Rabu, 04 Oktober 2017

Arini Rusda

PENGENALAN OBJEK
Oleh Arini Rusda

Kemampuan kita untuk mengenali jenis-jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut memampukan kita mengenali seorang sahabat di tengah-tengah orang, menganali sebuah lagu hanya dari beberapa nada yang kita dengar, membaca kalimat-kalimat, mengenali citarasa minuman tertentu, atau menyadari harumnya setangkai mawar.
Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha.
Sebagaimana yang akan kita pelajari, pengenalan pola (pattern recognition) sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Seberapapun rumitnya proses pengenalan suatu objek, sesungguhnya proses tersebut diselesaiakan kurang dari sedetik.
Teori Perseptual
Sebagaiman yang sudah diketahui, kita terus menerus dihujani informasi tentnag karakteristik fisik dunia kita, melalui kelima indera kita. Terdapat sedemikian banyak informasi sehingga kita memperlukan penyimpanan sensorik sementara dan penyaring sensorik yang rumit untuk membantu kita menentukan jenis dan jumlah informasi yang dikirimkan ke otak kita.
Para psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception), menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
1.     Persepsi Konstruksi
Teori persepsi konstruksi disusun berdasrakan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan dari pengalaman.
2.    Persepsi Langsung
Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Pendukung uatama teori ini adalah almarhum James Gibson (1996, 1979) dan para muridnya di Universitas Cornell, seperti James Cutting (1986, 1993), yang menyatakan bahwa “persepsi langsung mengasumsikan bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan keanekaragaman dalam dunia ini” (hal. 247).

Pengenalan Pola Visual
Selain kedua teori umum tersebut, terdapat sejumlah teori spesifik yang meraih dukungan seiring berlalunya waktu, meskipun tidak semua teori tersebut mendapat dukungan yang seimbang. Teori-teori tersebut adalah teori komputasional, teori Gstalt, pemrosesan buttom-up dan top-down, pencocokan template, analisis fitur, teori prototipe, dan sebuah bentuk gabungan dari teori persepsi.

Organisasi Subjektif
Seorang konstruktif akan menyatakan bahwa otak bersifat interpreatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal-sinyal informasi. Heuristik dapat dianggap sebagai suatu ‘tebakan bagus berdasarkan aturan main yang berlaku’ yang seringkali menhasilkan solusi yang tepat. Algoritma dapat dipandang sebagai suatu tatanan aturan yang spesifik, yang mengarahkan proses pada hasil yang dapat diprediksi sebelumnya. Otak amat mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan-kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual, yang menyebabkan kita melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak eksis di dunia fisik.
Sejenis ilusi yang menggambarkan cara pikiran dalam mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek, adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (illusory contour).

Teori Gestalt
Cara kita mengorganisasi dan mengklasifikasi stimuli dipelajari oleh para penganut psikologi Gestalt selama awal abad ke-20, meskipun persepsi itu sendiri hanyalah bagian kecil dari keseluruhan teori Gestalt. Organisasi pola (pattern organization), bagi para psikolog Gestalt tersebut, melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi.

Persepsi Kanonik
Perepsi kanonik (canonic perspective) adalah sudut pandangterbaik untuk merepresentasikan (menggambarkan) suatu objek, atau suatu citra (image) yang pertama muncul di pikiran saat kita mengingat suatu bentuk.
Representasi kanonik dibentuk melalui pengalaman dengan anggota-anggota sejenis dari suatu kategori, atau disebut eksemplar (exemplar).

Pemrosesan Bottom-Up versus Pemrosesan Top-Down
Teori pertama adalah pemrosesan bottom-up, yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalandiawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi alasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan.
Teori kedua adalah pemrosesan top-down, yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.

Pencocokan Template
Suatu teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template.
Teori pencocokan template, sebagai sebuah teori pengenalan objek, memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya, jelaslah bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu huruf, atau suatu wujud visual, otak perlu melakukan pembandingan stimuli visual tersebut dengan suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori. Sedangkan kelemahan dari teori tersebut adalah suatu interpretasi harifiah dari teori pencocokan template akan menghadapi suatu kesulitan.
Teori Geon
Teori Geon, sebagaimana yang diajukan Biederman (Biederman 1985, 1987, 1990, cooper & Biederman, 1993) berisi gagasan bahwa pengenalan terhadap suatu objek sperti sebuah telepon, koper, atau bahkan bentuk-bentuk yang lebih rumit, terdiri dari recognition by components RBC; pengenalan berdasarkan komponen).
Analisi Fitur
Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut pendekatan ini sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual.

Pencocokan Prototipe
Pencocokan prototipe pada manusia tampaknya sesuai dengan asas keekonomisan neuroligis dan juga lebih sesuai dengan proses-proses pencarian memori, dibandingkan pencocokan template. Selain itu, pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola-pola yang tidak lazim namun tetap memiliki hubungan dengan prototipe.
Abstraksi Informasi Visual. Gagasan ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah sebuah abstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencangkup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama.
Pseudomemori. Pseudonmemori atau memori semu. Solso dan McCharty mengajukan hipotesis bahwa sebuah prototipe dibentuk berdasarkan fitur-fitur yang sering dijumpai partisipan.
Teori-teori Pembentukan Prototipe. Sejumlah eksperimen diatas pada akhirnya memunculkan dua model teoritis tentang pembentukn prototipe, yakni teori tendensi sentral dan teori frekuensi atribut. Dalam teori tendensi sentral, sebuah prototipe dikonseptualisasikan mewakili nilai rata-rata suatu seteksemplar. Sedangkan teori frekuensi atribut mengajukan gagasan bahwa sebuah prototipe mewakili mode atau kombinasi atribut-atribut yang paling sering dialami seseorang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar