitian dari Robert. Selain menggunakan stimuliasi elektrik, penelitian juga
menggunakan pemindai PET yang dilakukan oleh Posner dan rekannya. Dalam
penelitian ini, kata yang ditampilkan secara visual menimbulkan aktivasi di
lobus oksipital, sedangkan kata yang diucapkan secara lisan menimbulkan
aktivasi di korteks temporoparietal.
Kemampuaan dalam berbahasa akan ada
kaitannya juga kemampuan seseorang dalam membaca. Membaca merupakan suatu
bentuk identifikasi terhadap huruf. Saat membaca, kita akan melakukan gerak sakadik
dan ada periode waktu saat kita berhenti atau melakukan fiksasi. Norton dan
Stark menemukan bahwa selama seseorang membaca pada umumnya akan terjadi dua
atau tiga gerakan sakadikperdetik, gerakan yang cepat tersebut nyanya
menggunaka waktu sekitar 10 persen utnuk memandang teks. Proses membaca normal
terjadi diluar area pandanganfovea, dan ketajaman akan menurun jika berada
diluar fovea.
Intensitas pemprosesan pada area
Wernicke dan Broca akan mengalami peningkatan siring dengan meningkatnya
kerumitan kata. Ada dua pemprosesan dalam memhami suatu teks yaitu :
1.
Pemprosesan Top-Down : semakin
besar pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca maka akan semakin baik
pemahamannya dan tidak memperdulikan jenis dari teks yang dibaca.
2. Pemprosesan
Bottom-Up : pemaham akan teks didasarkan pada jenis teks yang dibaca, membaca
teks ringan seperti cerita akan mudah diuji secara empirik dan membantu dalam
memahami materi yang diorganisasikan dan penyimpanan terhadap materi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar