Kamis, 16 November 2017

muhammad ihza firdaus

BAHASA 

Kehidupan keseharian manusia tak pernah lepas dengan komunikasi dan interaksi antara manusia lainnya. Dalam suatu komunikasi kita menggunakan bahasa atau dialektika daerah kita. Bagaimana otak kita memproses bahasa dan di bagian mana bahasa diproses?.
Bahasa merupakan suatu studi yang sangat menarik. Hal itu dikarenakan bahasa merupakan salah satu keunikan yang dimiliki manusia, yaitu keabstrakan yang rumit dalam pemrosesan suatu bahasa. Sehingga bahasa menurut psikolog kognitif adalah suatu sistem komunikasi yang di dalamnya pikiran-pikiran dikirimkan dengan perantara suara atau simbol.
Manusia memiliki kemampuan menyimpan kata sekitar 60.000 kata yang berbeda-beda. Kata-kata tersebut akan terus berkembang secara konstan. Karena itulah bahasa bersifat dinamis dan akan berkembang setiap tahunnya serta kata-kata baru dihasilkan. Misalnya saja kata “Woles” sebelumnya tidak ada dalam kamus verbal keseharian kita namun pada tahun 2015 kita mengenal kata tersebut.
Bahasa memiliki area-area yang sangat penting bagaimana cara kata-kata disusun menjadi suatu kalimat atau frase. Kapasitas penyimpanan verbal yang begitu kayanya tidak akan bermanfaat saat kita tidak mengekspresikan isi pikiran kita dengan kata-kata yang kita miliki kepada orang lain. Area bahasa tersebut adalah area fonologi yaitu ilmu yang mempelajari kombinasi suara dalam bahasa. Area morfologi yaitu ilmu yang mempelajari kombinasi potongan-potongan kata dari kata-kata itu sendiri. Dan sintaksis yaitu ilmu yang mempelajari kombinasi kata-kata yang menjadi frase atau kalimat.
Proses bahasa pada otak terdapat pada bagian frontal kiri, yaitu pada area broca dan bagian temporal kiri, yaitu area wernicke. Area broca merupakan letak kemampuan kita berbicara dan produksi bahasa, ketika area broca ini rusak maka akan kemampuan berbicara atau produksi bahasa kita terganggu, seperti hasil penelitian dari Paul Broca. Sedangkan pada area wernicke merupakan letak kemampuan dalam pemahaman terhadap bahasa. Seseorang akan sulit memahami bahasa atau pembicaraan ketika mengalami kerusakan pada area wernicke.
Linguistik atau ilmu yang mempelajari bahasa. Dalam perkembangannya para psikolog menggabungkan kedua ilmu yaitu psikologi dan linguistik, sehingga menghasilkan suatu ilmu baru yang disebut dengan psikologi linguistik.
Para ahli linguistik mengembangkan sebuah kerangka kerja bahasa yang bersifat hierarki. Kerangka kerja bahasa yaitu meliputi fonem, morfem, morfologi, dan sintaksis. Fonem adalah unit dasar bahasa lisan yang saat digunakan secara tunggal tidak akan memiliki makna sama sekali. Fonem bisa dikatakan suara-suara yang merupakan hasil koordinasi yang rumit paru-paru, mulut, thorax, bibir, pita suara, lidah, larynx, dan gigi. Sehingga ketika koordinasi tersebut berjalan baik akan menghasilkan suara yang akan persepsi dan dipahami oleh pendengar yang menguasai bahasa yang diucapkan pembicara. Contohnya fonem adalah ee dalam kata heat.
Morfem yaitu unit-unit terkecil atau kata-kata yang memiliki makna. Morfem ada dua yaitu kata dan bagian kata. Morfem kata adalah unit yang berdiri sendiri contohnya seperi warna, Orange, mengemudi. Sedangkan morfem bagian dari kata yaitu unit terkecil yang akan memiliki makna ketika digabungkan dengan kata lain misalnya tak menarik, tak memiliki warna.
Morfologi adalah studi mengenai struktur kata-kata. Suatu memiliki komposisi morfologi yang sangat luas. Sehingga dari masing-masing bahasa memiliki batasan-batasan atau aturan dalam bahasa tersebut. Seperi dalam bahasa Indonesia adalah cara penulisan dalam kaidah KBBI.
Sintaksis adalah peraturan-peraturan yang mengendalikan dalam penyusunan kata-kata menjadi suatu kalimat atau frase. Variasi kata-kata yang dihasilkan oleh manusia hanya terbatas oleh waktu dan imajinasi. Sehingga untuk memahami bahasa para ahli linguistik berfokus pada dua aspek yaitu produktivitas dan regularitas. Produktivitas yaitu mengacu pada ketidakterbatasan jumlah kalimat, frase, dan ucapan yang mungkin muncul dalam suatu bahasa.  Sedangkan regularitas adalah mengacu pada pola sistematik yang terdapat dalam kalimat atau frase. Misalnya anak itu memukul bola.
Pandangan kedua dari para ahli linguistik tentang pemrosesan bahasa adalah teori tata bahasa transformasional. Yaitu suatu pandangan yang dikembangkan oleh Chomsky, bahwa dalam bahasa terdapat tata bahasa transformasional yaitu kumpulan peraturan yang mengendalikan keteraturan bahasa yang berkaitan dengan perubahan-perubahan bentuk linguistik yang mempertahankan makna. Misalnya “Andi memukul bola” dan “bola dipukul Andi” keduanya memiliki makna yang sama meskipun susunan linguistiknya berbeda. Inilah yang dinamakan tata bahasa transformasional.
Berdasarkan teori-teori di atas memberikan dampak pada teori kognisi dan memori. Bahwa memori manusia tidak hanya menyimpan kalimat-kalimat akan tetapi memori manusia adalah hasil dari proses rekonstruksi dinamis yang salah satu komponennya adalah pengambilan intisari atau ide pokok dari suatu kalimat. Sehingga meskipun manusia diberikan kalimat dengan susunan yang beraneka ragam, manusia tetap dapat memahami makna dari kalimat tersebut.
Setelah penjelasan panjang lebar bahasa dari susut pandang ahli linguistik, kita akan membahas bahasa dari susut pandang para psikolog kognitif. Para psikolog linguistik menjelaskan beberapa teori terhadap bahasa. Pertama, bahwa bahasa adalah hasil dari belajar  dan berkembang melalui penguatan. Asumsi ini bertolak belakang dengan teori ahli linguistik Chomsky yaitu bahasa adalah bersifat bawaan dan hanya pada area morfologi saja yang melalui penguatan.
Kedua, terori hipotesis relativitas linguistik, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa bahasa dan perkembangan biologis manusia berjalan beriringan, saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu juga memiliki gagasan penting bahwa bahasa mempengaruhi persepsi dan konseptualisasi realita. Misalnya suatu benda yang direpresentasikan oleh suatu kata akan dipahami secara berbeda oleh orang-orang yang memiliki bahasa yang berbeda.
Pembahasan bahasa erat dengan proses membaca. Dalam proses membaca kita melakukan pemahaman terhadap bahasa. Studi tentang membaca dimulai pada abad ke 19 oleh Emil Javal. Ia menemukan bahwa dalam proses membaca mata manusia tidak mengamati huruf demi huruf secara berurutan, namun bergerak dalam loncatan-loncatan kecil. Mata bergerak dengan loncatan-loncatan kecil tersebut dinamakan dengan gerak sekadik. Dalam proses membaca selain disertai dengan gerak sekadik juga disertai dengan fiksasi (periode berhenti sesaat) pada titik tertentu.
Proses membaca melibatkan rentang perseptual seperti yang telah dijelaskan pada bab persepsi. Rentang perseptual adalah proses pengidentifikasian huruf atau kata. Huruf atau kata yang kita lihat akan jatuh di fovea, yaitu daerah kecil yang berada di belakang mata, yang dipadati oleh neuron-neuron fotosensitif yang disebut dengan sel kerucut. Banyak penelitian dari berapa pakar yang mengasumsikan bahwa informasi tekstual yang jatuh tepat di depan fovea akan mudah dikirimkan ke otak, akan tetapi tidak kemungkinan di luar fovea juga dapat dikirimkan ke otak dengan jelas, bahkan dalam suatu penelitian menyatakan bahwa kata yang dipisahkan dengan spasi dan jatuh di luar fovea dapat terdeteksi lebih jelas.
Kita dalam proses membaca tak lepas dari tujuan utama dari membaca yaitu memahami isi dari suatu teks. Pemahaman dalam membaca merupakan suatu proses memahami makna materi tertulis. Dalam salah satu model pemahaman menyatakan bahwa pembaca memahami teks berkenaan dengan proporsi dan skematis sasaran. Selain itu dalam pemahaman membaca kita biasa menggunakan pemrosesan Top-Down dan pemrosesan Bottom-Up.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar