Rabu, 04 Oktober 2017

Vica Nahdiyatus Suaiba

PENGENALAN OBJEK DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF
Vica Nahdiyatus Suaiba (16410092)

Kemampuan mengenali jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan kemampuan kognitif yang pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak usaha. Adanya pengenalan pola (pattern recognition) melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Misalnya, tiap hurup dari alfabet merupakan salah satu contoh pola. Pada tulisan tangan juga merupakan contoh pola, jelas bahwa tidak semua orang memiliki jenis tulisan tangan yang sama dan beberapa tulisan tangan lebih sulit dabaca daripada yang lainnya. Namun, meskipun tulisan tersebut sulit untuk dibaca (kurang jelas), biasanya kita masih dapat membacanya, hal ini merupakan proses mengenali kata.
Perlu diketahui bahwa memori jangka panjang kita berisi gambaran-gambaran dari berbagai macam pola. Ketika kita mendengar atau melihat suatu pola, kita membentuk suatu gambaran mengenai pola tersebut dan membandingkannya dengan gambaran pola-pola yang sebelumnya tersimpan dalam LTM (long term memory) kita. Kita mampu untuk mengenali pola jika gambarannya berhubungan dekat dengan gambaran yang sebelumnya sudah tersimpan di dalam LTM kita. Meskipun ini adalah penjelasan yang masuk akal, namun masih bersifat samar-samar. Dari sini kita memiliki 3 penjelasan, di antaranya:
1.Teori template, yaitu pola yang tidak dianalisis yang dicocokan dengan pola alternatif dengan menggunakan kecepatan kelengkapan sebagai ukuran kesamaan.
2.Teori Ciri, yaitu suatu teori pengenalan pola yang menggambarkan ke dalam bagian-bagian atau ciri-cirinya.
3.Teori Penjelasan structural, yaitu suatu teori yang menentukan bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri lain dari poal tersebut.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengenalan objek ini, di antaranya:
1.     Teori-teori Pereseptual
Para psikolog yang mempelajari peresepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang manusia memahami duania. Sebuah teori, peresepsi konstruktif (constructive pereception), menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” perespektif dengan cara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, peresepsi langsung (direct pereception), menyatakan bahwa peresepsi terbentuk dari perolehan informsi secara langsung dari lingkungan.
a.   Peresepsi Konstruktif
Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama peresepsi, kita bentuk dan menguji hipotesis – hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita inderakan apa yang kita ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan dari pengalaman.
b.   Peresepsi Langsung
Teori peresepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam peresepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam peresepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Pendukung utaman dalam teori ini adalah James Gibson (1966,1979) dan para muridnya di Universitas Cornell. James Cutting (1986, 1993) menyatakan “peresepsi langsung mengasumsikan bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayaknya keanekaragaman didalam dunia ini”. Gagasan tersebut yang didukung oleh para psikolog yang berorientasi ekologis, menyatakan bahwa stimulus itu sendiri telah memiliki informasi yang cukup untuk menghasilkan peresepsi yang tepat dan tidak memerlukan adanya representasi internal.
Dan Masing-masing teori tentang peresepsi tersebut memiliki pendukungnya sendiri-sendiri, dalam jumlah besar dan dengan antusiasme yang tinggi. Dipermukaan kedua teori-teori tersebut tampaknya mengemukakan dalil-dalil yang saling bertentangan dan tidak mungkin  diperdamaikan. Menurut pandangan kami adalah bahwa kedua teori tersebut dengan baik menjelaskan peresepsi, namun berfokus pada tahap-tahap proses yang berbeda.
2.   Pengenalan pola visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik.

Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapatinhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar