Rabu, 04 Oktober 2017

Marisatia Risma N.

Pengenalan Objek
Marisatia Risma N.
16410073

Apa sajakah benda yang kalian telah liat hari ini? Apakah kalian telah mampu mengenali dan mengidentifikasinya? Apa kalian melakukannya dengan tepat dan akurat? Jika jawaban dari ketiga pertanyaan ini adalah ‘ya’ berarti anda telah melakukan suatu proses berpikir. Menurut Plato pengenalan terhadap objek yang dilihat adalah bentuk paling sederhana dari berpikir. Kemampuan kita untuk mengenali jenis-jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut memampukan kita mengenali seorang sahabat ditengah-tengah sekumpulan orang, mengenali sebuah lagu hanya dari beberapa lagu yang kita dengar, membaca kalimat-kalimat, mengenali cita rasa minuman tertentu, atau menyadari harumnya setangkai mawar. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Kita menggunakan pengenalan objek dan pola sepanjang waktu, namun ironisnya pemahaman tentang struktur kognitif yang mendukung pengenalan tersebut baru dikembangkan belakangan ini.
Teori-teori perseptual membahas tentang karakteristik fisik dunia. Melalui lima panca indera, kita dapat menangkap informasi sehingga kita memerlukan penyimpanan sensorik sementara dan penyaringan sensorik yang rumit untuk membantu menerima jenis dan informasi yang ditangkap oleh otak. Para psikolog berpendapat bahwa persepsi tentang pemahaman manusia untuk memahami dunia itu ada dua macam yaitu persepsi kontruktif (construction perception)  yang menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan cara aktif, dan persepsi langsung (direct perception) menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Masing-masing teori tentang persepsi tersebut memiliki pendukung masing-masing. Pandangan yang dapat kita simpulkan bahwa kedua teori tersebut dengan baik menjelaskan persepsi,, namun berfokus pada tahap-tahap proses yang berbeda. Pandangan persepsi langsung adalah penting bagi pemahaman kita terhadap persepsi karena dua alasan, petama karena teori tersebut menekankan pentingnya stimuli sensorik, mengindikasikan bahwa pemrosesan stimuli berlangsung secara sederhana dan langsung, dan bahwa kognisi dan persepsi langsung membantu kita memahami beberapa persepsi awal terhadap kesan-kesan sensorik. Dan teori persepsi konstruktif berguna dalam pemahaman kita tentang bagaimana kesan-kesan sensorik dipahami oleh otak. Kecenderungan deduktif manusia (dan hewan lain) dalam memahami “realita” tidaklah berguna hanya pada pemahaman stimuli yang tidak lengkap (misalnya mengenali teman anda meskipun ia telah mencukur bersih jenggotnya), namun penting bagi kelanggengan hidup spesies yang bersangkutan.
1.     Teori Perseptual
Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif (constructive perception) menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar (unconscious interference), yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.
2.    Pengenalan pola visual
Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.
3.    Teori Gestalt
Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan secara natural. Hukum – hukum Gestalt meliputi :
a.     Hukum keterdekatan (law of promiximity)
b.    Hukum kesamaan (law of similarity)
c.     Hukum penutupan (law of closure)
d.    Hukum simetri (law of symetry)
e.    Hukum kontinuitas (law of continuity)
f.     Hukum nasib bersama (law of common fate)
Asumsi yang dikemukakan oleh Kohler, awalnya, bahwa pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut.
Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah memperluas bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada struktur – struktur dan proses – proses internal yang berhubungan dengan pengenalan pola yang rumit, alih – alih menekankan pada karakteristik dari stimuli sederhana.
4.    Pemrosesan Bottom – Up Vs Pemrosesan Top – Down
Terdapat dua pola dalam mengenali suatu pola. Teori pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top – down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian pola tersebut.
Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.
5.    Pencocokan template
Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template (template maching). Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentu internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan.
6.    Analisis fitur
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana.Dua aliran utama penelitian – neurologis dan behavioral – telah mendukung hipotesis analisis – fitural.
7.    Pencocokan prototype

Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar