Rabu, 27 September 2017

Sukma bayyinah

Sukma bayyinah
16410074
Memori Manusia
            Memori merupakan proses belajar yang bertahan dari waktu ke waktu, informasi yang telah disimpan, dan dapat di panggil kembali (recall). Memori adalah rantai penghubung antara masa lalu dan saat ini. Apabila memori ini rusak maka kita akan tertinggal, tidak mampu meninggalkan masa kini, dan tidak dapat mencapai masa depan.
            Secara umum, memori dapat diakses kembali melalui 3 cara, yaitu :
1)    Recall : proses ini mendeskripsikan bagaimana kita memanggil kembali informasi yang pernah kita ketahui. Proses ini dianalogikan seperti saat kita melengkapi pernyataan yang memiliki kata-kata yang hilang.
2)   Recognition : proses saat dimana kita hanya butuh untuk mengidentifikasi informasi yang disajikan bersamaan dengan informasi lain. Proses ini dianalogikan seperti saat kita mengerjakan soal pilihan ganda.
3)   Relearning : proses mempelajari kembali hal-hal yang telah disimpan beberapa waktu lalu. Contohnya saat belajar untuk ujian, kita akan lebih mudah belajar dengan mengingat kembali materi-materi yang hampir dilupakan.
            Pada tahun 1960-an, psikolog Amerika, Richard Atkinson dan Richard Shiffrin mengemukan bahwa dalam memori terdapat tiga tahapan dalam formasi memori, yaitu, register sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
            Sebuah stimulus ditangkap oleh alat indera kita kemudian dilanjutkan menuju ke otak ke memori jangka pendek. Kemudian disimpan menuju memori jangka panjang yang nantinya akan dimunculkan kembali. Pernyataan tersebut tampak sederhana namun bukan berarti memori itu tidak rumit.
            Sesuai dengan model yang dibuat oleh Atkinson dan Shiffrin, pertama-tama kita merekam informasi yang ingin kita ingat melalui alat indera kita (sensory memory). Setelah itu akan disalurkan dan dibawa menuju short-term memory (STM). Memori yang muncul dalam STM dapat bertahan apabila kita melakukan ‘latihan’ untuk mengingat informasi tersebut. Informasi yang berada pada STM hanya akan bertahan sekitar 30 detik saja, sehingga apabila tidak di-‘latih’ akan sangat mungkin bagi kita untuk melupakan informasi tersebut.  Hal tersebut dikarenakan ingatan kita sebenarnya hanya mampu menangkap 4-7 informasi yang berbeda dalam satu waktu. Maka dari itu informasi lain yang tidak diinginkan akan hilang dan atau ditransfer menuju long-term memory (LTM).
            Long-term memory (LTM) merupakan tempat penyimpanan pada otak yang kekal, dimana disana tersimpan semua pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pernah kita alami.
            Definisi mengenai STM dari Atkinson dan Shiffrin dianggap tidak melingkupi semua proses yang berkembang pada transformasi informasi dari STM ke LTM. Sehingga para psikolog pada masa kini mengkaji kembali ide-ide tentang STM yang kemudian di-update menjadi konsep yang lebih komprehensif, yaitu working memory.
            Working memory melibatkan seluruh proses antara pengambilan informasi dari STM dan transformasi penyimpanan pada LTM. Adapun yang dinamakan memori eksplisit dan memori implisit pada proses ini. Memori ekspilist adalah keadaan dimana dengan sadar kita menyimpan sebuah informasi, contohnya yaitu belajar, menghafal angka, dll. Sedangkan memori implisit adalah dimana kita menyimpan informasi dalam keadaan tidak sadar. Seperti tiba-tiba kita teringat hal-hal kecil dalam kejadian sehari-hari.

            Perlu diketahui bahwa memori sejatinya tidak dapat hilang begitu saja dalam ingatan kita. Selain karena seiring berjalannya waktu, adapun informasi-informasi baru yang menindih informasi lama sehingga mungkin informasi yang lama akan sulit untuk diingat kembali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar