Rabu, 04 Oktober 2017

ADHETIO RINOLVA PUTRA

ADHETIO RINOLVA PUTRA
16410162
Menjelaskan mengenai pengenalan objek
Pernahkah kita semua berpikir tentang apa saja yang sudah ada dalam memori kita, sudah berapa banyak benda yang kita kenali ? selama masa hidup kita yang sepanjang ini dan mungkin pada masa sekarang ini rata – rata harapan hidup menurut WHO (World Healt Organization) yang didapat melalui Wikipedia menyatakan bahwa masyarakat pada Negara maju memiliki angka harapan hidup hingga mencapai 78 tahun. Dari mulai kita hidup sampai kepada 78 tahun, atau mungkin kurang dari angka tersebut berapa banyak kemungkinan benda, informasi atau berbagai stimulus yang mungkin akan masuk ke otak kita? Dan semua dari stimulus itu akan masuk ke otak sebagai sebuah sesuatu yang akan mendapatkan proses dari otak.
Ketika alat panca indra kita menangkap sebuah stimulus kita terkadang dapat menangkap dengan cepat apa nama atau keterangan lain dari benda yang ditangkap oleh indra. Contohnya adalah saat berjalan –jalan disebuah kebun binatang kita dapat mengenali banyak binatang dengan cepat dan rasanya merupakan sebuah hal yang mudah bagi kita dalam mengenalinya. Dan bagaimana kita mengenalinya? Kita membutuhkan pengenalan pola (pattern recognition) sehari-hari untuk sebuah interaksi yang rumit antara persepsi, memori dan pencarian kognitif.
Pada materi sebelumnya kita telah mengenal persepsi atau bagaimana manusia menafsirkan sebuah stimulus dari apa yang sudah dimiliki didalam memori yang didapat dari berbagai pembelajaran berupa pengalaman. Kemudian, para tokoh ini mengembangkan hal – hal yang memungkinkan seseorang dalam mengenali sebuah objek dengan mudah. Teori yang pertama, yaitu persepsi konstruktif (constructive perception)  yang menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimulant serta menggabungkan sensasi dengan memori. Dan teori persepsi konstruktif  menyatakan bahwa perubahan pola pada stimulus asli dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar (unconscious interference), yaitu sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan untuk teori kedua, persepsi langsung (direct perception), yaitu persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut menjelaskan persepsi tetapi memiliki fokus dan tahap-tahap proses yang berbeda.
Lalu pola yang dilakukan oleh otak dalam melakukan pemanggilan terhadap sebuah informasi selalu tepat? Jawabanya adalah tidak. Karena, terkadang ada beberapa kondisi yang mengakibatkan otak menampilkan sesuatu tidak pada realitanya melainkan apa yang menjadi ilusi dari kita yang kemudian diproyeksikan kepada sebuah objek atau proyeksinya tanpa menggunakan sebuah objek melainkan langsung menampilkan apa yang ada diimajinasi kita. Contohnya adalah kasus seseorang yang sangat gemar menonton film horror, pada saat situasi dan kondisi memenuhi syarat seperti apa yang terjadi sebelum sesosok hantu menampakan dirinya dengan kondisi hujan lebat, listrik sedang padam, suara – suara misterius yang terdengar, dan berbagai kejadian pra kemunculan hantu maka otak kita akan menampilkan imajinasi tentang sesosok hantu seperti apa yang telah ada dalam memori kita. Kita akan selalu menampilkan jenis hantu yang sama atau gabungan dari bentuk hantu didalam film atau hantu yang diceritakan oleh orang lain. Maka saat ada proyeksi yang tepat atau hamper mirip dengan gambaran yang kita miliki, maka secara otomatis otak kita akan mempersepsikan bahwa itu adalah hantu. Selain pada contoh diatas saat kita kelaparan kita akan mudah membayangkan sesuatu yang dapat memenuhi apa yang memuaskan kita dan berbagai contoh kasus lainnya.
Gestalt berasala dari bahasa Jerman yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia sebagai Bentuk keseluruhan. Pandangna dari teori ini adalah bahwa obyek atau peristiwa dalam pandangan gestalt memiliki susunan yang terdiri dari bentuk  dan latar. Bentuk disini dimaksudkan sebagai suatu obyek yang menjadi pusat pengamatan. Sedangkan ground berarti sesuatu yang melatar belakangi suatu bentuk sehingga bentuk itu nampak sebagai sesuatu yang bermakna. Suatu obyek akan bermakna dalam pandangan gestalt apabila dilihat secara keseluruhan. Misalnya. sebuah rumah bukanlah atapnya atau gedung dan jumlah kamarnya saja, tapi keseluruhan yang bermakna dari komponen-komponen tersebut. Jadi, suatu komponen-kompenen diatas  dikatakan bermakna -katakanlah dalam contoh diatas akan disebut rumah- apabila antara komponen tersebut saling dikaitkan secara keseluruhan.
Teori buttom- up adalah teori yang memulai gagasan jika proses pengenalan diawali dengan identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan pengenalan pola secara keseluruhan. Dan yang kedua, pemrosesan top-down. Teori ini yang menyatakan bahwa pemrosesan pengenalan diawali dengan suatu hipotesis tentang identitas suatu pola, yang diikuti dengan pengenalan terhadap bagian-bagian tersebut, dan berdasarkan asumsi yang telah di buat sebelumnya.
Pencocokan template, banyaknya objek yang kita kenali membuat otak kita mengembangkan apa yang disebut para tokoh sebagai template yang tersambung dengan sebuah stimulus. Ketika stimulus tersebut ditangkap maka pola atau template itu akan muncul secara otomatis dalam mempermudah pengenalan terhadap sebuah objek.
Tingkatan lebih tinggi adalah analisis fitur yang dimulai dengan pengidentifikasian stimulan yang kompleks lalu masuk ke retina yang sesuai dengan fitur-fitur  dan akhirnya sebelum kita memahami suatu pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen visual. Pergerakan mata dan pengenalan objek adalah penelitian yang mengasumsikan jika mata membuat gerakan sekadik, yaitu gerakan yang meloncat dari satu titik fiksasi ke fiksasi yang lain,dan  berhubungan dengan visual yang sedang diindera.

Dan yang terakhir adalah pencocokan prototipe, pengenalan suatu pola adalah teori pencocokan prototipe. Ini, lebih dari sekedar membentuk beragam fitur yang akan kita identifikasi. Kita menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori yang berperan sebagai suatu prototipe. Sebuah pola yang akan di inderakan selanjutnya di bandingkan dengan prototipe dalam memori, jika ada kesamaan, maka pola bisa kita kenali. Abstraksi informasi visual dapat terjadi dalam tahap pengenalan visual. Tetapi, pada tahap yang lebih tinggi, atau tahap yang lain mungkin akan menggunakan pencocokan prototipe. Prototipe adalah sebuah abstraksi dari serangkaian stimulan yang mencangkup jumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama. Pseudomemori adalah memori semu yang membuat partisipan salah dalam mengenali prototipe sebagai bentuk yang sudah ditampilkan sebelumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar