Rabu, 04 Oktober 2017

Sukma Bayyinah

Pengenalan Objek dalam Psikologi Kognitif
oleh : Sukma Bayyinah

          Pengenalan objek dalam psikologi dan neurosains merupakan proses kognitif yang menyesuaikan antara informasi dari stimulus dengan informasi yang telah dipanggil kembali dari memori. Pengenalan objek mendasar umumnya yaitu pengenalan fitur-fitur wajah, nada-nada pada musik, komponen bahasa atau karakter serta simbol-simbol lainnya. Salah satu teori mengatakan bahwa proses kognisi yang satu ini mendapatkan pemahaman melalui satu set fitur yang disalurkan, namun beberapa penelitian yang lebih kuat mengatakan proses pengenalan objek ini terjadi secara langsung, dilakukan tanpa adanya usaha apapun, dna proses terjadinya sangat cepat. Kemampuan manusia dalam mengenali objek ini merupakan bawaan lahir sehingga sejak masih bayi pun manusia sudah melakukan proses kognisi dalam mengenali suatu hal atau objek yang ada di sekitarnya.
          Sebagai contoh saat kita mengenali salah satu teman kita. Pada proses ‘melihat’ ini salah satu sel neuron tentang teman kita akan ‘menyala’. Sel tersebut akan menerima sinyal-sinyal yang familiat bagi kita. Proses pengenalan objek ini sangat didasari dengan sensasi, persepsi, memori, dan proses kognitif lain yang berkaitan dengan sinyal tersebut.
           Proses pengenalan objek ini berkaitan dengan sensai, persepsi, dan memori dikarenakan untuk mengenali objek apakah itu kita perlu melakukan pemindaian terhadap objek melalui alat-alat indera kita kemudian akan muncul persepsi untuk menganggap objek itu. Dan dengan begitu kita dapat menyebutnya objek A, B, C, dst, yaitu melalui memori yang kita miliki mengenai si objek serta pengetahuan yang kita dapat dan kita simpan dalam penyimpanan memori itu sendiri.
Teori yang Berkembang Mengenai Pengenalan Objek
1)    Template Matching
Dalam template matching menunjukkan bahwa informasi yang baru saja diterima akan langsung disejajarkan dengan informasi yang telah tersimpan di LTM. Informasi yang ada dalam LTM ini kita dapatkan dari pengalaman masa lalu dan proses belajar. Sebagai contoh apabila ada 3 hurf A disejajarkan dengan menggunakan font yang berbeda, maka individu akan tetap mengenali semua huruf itu adalah huruf A, bukan B atau yang lainnya, meskipun deretan huruf tersebut tidak sama dengan huruf A yang biasanya ia tulis.
2)    Prototype Matching
Proses ini merupakan proses standarisasi antara satu objek dengan objek yang lain. Teori ini beranggapan bahwa setiap hal memiliki ciri khas tertentu yang dapat menunjukkan itulah ‘dia’. Seperti yang ada pada contoh diawal tadi, neuron yang bersangkutan dengan salah satu ciri khusus itu akan menyala saat mendapati hal yang sesuai. Sebagai contoh apabila disebutkan ‘ada seekor hewan berkaki 4 dan berbulu’, maka kemungkinan individu akan beranggapan bahwa itu adalah kucing, anjing, kelinci, dll. Prototype matching ini tidak menekankan pada kesesuaian yang sempurna antara informasi yang baru dengan informasi yang tersimpan pada LTM. Teori ini terfokus pada suatu ciri khas atau ciri yang mencolok akan suatu objek sehingga ia akan dapat menyesuaikan ciri tersebut dengan ciri lain yang dimiliki objek yang lain pula.
3)    Feature Analysis

Menurut teori ini, alat-alat indera akan ‘memecah’ stimulus baru menjadi fitur-fitur kecil dan baru informasi itu diproses. Beberapa fitur mungkin akan lebih penting daripada fitur yang lain. Semua stimulus merupakan kesatuan dari fitur yang berbeda-beda. Analisis fitur ini akan sampai pada pengenalan objek melalui 4 tahap. a) Deteksi, b) pemecahan pola, c) perbandingan fitur di dalam memori, dan barulah ia sampai pada d) pengenalan objek. Proses yang terjadi pada analisis fitur ini berjalan sangat cepat sehingga tidak akan ada proses ‘loading’ saat kita mengamati sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar