Rabu, 27 September 2017

SENSASI, ATENSI, DAN PERSEPSI

SENSASI, ATENSI, DAN PERSEPSI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PSIKOLOGI KOGNITIF
Dosen pengajar Yusuf Ratu Agung, MA







Oleh:
FACHRIZA MAHDIYATUL HUSNA (16410036)
FATIHATUN NURIL MUGHNIA  (16410037)
NUR AMALIA HAMIDA (16410046)
MUKHSIN NASRULLAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
FAKULTAS PSIKOLOGI
September 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
            Sensasi dan persepsi pada manusia merupakan proses dimana manusia menerima infoemasisensoris energi fisik yang berasal dari lingkungan baik melalui pengindraan maupun mengartikan stimulus menjadi sebuah sinyal-sinyal neural melalui proses pengcodingan.
            Sensasi (sensation) mengacu pada hubungan antara dunia fisik dan penginderaannya melalui sistem sensorik. Sedangkan, persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam pengintrepetasikan sinyal-sinyal sensorik.
Kebutuhan memusatkan pada satu perhatian merupakan kebutuhan yang kuat, dengan penegecualian pada pesan-pesan yang dianggap istimewa. Gangguan yang datang melalui peristiwa yang dianggap menarik, yang mampu memikat atensi seseorang disebut dengan fenomena pesta koktil (cocktail party phenomenon).
Adaya pemrosesan informasi yang diterima ini diproses dengan menggunakan pemrosesan atensi selktif. Kapasitas saluran (Channel capacity) adalah ketidakmampuan memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis yang menyebabkan adanya proses kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi. Selain itu, Pemrosesaninformasi juga dapat terjadi secara otomatisakibatadanyalatihandarisetiapaktivitas-aktivitas yang seringdilakukan yang kemudianmenjadibersifatotomatis.

1.2Rumusan Masalah
a)    Apakah yang dimaksud dengan sensasi dan persepsi?
b)   Bagaimana atensi bekerja?
c)    Bagaimana pemrosesan atensi selektif?
d)   Bagaimana kinerja pemrosesan otomatis?
e)    Apa yang dimaksud dengan neurosains atensi?
1.3Tujuan
a)    Untuk mengetahui apa itu sensai dan persepsi
b)   Untuk mengetahui kinerja atensi
c)    Untuk mengetahui pemrosesan atensi selektif
d)   Untuk mengetahui kinerja pemrosesan otomatis
e)    Untuk mengetahui neurosains atensi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Otak Komputasional
Untuk mempersepsi informasi mengenai lingkungannya, memahami dirinya, dan memproses informasi, manusia menggunakan otak komputasional (computasional brain).  Sinyal sensoris yang merupakan tahap utama dalam pemrosesan informasi diterima oleh sistem saraf perifer (peripheral nervous system) dan dilanjutkan ke otak sebagai pusat pengolahan informasi.  Sistem saraf prefier dan otak berfungsi untuk mempersepsi dan memikirkan serta menerima suatu infromasi dan memahaminya. Informasi didapatkan dari sistem sensorik berupa pancaindera yang dimiliki manusia.
Konsep otak kompusional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak yakni pemrosesan informasi ( Solso, 2007, p.74). Komputasi sebenarnya lebih merujuk pada cara untuk menemukan pemecahan masalah. Ketika kita berpikir bagaimana untuk mendapatkan IP lebih tinggi dari semester sebelumnya maka kita sedang melakukan suatu jenis komputasi.
-        Tahap-tahap pemrosesan informasi menurut Solso (2007)
Energi Fisik Sistem sensorik Transduksi penyimpanan sensorik aktivitas CNS dan penyandian Memori dan Pemrosesan aktivitas yang tampak

 
 





A.  Sensasi
Sensasi menurut Solso (2007) sensasi (sensation) mengacu pada pendekatan dini terhadap energi dari dunia fisik. Sedangkan menurut Santrock (2012) adalah produk dari interaksi antara informasi dan reseptor sensoris yakni, mata, telinga, lidah, hidung dan kulit. Sensasi terjadi ketika informasi berinteraksi dengan reseptor sensoris. Contohnya, sensasi pengelihatan terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak dengan mata, kemudian difokuskan ke retina, dan ditransmisikan oleh saraf optik ke pusat visual di  otak. 
Ketika sel-sel reseptor mencatat adanya rangsangan, energi tersebut dikonversi menjadi implus kimia listrik. Proses energi fisik menjadi energi kimia listrik disebut Tranduksi. ( Laura, 2014, p.225)
2.2. Pemyimpanan Ikonik dan Ekonik
Kemampuan kesan-kesan visual untuk memetap selama jangka waktu singkat sebagai memori ikonik dan bekerja terpisah dari dari faktor-faktor pengendali subjek (seperti atensi). Penyimpanan ikonik tidak melalui proses-proses kognitif tingkat tinggi seperti atensi ia hanya menyerupai arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan dan hanya bertahan selama satu detik yang berfungsi sebagai penyeimbang kecepatan informasi visual yang diterima dari mata yang dilakukan oleh otak.
Selain penyimpanan ikhoik ada juga penyimpanan ekonik yang berfungsi memberikan waktu tambahan bagi kita untuk mendengarkan sebuah pesan. Hal ini semakin jelas ketika ketika seseorang mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Selain itu ekhoik juga berfungsi sebagai lem yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Penyipanan ikhoik dan ekonik memungkinkan kita memilih informasi yang relevan untuk pemrosesan lenih lanjut, sehingga menyediakan sejenis solusi bagi keterbatasan kapasitas pada sistem pemrosesan informasi. Jangka waktu penyimpanan ikonik kira-kira mencapai 250 milidetik. Dan penyimpanan ekhoik menyimpan input auditorik dengan durasi sekitar 4 detik.

2.2 Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif

Kapasitas saluran (Channel capacity) adalah ketidakmampuan memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis yang menyebabkan adanya proses kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi dan bersifat adaptif. Kurangnya kapasitas saluran ini dipandang mampu menimbulkan adanya selektivitas.
Kapasitas saluran ini terjadi karena proses kognitif membatasi jumlah stimuli sebagai upaya untuk menghindari adanya overloading.
Atensi selektif (selective attention) terpusat hanya pada satu titik yang diperhatikan dan menghilangkan hal-hal yang dianggap tidak penting. Tampaknya kekuatan kognitif kita menunjukkan adanya ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik tersebut.
Kemampuan merespon sinyal sebagian berhubungan dengan kejernihan sinyal tersebut, artinya seberapa bersih sinyal dari informasi yang mengganggu “noise”. Hal ini disebut dengan rasio sinyal ke-gangguan (signal-to-noise ratio). Seseorang mengalihkan atensi dari satu fiksasi ke fiksasi lain dan menciptakan interferensi kognitif yang mempersulit pengambilankeputusan untuk membeli.
Sinyal-Sinyal Auditori
Cherry (1953) mengemukakan dalam penelitiannya tentang perkembangan prosedur eksperimental yang disebut dengan pembayangan (shadowing), yang dewasa ini digunakan sebagai standar dalam mempelajari atensi auditorik. Dalam metode ini seorang partisipan diminta untuk mengulangi sebuah pesan verbal (lisan), partisipan akan mampu untuk mengulangi ucapan tersebut jika dilakukan dalam pengucapan secara lambat, tapi ia akan merasa kesulitan jika pengucapan itu dilakukan dengan metode cepat. Ini berbeda ketika dilakuakan dengan menggunakan mata (visual) yang mengirimkan informasi ke kedua hemisfer, pada tahap ini setiap telinga akan mengirimkan informasi hanya ke hemisfer kontralateral (telinga kanan mengirimkan informasi ke telinga kiri, dan begitu sebaliknya), secara otomatis otak menyesuaikan perbedaan rentang waktu dengan menggabungkan kedua input pendengaran menjadi sebuah sinyal tunggal. Dari penelitian itu, cherry menyimpulkan bahwa meskipun seseorang mampu untuk melakukan proses pembayangan, ia hanya mampu mengingat sedikit saja dari pesan pesan yang telah mereka ulangi. Maka perlu adanya proses pencarian dalam mencari isyarat yang lebih halus (subtle), dan menghilangkan isyarat-isyarat yang mencolok.
Kebutuhan memusatkan pada satu perhatian merupakan kebutuhan yang kuat, dengan penegecualian pada pesan-pesan yang dianggap istimewa. Gangguan yang datang melalui peristiwa yang dianggap menarik, yang mampu memikat atensi seseorang disebut dengan fenomena pesta koktil (cocktail party phenomenon).

2.3Model-Model Atensi Selektif

Model adalah struktur kognitif hipotetik yang seringkali digambarkan sebagai kotak-kotak dan panah-panah. Model digunakan sebagai alat bantu untuk  para peneliti dalam mengorganisasikan data yang telah dikumpulkan dan digunakan untuk memandu jalannya penelitian, yang memungkinkan penyusunan prediksi/hipotesis  dan mengujinya.
1)   Model penyaringan (Broadbent)
Dikembangkan oleh Broadbent (1958). Teori yang disebut dengan model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang meyatakan bahwa pemrosesan dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia.
Adanya perbedaan antara Berikut ini merupakan saraf yang dibedakan berdasarkan pesan-pesan yang dikirimkan:
a)    Serabut saraf yang distimuli
b)   Jumlah impuls saraf yang dihasilkan
Pemrosesan metode ini diproses melalui sejumlah saluran yang pararel yan diproses melalui sebuah penyaring selektif, yang disaring untuk menuju saluran yang memiliki saluran yang terbatas. Broadbent mempostulatkan untuk menghindari overloading pada sistem, penyaring selektif diaktifkan di segala saluran sensorik.
2)   Model Atenuasi (Treisman)
Denganmenggunakanmetode Broadbent yang memusatkansisi yang dianggappentingdanmenghilangkansisi yang kurangpenting.  Metodeinimendeteksiinformasimelaluisebuahsaluran yang diabaikan (saluran yang tidakmendapatkanatensi).
Treismanmelakukangagasanmenggunakankamuspartisipan (penyimpanan kata dalammemori), beberapa kata ataukalimatmemilikiambangaktivas(threshold for activation) yangvlebihrendah.  Model Treismanmenggabungkanstruktur model Broadbent ditambahhasil-hasilempirik yang didapatdaripenelitian yang dilakukanoleh Moray.

2.4 PemrosesanOtomatis
Pemrosesanotomatisterjadidariakibatadanyalatihandarisetiapaktivitas-aktivitas yang seringdilakukan yang kemudianmenjadibersifatotomatisdanmembutuhkanatensi yang lebihsedikitjikadibandingkandenganaktivitas yang barudilakukan,  atauaktivitas yang belumdikuasai.
Pemrosesaninformasisecaraotomatismenurut Posner dan Snyder melaluitigakarakterikstikpemrosesanotomatis:
1. Pemrosesanotomatis yang terjaditanpaadaniatsadar.
2. Pemrosesanotomatistersembunyidarikesadaran.
3. Pemrosesanotomatismenggunakansedikitsumberdayasadar (ataubahkantidakmenggunakansumberdayasadarsamasekali).
Studimengenaipemrosesanotomatisinidianggappentingkarenaberlangsungdiluarpengalamansadar.

2.5Pandangan Neurosains Kognitif Tentang Atensi

            Mempelajari atensi dari sudut pandang neurosains kognitif memberikan kita kesempatan untuk menemukan dukungan neurologis bagi penemuan sebelumnya, dan juga membantu menemukan lokasi dari berbagai proses-proses terkait atensi yang berlangsung dalam otak. ( Solso, 2007, p.109).
1.      Atensi dan Otak Manusia
      Awalnya, terdapat kesulitan bagi para peneliti atensi dan otak manusia untuk menentukan pusat kerusakan otak yang mengkibatkan gangguan atensi yang spesifik. Selain itu, observasi-observasi pathologis seringkali dilakukan dalam pemeriksaan postmortem (pascakematian), yang tidak mungkin adanya komunikasi antara subjek penelitian dan pengamat (peneliti). Walaupun demikian, studi-studi awal menghasilkan gagasan bahwa atensi sebagian terkait dengan region kortikal yang spesifik.  Kemudian, baru-baru ini peneliti mengembangkan sejumlah teknik yang secara signifikan mengembangkan pemahaman kita mengenai hubungan antara otak dan atensi. Penemuan ini tidak mengahruskan subjeknya untuk mengalami penyakit stroke hingga pascakematian. Fokus pada penelitiian modern ini berada di dua bidang: penelitian dan diagnosis.
a.    Upaya menemukan korelasi antara struktur geografi otak dan proses-proses atensi. (Corbetta, dkk, 1994). Studi ini menggunakan seluruh tes kognitif yang telah dijabarkan dan alat-alat pelacak mandiri yang digunakan dalam studi-studi neurologis.
b.    Teknik – teknik yang dikembangkan di laboraturium kognitif digunakan sebagai alat uji diagnostik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis, yang berperan mempengaruhi proses-proses atensi ( Tinkleberg & Taylor, 1984).
2.    Atensi dan PET (Positron Emission Tomography)
      Perlu diingat bahwa prosedur PET mengevaluasi laju aliran darah di otak menggunakan pelaacak radioaktif. Saat otak memetabolisasikan zat-zat gizi, aliran darah ke otak diperbanyak. Aktivitas - akitivitas ini dimonitor melalui pendeteksi-pendeteksi radioaktif dan ditampilkan di komputer sebagai suatu peta geografis dari korteks. Peta tersebut menampilkan dan mengidentifikasi “hot spots” yakni area tempat aliran darah terkonsentrasi. Dalam eksperimen Petersen (1990) partisipan penelitian ditunjukkan stimuli kata, stimuli bukan-kata namun yang menyerupai kata, dan rangkaian konsonan.  
     



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
        Konsep otak kompusional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak yakni pemrosesan informasi ( Solso, 2007, p.74). Otak komputasional (computational brain) berfungsi untuk mempersepsi informasi yang berhubungan dengan lingkungannya, memahami dan memproses informasi. Ide pikiran apapun yang dilakukan oleh otak merupakan dasar bagi sistem otak komputasional.
Sensasi (sensation) merupakan pendeteksian dini yang dilakukan terhadap energi yang berasal dari fisik dan berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik serta stimuli yang mempengaruhinya. Sedangkan, persepsi merupakan kognisi tingkat tingkat tinggi yang mengintrepetasikan informasi sensorik.
Kapasitas saluran (Channel capacity) adalah ketidakmampuan memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan sebagai akibat adanya keterbatasan neurologis yang menyebabkan adanya proses kemacetan pada suatu tahap pemrosesan informasi sehingga mengakibatkan adanya selektifitas.
        Untuk menghasilkan hipotesa itu bia menggunakan 2 metode yaitu metode Broadbent dan metode atenuasi.Keterbatasan kapasitas dan atensi selektif mengimplikasikan adanya kemacetan struktural dalam pemrosesan informasi.




Daftar pustaka

Solso, R.L, dkk. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga
Santrock, J.W. (2011). Life Span Development. Jakarta: Penerbit Erlangga
King, L.A. (2012). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar