Selasa, 31 Oktober 2017

Nur amalia hamida

Representasi pengetahuan verbal dan visual
Oleh : Nur amalia hamida
NIM  16410046
Pada kesempatan sebelumnya, kita telah mempelajari mengenai memori. Memori ialah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Dengan menggunakan memori, kita dapat mengakses suatu pengetahuan. Pengetahuan adalah penyimpanan, pengintegrasian dan pengorganisasian informasi dalam memori.  Sebagian besar dari pengetahuan kita bersifat verbal. Hal ini didukung oleh fakta bahwa perkembangan verbal manusia jauh melampaui spesies – spesies lain.  Selain itu, struktur semantik memunngkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis “benda” yang tersimpan dalam memori dan bagaimana “benda” tersebut saling berhubungan dengan “benda” lain.  Pengogaisasian secara sematik merujuk pada cara konsep – konsep yang diorganisasikan dan dibentuk  sebagai struktur-struktur dalam memori.
Studi pengorganisasian semantik dibagi menjadi dua yaitu, pendekatan asosiasionis yang berfokus pada hubungan – hubungan fungsional antara konsep – konsep. Pendekatan ini mempelajari pengorganisasian semantik dengan mempelajari bentuk mengingat bebas atau free call (misalnya, kata-kata apa saja yang diingat bersamaan, dengan asumsi bahwa protokol-protokol semacam itu menyediakan informasi mengenai hakikat pengorgaisasian konsep dan struktur kognitif yang mendasari proses tersebut.  Selain itu, terdapat pendekatan kognitif yang berfokus pada struktur – struktur mental yang mendeskripsikan hubungan antara makna dan memori. Model – model kognitif mengorganisasikan data yang dihasilkan dari eksperimen – eksperimen semantik menjadi teori – teori memori yang komperhensif yang mencakup model – model set-teoritik, model pembandingan fitur, model – model jaringan, dan jaringan proposisional.
Pertama, kita membahas mengenai model set-teoritik. Model ini berisi gagasan bahwa konsep – konsep diorganisasikan melalui sejumlah besar set-informasi, yang meliputi kategori –kategori dan atribut – atribut. Jadi pada model ini kita akan mengenal adanya konsep yakni ide – ide abstrak yang merepresentasikan kategori – kategori informasi atau unit- unit pengetahuan. Contoh : kata “ mawar “ bukan lah sebuah konsep, namun ketika mawar digabuungkan dengan anggrek, kamboja, melati  dan tulip, maka akan terbentuk konsep “ bunga”.
Kedua, kita membahas mengenai model  pembandingan fitur semantik. Model ini mengasumsikan sebuah struktur set-teoritik namun mebedakan atribut – atribut sebagai atribut penegas dengan fitur- fitur karakteristik. Atribut penegas yang dimksud adalah fitur –fitur yang hakiki. Sedangkan fitur – fitur karakteristik adalah fitur yang beersifat karakteristik. Contoh : pikirkanlah kategori burung. Sebagian besar orang setuju bahwa murai adalah contoh yang baik untuk menggambarkan burung.  
Ketiga, model – model jaringan. Model ini mengasumsikan bahwa konsep-konsep disimpan dalam memori sebagai unit-unit independen yang saling terhubung oleh koneksi – koneksi yang spesifik dan bermakna. Keempat, model aktivitas menyebar. Model ini dibuat berdasarkan suatu jaringan rumit yang di dalamnya asosiasi-asosiasi sederhana dihubungkan bersama dalam suatu ruang konseptual. Contoh : merah dan api.
Kelima,  model jaringan proposisional. Model ini berisi gagasan bahwa memori diorganisasikan oleh sebuah jaringan asosiatif rumit yang berisi konstruksi – konstruksi proposional, yang merupakan unit-unit terkecil yang masih memiliki informasi yang bermakna (misalnya, “New York sungguh besar”).
Selain representasi pengetahuan verbal, pembahasan yang tak kalah penting adalah representasi secara visual. Studi terhadap representasi visual memunculkan pertanyaan yang lebih besar mengenai bagaimana informasi visual disimpan dan diambil dari memori. Studi mental imagery (perumpamaan, perbandingan, pembayangan mental) membahas isu bagaimana informasi direprentasikan dalam memori. Terdapat tiga kedudukan teoritik yang berbeda terkait bagaimana informasi disimpan  dalam memori. Pertama, Hipotesis- penyandian ganda (dual-coding hypothesis), yakni hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan sandi dan sistem penyandian pertama bersifat khayalan (imaginal) dan yang lainnya bersifat verbal. Kedua, hipotesis proposional-konseptual (conceptual propositional hypothesis), yang mengajukan gagasan bahwa informasi visual dan verbal dipresentasikan dalam bentuk proporsi – proporsi abstrak mengenai objek – objek beserta hubungannya. Ketiga, hipotesis ekuivalensi – fungsional (fungctional equivalency hypothesis), yang mengajukan gagasan bahwa imagery dan persepsi melibatkan proses-proses yang serupa.
Dalam representasi pengetahuan secara visual, ada istilah yang disebut dengan sinestesia. Sinestesia adalah suatu kondisi ketika sensasi-sensasi dari sebuah modalitas perseptual misalnya penglihatan dialami juga dalam modalitas yang lain seperti pendengaran. Sinestesia dikendalikan oleh peraturan, tidak terjadi secara acak. Terdapat data-data yang meyakinkan  dan mengindikasikan bahwa banyak orang mengalami sinestesia yang didalamnya citra-citra visual, suara-suara, dan pengalaman-pengalaman sensorik lainnya saling jalin menjalin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar