Rabu, 04 Oktober 2017

NURUL IKHWANA

PENGENALAN OBJEK
Oleh : NURUL IKHWANA (16410177)


Kita sering kali melihat pola atau bentuk benda-benda disekitar dan kemudian  mengidentifikasi benda tersebut. Kita juga mampu mengenali nama-nama benda tersebut secara baik dan benar. Hal ini dilakukan karena manusia mempunyai kemampuan mengenali pola atau objek tertentu.
Nah, disini saya akan membahas tentang pengenalan objek. Apa sih pengenalan objek itu? kemampuan pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan secara mulus, cepat dan tanpa bayak usaha. Pengenalan pola (pattern recognition) sehari – hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, presepsi, memori dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenlan pola tersebut.
Ada beberapa teori yang membicarakan tentang bagaimana proses pengenalan objek itu di dapat, teori teori itu antara lain :
§   Teori teori perseptual
§   Pegenalan pola visual
§   Teori gestalt
§   Pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down
§   Pencocokan template, analisis fitur, dan pencocokan prototipe
§   Pengenalan pola pada pakar
Disini saya akan menjelaskan mengenai masing-masing teori yang membicarakan tentang proses pengenalan onjek.
1.    Teori Perseptual
Dalam teori ini, ada beberapa teori presepsi yang di kembangkan oleh para peneliti, yang membantu memahami bagaimana sebuah sensasi di proses menjadi presepsi sebuah pola atau suatu objek. Para tokoh psikolog yang mempelajari prespsi telah mengembangkan 2 teori, yaitu :
a.     Persepsi konstruktif
menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” presepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menghubungkan sensasi dengan stimuli.
b.    Persepsi langsung
persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung.
2.    Pengenalan Pola Visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan logaritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Pragnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.
3.    Teori Gestalt
Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan secara natural. Hukum hukum Gestalt meliputi: 1) Hukum keterdekatan (law of promiximity). 2) Hukum kesamaan (law of similarity). 3) Hukum penutupan (law of closure). 4) Hukum simetri (law of symetry). 5) Hukum kontinuitas (law of continuity). 6) Hukum nasib bersama (law of common fate).
4.    Pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down
Terdapat dua teori dalam mengenali suatu pola. Teori pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top – down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian pola tersebut.
Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.
5.    Pencocokan template, analisis fitur, dan pencocokan prototipe
Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentuk internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan.
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana. Dua aliran utama penelitian neurologis dan behavioral telah mendukung hipotesis analisis fitural.
Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis.






Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar