NAMA : Dina Rahmawati
NIM : 16410089
KELAS : Psikologi Kognitif “D”
PEMECAHAN
MASALAH, KREATIVITAS, dan INTELIGENSI MANUSIA
Artikel kali ini akan menyajikan
topik mengenai proses kognitif tingkat tinggi yaitu pemecahan masalah,
kreativitas, dan intelegensi manusia. hal tersebut akan diuraikan di bawah ini.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah selalu mencakup
setiap sudut aktivitas manusia dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan,
hukum, olah raga dan sebagainya. penelitian pertama kali mengenai hal ini
dengan membuat pertanyaan “Apa yang akan dilakukan seseorang untuk memecahkan
masalah”. Adapun pengertian dari Pemecahan masalah itu sendiri adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan
keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak menemukan
masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita akan membuat suatu cara
untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan
masalah.
Adanya teori Psikologi Gestalt ini
juga dapat untuk memecahkan masalah. adapun menurut aliran ini suatu
permasalahan (perseptual) ada ketika ketegangan atau stress muncul sebagai
hasil dari interaksi antara persepsi dan memori. Lalu, muncul juga konsep “functional
fixedness” yaitu adanya kecenderungan untuk mempersepsikan suatu barang
sesuai dengan fungsi pada umumnya, maka kecenderungan tersebut dapat
mempersulit kita ketika kita gunakan untuk hal-hal yang kurang lazim. Intinya
hal ini berfokus pada sifat dari suatu tugas dan pengaruhnya pada kemampuan
seseorang untuk memecahkannya.
Representasi Masalah oleh psikologi kognitif
modern yakni bagaimana suatu permasalahan digambarkan dalam sebuah pikiran. dan
bagaimana pentingnya informasi disampaikan dalam pemecahan masalah agar
mendapatkan suatu solusi. Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan
masalah ini mempunyai pola atau tahapan yag berurutan sebagaimana contoh yang
dikemukakan oleh Hayes (1989) dalam tindakan kognitifnya yaitu (1)
Mengidentifikasi Permasalahannya (2) Representasi Masalah (3) Merencanakan
sebuah solusi (4) Merealisasikan Rencana (5) Mengevaluasi rencana (6)
Mengevaluasi Solusi. Semua informasi direpresentasikan melalui imajinasi visual
kita.
Representasi Internal itu sebuah
model yang menggambarkan adanya hubungan antara struktur memori dan jaringan
semantik selama proses pemecahan masalah. Salah satu model oleh Eisenstadt dan
Kareev yang telah memfokuskan perhatian gambaran internal yang dibentuk selama
proses pemecahan masalah, terkait dengan penelitian yang menunjukkan ingatan
mengenai cakupan permasalahan adalah suatu fungsi dari pembentukan permasalahan
itu sendiri. Dan memecahkan sebuah masalah tergantung pada representasi
subyektif yang disimpan dalam ingatan serta pembentukan representasi internal
merupakan sebuah proses yang aktif. Perencanaan dalam permainan papan
melibatkan proses atas-ke-bawah maupun bawah-ke-atas.
Pada akhir masalah yang perlu kita
lakukan adalah menyusun dan membuat kesimpulan maka kita akan mampu untuk
memecahkan masalah tanpa melibatkan orang lain.
Kreativitas
Seringkali kita tidak menyadari dan
tidak mengetahui tentang adanya berbagai macam kreativitas lain yang ada dalam
diri manusia Proses Kreatif. Oleh karena itu , Kreativitas adalah suatu
aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu
bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis.
Berdasarkan sejarah psikologi
kognitif , Wallas (1926) menjelaskan bahwa ada 4 tahapan dalam proses kreatif,
yaitu : Tahap 1 : Persiapan yaitu
memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk
memecahkannya. Tahap 2 : Inkubasi yaitu masa di mana tidak ada usaha
yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalahnya dan perhatian
dialihkan ke hal lain untuk sementara. Tahap 3 : Iluminasi/Pencerahan yaitu
memperoleh “insight” (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut. Tahap
4 : Verifikasi yatu menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
Kreativitas dan Functional Fixedness.
Dalam hal ini functional fixedness dapat menghambat kreativitas dimana ada
kesamaan konsep antara pemecahan masalah dengan kreativitas. Seseorang yang
selalu melakukan hal-hal atau pemikiran-pemikiran yang sama dari waktu ke waktu
dianggap sebagai orang yang tidak imajiantif dan membosankan.
Investasi Teori Kreativitas oleh
Sternberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreativitas berdasarkan
pendekatan multivariate yang mempunyai 6 atribut yaitu proses inteligensi, gaya
intelektual, pengetahuan, kepribadian, motivasi, konteks lingkungan. namun,
sangat sulit untuk membuat keenam atribut tersebut bekerja secara bersamaan.
Karena keenam atribut tersebut cenderung dilihat sebagai investasi portofolio
dalam dunia bisnis dsb. Tapi sebenarnya portofolio kreativitas kita merupakan
dasar dari tindakan kreatif kita. Kreativitas bukan hanya terdiri dari satu
sifat, keahlian, ataupun ketangkasan saja tetapi merupakan kombinasi dari
beberapa faktor yang dapat diidentifikasi dan dianalisa.
Fungsi Adaptif Kreativitas oleh
Cosmides dan Tooby (2000, 2001) memberikan argument bahwa menciptakan, melihat,
dan memahami dunia sebenarnya dapat membantu manusia dalam “berlatih”
menghadapi kejadian-kejadian yang nyata.
Penilaian Kreativitas dapat
menghasilkan meningkatnya kinerja berdasarkan standar pengukuran kreativitas,
namun belum dapat diketahui apakah pengalaman dapat menghasilkan bentuk
aktivitas yang dianggap kreatif oleh banyak orang (seperti yang dilakukan oleh
Van Gogh, Einstein, atau Dickinson).
Divergence Production Test oleh
Guilford (1967) membedakan
tipe berpikir menjadi 2 macam yaitu berpikir konvergen/terpusat dan berpikir
divergen/menyebar. Cara berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus
sedangkan cara berpikir divergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang
berbeda terhadap suatu pertanyaan, sehingga kebenaran itu bersifat subyektif.
Hambatan-Hambatan Budaya ini berhubungan dengan masing-masing
individu karena beberapa orang dapat
menghasilkan ide-ide kreatifnya dan beberapa orang lain tidak. Jika kita mampu
menghasilkan beberapa ide yang berbeda, itu berarti kita juga telah menunjukkan fleksibilitas
kita. dan kefasihan dapat mempermudah proses pemecahan masalah tetapi terkadang
tidak menghasilkan solusi. Jadi, berpikir lebih fleksibel adalah hal yang
paling utama.
Mengajarkan Kreativitas oleh Hayes
(1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa cara
yaitu mengembangkan pengetahuan dasar, menciptakan atmosfer yang tepat, dan
mencari analogi.
Inteligensi
Manusia
Inteligensi manusia adalah kemampuan
untuk memperoleh, memanggil kembali(recall), dan menggunakan pengetahuan untuk
memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan
ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat.
Beberapa kemampuan yang dipercayai
oleh Nickerson,Perkins, dan Smith dalam merepresentasikan inteligensi manusia
yaitu kemampuan untuk mengklasifikasikan pola, memodifikasi perilaku secara
adaptif, berpikir secara deduktif, berpikir secara induktif/generalisasi,
mengembangkan dan menggunakan model konseptual, memahami/mengerti.
Teori Kognitif Inteligensi ini
intinya adalah bagaimana inteligensi dikonsep oleh psikologi kognitif yang
menganut teori pemrosesan informasi dari kognisi. Teori ini juga mengungkapkan
hal tersebut sebagai suatu komponen yang terkait dengan informasi sebagai suatu
proses melalui tahap-tahap yang melibatkan mekanisme yang unik.
kecepatan pemrosesan informasi ini
tokoh Hunt, dkk menanyakan bahwa dengan cara seperti apakah pemrosesan
informasi pada subjek dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya kemampuan. Adapun
pengujian terhadap infromasi umum dapat memberikan data-data penting mengenai
pengetahuan umum dan kemampuan seseorang untuk menarik informasi kembali. Ada
juga penalaran dan pemecahan masalah yang merupakan komponen terpenting dalam
kehidupan manusia.
Penelitian menggunakan kerangka
tersebut telah menemukan bahwa daya ingat (kecepatan, ketepatan, dan jumlah)
merupakan suatu fungsi dari kemampuan verbal dan suatu dasar pengetahuan yang
dimiliki individu (sesuatu yang baru vs sesuatu yang telah berpengalaman)
mempengaruhi jumlah dan ketepatan dari proses recall sebaik ketepatan dari
metamemorinya.
Studi mengenai GMR Mengindikasikan
bahwa seseorang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi atau seseorang
yang benar-benar terlatih cenderung untuk membutuhkan lebih sedikit nutrisi
untuk beberapa bagian dari otak dibandingkan dengan otak yang kurang efisien
dalam penggunaannya.
Robert L.
Solso dkk. 2007. Psikologi
Kognitif. PT Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar