Selasa, 31 Oktober 2017

Esa Laili Sindiana

Nama : Esa Laili Sindiana
Nim : 16410097
Representasi Pengetahuan Secara Verbal
Bahasa dan Pengetahuan
Sebuah alasan yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkat perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies lain; oleh sebab itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik. Beberapa ahli (Baddeley, 1990) memperkirakan bahwa jumlah kata-kata yang maknanya diketahui oleh seseorang berkisar antara 20.000 hingga 40.000 kata, dan memori rekognisi bahkan berjumlah jauh lebih besar daripada angka tersebut, sehingga tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita bersifat verbal.
Sebuah alasan lain yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam dalam psikologi kognitif adalah bahwa struktur semantik memungkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis benda yang tersimpan dalam memori dan bagaimana benda yang tersimpan tersebut saling berhubungan dengan benda yang lainnya. Dengan mempelajari kata-kata direpresentasikan dalam memori, kita dapat mempelajari sejumlah hal mengenai isi, struktur, dan proses representasi pengetahuan.

Pendekatan Asosiasionis
  Variabel-Variabel Organisasional
Bower mencoba untuk mendemonstrasikan pengaruh pengorganisasian strukturtal dalam mengingat bebas. Bower meyakini bahwa pengorganisasian entitas-entitas semantik dalam memori memiliki pengaruh yanglebih kuat terhadap memori dan mengingat dibandingkan yang didemonstrasikan sebelumnya.
Dalam sebuah eksperimen (Bower dkk, 1969), kelompok Bower mencari pengaruh kuat terhadap kemampuan mengingat variabel-variabel organisasional dengan menyusun sejumlah hierarki konseptual.
Sebuah alasan mendasar yang menyebabkan kita mengasosiasikan dan mengkategorikan objek dalam lingkungan sekeliling kita mungkin berupa fungsi adaptif, sebagaimana yang dihasilkan oleh suatu skema pengorganisasian. Geary (2005) mengajukan gagasan bahwa manusia memiliki kemampuan istimewa untuk mengkategorikan (artinya, secara mental merepresentasikan) objek-objek, hewan dan tumbuhan. Dengan kemampuan tersebut, manusia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memprediksikan dinamika lingkungan mereka, dan akhirnya berhasil beradaptasi dengan lingkungannya.

Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik
Model set-Teoritik
Model set-Teoritik membahas konsep-konsep semantik. Konsepnya adalah ide-ideabstrak yang mempresentasikan kategori informasi atau unit pengetahuan. Contoh “pisang” adalah bukan sebuah konsep namun ketika digabungkan dengan apel,jeruk,mangga maka pisang akan menjadi sebuah konsep.
Dalam model Model set-Teoritik mengenai memori, konsep semantik dipresentasikan oleh rangkaian eleme, atau kumpulan informasi. Dalam hal ini berbeda dengan hal pengelompokan sebuah konsep dapat dipresentasikan dalam LTM tidak hanya melalui eksmplar atau item-item yang terpadu membentuk konsep tersebut, namun juga melalui atribut eksmplas itu sendiri.
Konsep yang dapat di definisikan oleh atribut dan eksmplar juga dapat didefinisikan oleh atributnya juga. Verivikasi terhadap proporsi dilakukan dengan membandingkan hanya atribut konsep tersebut dengan atribut eksmplasi. Seiring bertambahnya jarak set-set tersebut, bertambah besar pula waktu yang diperlukan untuk melakukan verivikasi yang berlangsung.
Model pembandingan-fitur semantic (semantic feature-comparison model) memiliki kesamaan dengan model set-teoritik dalam hal struktur sel teoritiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting. Asumsi tersebut adalah bahwa makna sebuah kata dipresentasikan sebagai suatu rangkaian fitur-fitur semantik. Model perbandingan fitur dipandang mampu memecahkan sejumlah isu yang tidak mampu diselesaikan oleh model set-teoritik, namun pada saat yang bersamaan, model ini juga memiliki kelemahannya sendiri.
Terlepas dari perbedaan antara model set-teoritik dengan model perbandingan fitur, keduanya dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai memori semantik. Pertama, kedua model tersebut menyediakan informasi spesifik mengenai dimensi-dimensi memori semantic yang berlapis-lapis. Kedua, model-model tersebut menggunakan informasi yang terkategorisasi secara semantic sebagai titik awal untuk menjelaskan suatu teori memori semantic menyeluruh yang melibatkan fungsi-fungsi memori yang tersebar luas dan saling berkaitan satu sama lain. Ketiga, dua model tersebut melibatkan kinerja memori yang rumit sehingga menyentuh isu yang lebih besar, yakni mengenai hakikat representasi pengetahuan manusia.
Model-model Jaringan Semantik
Model jaringan awal yang paling popular yaitu yang diajukan oleh Allen Collins dan Ross Quillian. Sebuah cirri menarik dari model tersebut adalah model ini dapat mengeksplisitkan cara-cara pengambilan informasi dari memori semantik. Model ini mengimplikasikan gagasan bahwa memori semantic terdiri dari suatu jaringan luas berisi konsep-konsep, yang mana konsep-konsep itu sendiri tersusun dari unit-unit dan karakteristik-karakteristik yang berkaitan, dan saling terhubung melalui serangkaian nodus asosiasionistik.

Model Aktivasi Menyebar
Model aktivasi menyebar terkait pemrosesan semantic dikembangkan oleh Allan Collin dan Elizabeth Loftus (1975). Model aktivasi menyebar mengimplikasikan adanya aktivasi konsep-konsep yang semakin menyebar, yang dapat menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming.
 Jaringan-Jaringan Proporsional
Sebuah proposisi (proposition) didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah (misalnya bayi menangis)”. Proposisi adalah unit terkecil yang masih memiliki makna.
Human Associative Memory (HAM) dan Representasi Pengetahuan
Anderson dan Bower (1973) mengkonseptualisasikan representasi pengetahuan dalam suatu jaringan asosiasi-asosiasi semantik yang mereka sebut memori asosiatif manusia (human associative memory; HAM).
Sebuah ciri utama HAM adalah penggunaan proposisi, yang berupa ungkapan-ungkapan atau pernyataan-pernyataan mengenai sifat-sifat dunia. Proposisi adalah suatu representasi atau abstraksi yang menyerupai suatu kalimat; sejenis struktur lemah yang menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep.
Isi atau kandungan dasar “diprogram” bersama-sama dalam sebuah jejaring asosiatif yang tersusun dari struktur-struktur yang semakin kompleks, namun keseluruhan isi tersebut dapat dipecah ke dalam dua (atau lebih sedikit) rangkaian item yang muncul dari sebuah nodus tunggal. HAM merupakan suatu model asosiasionistik dasar dan mempengaruhi representasi pengetahuan dalam jumlah yang terbatas. Sebuah model representasi pengetahuan dan pemrosesan informasi yang komprehensif telah dikembangkan oleh Anderson (1983a); model tersebut dinamai pengendalian pikiran secara adaptif (adaptif control of thought; ACT).
Kerangka kerjanya berisi tiga jenis memori. Memori-memori tersebut didefinisikan sebagai berikut :
1. a) Memori kerja (working memory)
2. b) Memori deklaratif (declarative memory)
3. c) Memori produktif
Dalam ACT, Anderson mengajukan suatu teori representasi pengetahuan yang bersifat trisandi (tricode). Ketiga sandi tersebut meliputi sebuah string temporal (“string” adalah rangkaian informasi yang berurutan), sebuah citra spasial, dan sebuah proposisi abstrak.
String temporal merekam struktur peristiwa-peristiwa yang bersinambungan. Dengan bantuan sandi ini, kita dapat mengingat urut-urutan peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, kita dapat mengingat urut-urutan peristiwa dalam suatu film (atau pertandingan sepak bola) yang baru saja kita tonton.
Para Pakar dan Pengorganisasian
Terdapat dua karakteristik yang selalu dijumpai pada para pakar (yang tidak dimiliki para amatir dalam bidang tersebut). Para pakar memiliki pengetahuan yang terorganisasi dan bersifat domain-specific, dan mereka mengerti cara menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif dan bijaksana.
 Dukungan Neurosains Kognitif
Orang belajar dari pengalaman. Sebuah hal yang mungkin belum diketahui adalah bahwa pengalaman-pengalaman tersebut mengubah sistem saraf dan proses perubahan itu sendiri menjadi suatu dasar neurologis bagi representasi pengetahuan. Sebuah pendekatan terhadap landasan neurologis memori adalah melalui studi biologi molekular dan biologi selular yang mempelajari neuron-neuron individual beserta sinapsis-sinapsisnya (Squire, 1986). Studi-studi neurosains kognitif telah mencoba mengintegrasikan penemuan-penemuan dalam neurofisiologi dengan teori-teori dalam psikologi kognitif. Sebuah upaya yang telah dilaksanakan studi-studi tersebut adalah penyelidikan lokasi memori.
Sejumlah area dalam otak terasosiasi dengan fungsi-fungsi yang spesifik (seperti penglihatan), namun fungsi-fungsi seperti memori tampaknya juga melibatkan lokasi-lokasi yang beragam, yang masing-masing dapat berfungsi secara serempak, atau paralel, dengan lokasi-lokasi lain. Larry Squire  (1986) mengajukan gagasan bahwa penyimpanan informasi mungkin bersifat lebih terpusat daripada yang diyakini sebelumnya, dan memori mungkin disimpan dalam bentuk perubahan fisik dalam sistem neural yang sama, yang terlibat dalam persepsi. Hipotesis tersebut tampak seolah bertentangan dengan penemuan Lashley, yang menyatakan bahwa memori terdistribusi secara luas di seluruh otak.
Meski demikian, Squire tetap menyatakan bahwa teori-teori Lashley sesungguhnya konsisten dengan teorinya, namun hanya jika kita mempertimbangkan pembelajaran kompleks (seperti proses belajar yang dilalui oleh seekor tikus yang mencoba menempuh labirin) sebagai pemrosesan berbagai jenis informasi (seperti visual, spasial, dan olfaktori) –setiap jenis informasi tersebut diproses dan dipusatkan pada area-area yang terpisah. Dengan demikian, memori bersifat terpusat dalam arti sistem-sistem otak yang spesifik merepresentasikan aspek-aspek spesifik dari setiap peristiwa, dan memori terdistribusi dalam arti sejumlah besar sistem neural terlibat dalam proses representasi keseluruhan peristiwa.
Sebuah Taksonomi Struktur Memori
Secara keseluruhan, bkti-bukti eksperimental mendukung gagasan bahwa otak diorganisasikan berdasarkan sistem-sistem penyimpanan informasi yang berbeda secara fundamental.pengetahuan deklaratif terdiri dari memori episodik dan memori semantik, dan pengetahuan prosedural mencakup keterampilan-keterampilan, priming, disposisi, dan jenis-jenis representasi nonasosiatif lainnya.
Sebuah karakteristik sistem ini adalah sistem ini menerima memori sadar (eksplisit) sekaligus memori tidak sadar (implisit) sebagai topik penelitian yang serius. Selain itu, informasi dapat mengaktifkan kedua jenis pengetahuan tersebut. Pemberian priming, bagi para partisipan normal, juga cenderung melibatkan pengetahuan deklaratif. Derajat kepentingan eksperimen-eksperimen dan teori-teori yang telah disebutkan tampaknya terletak dalam dua domain. Pertama, eksperimen-eksperimen atau teori-teori tersebut membahas isu terkait struktur pengetahuan. Sebagai implikasinya, eksperimen-eksperimen atau teori-teori tersebut mengintegrasikan berbagai jenis memori dalam suatu skema yang terorganisasi, yang memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai pengetahuan deklaratif dan nondeklaratif serta proses-proses sadar dan tidak sadar. Kedua, eksperimen-eksperimen atau teori-teori tersebut menghadirkan sejumlah contoh paling mengesankan mengenai unifikasi ilmu otak dan psikologi kognitif, terutama yang berhubungan dengan tema sentral mengenai pengorganisasian pengetahuan.
 Koneksionisme dan Representasi Pengetahuan
Koneksionisme dapat didefinisikan sebagai sebuah teori tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah set besar berisi unit sederhana yang saling terhubung dalam sebuah jaringan yang terdistribusi secara parallel atau jaringan PDP, kerja mental seperti memori, persepsi, berpikir, dan sebagainya. Teori tersebut disusun berdasarkan asumsi bahwa unit-unit saling merangsang atau menghambat
Pengetahuan disimpan sebagain suatu salinan (copy) static suatu pola. Suatu objek citra, atau pikiran disimpan dalam memori beserta atribut dan koneksi dengan objek, citra dan pikiran lain. Representasi pengetahuan dalam model-model kognisi yang bersifat konegsionistik sangatlah berbeda dengan model koneksionisti, pola itu tidak disimpan ; item yang disimpan adalah kekuatan koneksi antara unit-unit, yang memungkinkan pembentukan pola tersebut.
Kedua, model koneksionitas melakukan pendekatan terhadap pembelajaran secara berbeda. Dalam metode representasi yang bersifat tradisional, sasaran proses pembelajaran adalah terbentuknya peraturan-peraturan eksplitis yang memungkinkan pengambilan informasi dan generalisasi isyarat-isyarat atau petunjuk.
Ketiga, model PDP adalah neutrally inspired (dibuat berdasarkan asumsi neurologis). Model semacam ini tidaklah praktis karena model tersebut akan menjadi sama rumitnya dengan otak itu sendiri. Istiral tersebut menunjukan bahwa metafora yang digunakan untuk membuat model tersebut dibuat berdasarkan otak alih-alih berdasarkan computer. Untuk mengilustrasikan gagasan bahwa seluruh pengetahuan tersimpan dalam koneksi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Unit masukan berada pada unit keseluruhan berada di sisi kanan gambar. Unit yang diberi warna hitam adalah unit yang aktif. Pengetahuan disimpan dalam kekuatan koneksi antara unit-unit, yang secara teoretik serupa dengan cara jaringan neural mempresentasikan informasi. Kekuatan relasi antara unit ditampilkan secara sederhana. Dalam system yang sesungguhnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar