Kamis, 16 November 2017

Nur amalia hamida

Kognisi Sepanjang Kehidupan
Oleh : Nur amalia hamida
NIM  16410046
Perkembangan kognitif sepanjang kehidupan berkaitan dengan perubahan – perubahan kemampuan yang dimiliki manusia dalam proses – proses kognisi, seperti memori, bahasa, kemampuan bernalar, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, persepsi dll. Piaget menetapkan bahwa intelekutuaitas, sebagaimana fungsi – sfungsi biologis, adalah hasil adaptasi evolusioner. Maka,  untuk memahami sifat dasar pikiran seseorang, dapat menggunakan pendekatan atau pandangan biologis dan evolusioner. Piaget menyatakan dua prinsip utama dalam perkembangan kognitif yakni organisasi dan adaptasi.
Organisasi (organization) adalah sifat dasar sturuktur mental yang berguna untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Tingkat berpikir yang paling sederhana adalah skema. Skema merupakan kerangka mental beberapa tindakan yang dilakukan terhadap objek. Pada bayi baru lahir, skema digunakan untuk menghisap dan menggenggam sehingga ia dapat memahami dunia.
Sedangkan adapatasi (adaptation) melibatkan dua proses, yakni asimilasi (asimilation)  dan akomodasi (accomodation). Asimilasi merupakan proses perolehan informasi dai luar, dan pengasimilasiannya melibatkan pengetahuan dan perilaku kita sebelumnya. Berbeda dengan akomodasi, akomodasi adalah perubahan skema lama menjadi skema baru dalam rangka memproses informasi-infromasi baru. Meskipun kedua hal ini berbeda, namun jika kita telaah, keduanya saling melengkapi dalam proses adaptasi.
Berikut ini tahapan – tahapan perkembanga kognitif menurut Piaget :
1. Tahap sensorimotor (0 – 2thn)
Pada tahap ini dicirikan hal-hal yang bersifat bawaan dan berupa refleks – refleks, seperti menghisap. Namun pada fase selanjutnya, skema refleks mulai terkontrol secara sadar.
2. Tahap pra-operasional (2-7thn)
Pada tahap ini, anak mengalami kesulitan untuk membedakan antara persepsi mereka dengan persepsi orang lain atau sering disebut dengan egosentrisme anak.
3. Tahap operasional konkret (7-11thn)
Pada tahap ini, anak dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa – peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek ke dalam bentuk yang berbeda – beda.
4. Tahap operasional formal (remaja dan dewasa)
Pada tahap ini, seseorang bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.  Selain itu, seseorang mampu merumuskan hipotesis dan menguji kebenarannya.  
Selain perkembangan kognitif perspektif Piaget, terdapat juga tahapan perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Vygotsky. Piaget dan Vygotsky hidup sezaman dan keduannya tinggal di Eropa, namun mereka tidak pernah bertemu. Meskipun demikian, keduannya saling mengenal satu sama lain. Letak perbedaan perspektif Piaget dan Vygotsy adalah Piaget berpendapat bahwa perkembangan mendahului pembelajaran, sedangkan Vygotsky berpendapat sebaliknya.  Teori Vygotsky adalah teori kognisi sosiobudaya yang berfokus pada bagaimana budaya dan interaksi sosial megarahkan perkembangan kognitif (Santrock, 2002, hal.29).
Vygotsky berpendapat bahwa pekembangan memori, atensi, dan penalaran mencakup kegiatan belajar untuk menggunakan temuan – temuan dari masyarakat. Dalam teori Vygotsky, interaksi  adalah perangkat yang sangat penting dalam beradaptasi.
Berikut ini tahapan kognitif menurut Vygotsy
1. Tahapan sosial (eksternal)
Tahapan ini berlangsung sebelum anak berusia tiga tahun, pada tahap ini bahasa difungsikan untuk mengontrol perilaku orang lain dan mengekspresikan pikiran – pikirandan emosi – emosi sederhana.
2. Tahapan egosentris
Tahapan ini berlangsung saat anak berusia tiga hingga tujuh tahun. Tahapan ini adalah fase dimana anak berbicara secara eksternal dan internal. Bahasa digunakan untuk mengontrol perilaku, tetapi diekspresikan dengan keras.
3. Tahapan Internal (inner)
Tahapan ini berlangsung sejak usia tujuh tahun. Pada tahap ini sering terjadi pembicaraan dengan diri sendiri (self-talk) yang memungkinkan pembicaraan terarah.

Setelah membahas mengenai perkembangan kognitif, mungkin akan muncul pertanyaan mengenai pengaruh penuaan pada kemampuan kognitif, seperti pembuatan keputusan, memori dan konsep perseptual. Hasilnya yakni terdapat penurunan, baik pada memori ekplisit maupun implisit. Selain itu, dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa performa memori jangka pendek, memori semantik, memori prosedural tidak berhubungan dengan penuaan yang normal. Sehingga sistem memori sebagian besar tetap lengkap pada penuaan normal. Namun, yang mengalami penurunan adalah memori – memori episodik. Hal ini menyebabkan kita memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencari kunci, mengingat – ingat dimana kita memarkir mobil kita, dll.  
Sumber rujukan :
Solso, Robert L, 2009.  Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga
Santrock, Jhon W, 2002. Life-Span. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar