Kamis, 16 November 2017

Garin Prakoso

Kognisi Sepanjang Masa
Kehidupan
Oleh Garin Prakoso (13410107)

Manusia memiliki proses kognisi yang terjadi berlangsung sebagaimana ia tumbuh. Persepsi, memori, bahasa dan proses berpikir kita dikendalikan oleh struktur genetik dasar yang kita warisi dan perubahan yang kita alami sebagai tanggapan terhadap permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial. Intinya, kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan di masa tua mengalami penurunan. Nama Piaget sudah tidak asing lagi di telinga kita, nah bagi Piaget sendiri ia mengadopsi perspektif yang unik sekaligus berpengaruh. Ada dua prinsip utama dalam perkembangan kognitif, yakni organisasi dan adaptasi. Organisasi mengacu pada sifat dasar struktur mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Pikiran dalam perspektif Piaget bersifat terstruktur dan terorganisasi. Untuk adaptasi sendiri, mencakup dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar dan pengasimilasiannya dengan pengetahuan dan perilaku informasi dan objek-objek baru di lingkungannya. Ciri-ciri perkembangan kognitif adalah: bersifat kuantitatif, perubahannya linier dalam suatu tahap, dan adanya perubahan kualitatif yang melintasi 4 tahap utama, yaitu: tahap sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Teori lain mengenai perkembangan kognitif ialah Vygotsky, menolak determinisme biologis yang ketat dan menyatakan bahwa perkembangan didahului oleh proses belajar. Pikiran dan bahasa diyakini oleh Vygotsky sebagai dua hal yang tidak saling tergantung, di mana pikiran terbentuk secara biologis, sementara bahasa merupakan bentukan sosial. Integrasi terjadi ketika anak menghubungkan pikiran, bahasa dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya melalui aktivitas pemberian nama.
Proses-proses kognitif, seperti persepsi, memori, pembayangan dan pemecahan masalah didasarkan pada struktur dan proses-proses neurologis. Tujuan pembahasan sub bab ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai fungsi sistem saraf sepanjang rentang kehidupan manusia. Empat pendekatan yang berbeda digunakan dalam neuropsikologi perkembangan, yaitu: 1) Penelitian perkembangan sistem saraf dalam hubungannya dengan perubahan kognitif; 2) Penelitian kognitif sepanjang rentang kehidupan individu berangkat dari kematangan neurologis; 3) Penelitian patologi neurologis atau kerusakan yang mengakibatkan perubahan kognitif; 4) Penelitian eksperimental dengan memanipulasi otak atau dengan memperkenalkan beberapa variabel independen dan mengobservasi aktivitas otak, sebagaimana dilakukan pada penelitian PET.
Ketika selektivitas tingkat tinggi dibutuhkan, anak yang lebih besar lebih mampu untuk berfokus pada hal-hal yang relevan, dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, sementara anak kecil masih memiliki kesulitan dalam bidang ini. Kemudian, perhatian pada wajah menjadi topik yang menarik dalam psikologi kognitif, yaitu mengenai ciri pemandangan visual apakah yang diperhatikan orang. Karena bayi semakin familiar dengan wajah orang pada usia yang sangat dini, para psikolog perkembangan kognitif telah meneliti perhatian terhadap wajah. Menarik bukan? Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian. Johnson dan Morton (1911) menemukan hasil yang mirip pada bayi berusia di bawah sepuluh menit. Penelitian ini dan penelitian-penelitian lain telah banyak disitir untuk mendukung otak terpraprogram parsial, yang diadaptasi untuk merespons wajah di lingkungannya dalam rangka untuk bertahan hidup.
Anak-anak usia dini dan bayi memiliki kapasitas memori, tetpai diragukan bahwa memori yang reliabel telah terbentuk, atau dapat diingat kembali sebelum individu mencapai dua tahun. Pengalaman yang paling banyak diingat di kemudian hari adalah pengalaman sepanjang rentang usia 10 hingga 30 tahun.
Penelitian-penelitian yang membandingkan kognisi tingkat lanjut pada anak dan orang dewasa telah menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan skematik cerita yang sama dengan cara yang dilakukan orang dewasa. Sementara orang dewasa lebih mengandalkan representasi semantik, anak-anak lebih mengandalkan representasi yang berdasarkan persepsi, seperti misalnya pembayangan. Pembentukan kategori konseptual mendahului akuisisi bahasa, berdasarkan pembentukan prototipe pada bayi.
Akuisisi informasi mula-mula membutuhkan persepsi dan perhatian pada informasi yang bersangkutan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara kelompok subjek yang lebih muda dan kelompok subjek yang lebih tua dalam kemampuan-kemampuan seperti perhatian selektif dan kemampuan untuk merespons tugas, meningkat seiring bertambahnya usia. Orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar menggunakan strategi penyandian yang berbeda dengan anak-anak yang lebih kecil, dan perbedaan ini muncul pada tahap awal rangkaian pemrosesan informasi sebagai register sensorik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar