Rabu, 04 Oktober 2017

Desi Rahmawati

Selasa, 03 Oktober 2017
Desi Rahmawati
Nama : Desi Rahmawati
NIM : 16410003
Pengenalan Objek
Setiap hari kita melihat objek-objek di luar dengan berbagai macam karakteristik dan dengan mudahnya kita bisa mengenalinya dengan cepat. Pernakah kita berfikir bagaimana kita bisa dengan mudah mengenali benda-benda di sekitar kita ? bagaimana kita tahu bahwa jika dalam suatu tempat ada teman kita yang sedang  berjalan ke arah kita meskipun dari jarak jauh ? bagaimana kita bisa pulang kerumah tanpa tersesat ? bagaimana kita bisa tau bahwasanya seorang anak kecil yang sedang bermain di rumah adalah adik kita ? bagaimana kita bisa memilih baju yang cocok untuk di pakai ? bagaimana kita bisa dengan mudah membaca sebuah berita di Koran ? bagaimana kita bisa mendengarkan dan menebak lagu yang kita dengar ?.
 Hal tersebut di atas merupakan pengenalan objek dari bentuk paling sederhana dalam berpikir yang sering kita lakukan setiap harinya, namun semua proses tersebut merupakan suatu kemampuan istimewa yang dimiliki manusia. Kemampuan kita dalam mengenali berbagai macam objek yang sudah tidak asing bagi kita adalah karakteristik luar biasa yang dimiliki manusia. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Kita melakukan pengenalan objek dan pola setiap saat, namun pemahan tentang struktur kognitif yang mendukung pengenalan tersebut masih baru dikembangkan. Dalam proses mengenali objek yang kita ketahui, beberapa peneliti memberikan hipotesis mengenai keberadaan sel objek yang kita ketahui, suatu neuron tunggal yang menyala ketika neuron tersebut menerima sinyal-sinyal visual mengenai objek yang sudah diketahui bagi si pengamat.
Saat kita melihat objek baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya, otak kita berusaha memahaminya. Otak kita menyadari bahwasanya kita belum pernah melihat objek tersebut sebelumnya. Otak kita akan terus berpikir sampai pada akhirnya otak kita memahami dengan asumsi yang didapatkan oleh otak. Meskipun terkadang tidak tepat dan akurat, namun hal ini menggambarkan cara kerja pemrosesan otomatis untuk memahami dunia visual.
Dalam pengenalan objek dan pola yang kita lakukan sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara senssasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan objek dan pola tersebut.  Terdapat dua teori utama yang telah dikembangkan para psikolog tentang cara manusia memahami dunia, yaitu yang pertama teori persepsi konstruktif (constructive perception) yang menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Yang kedua, teori persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Selain kedua teori umum tersebut, terdapat beberapa teori spesifik lainnya mengenai pengenalan pola antara lain teori komputasional, teori Gestalt, pemrosesan bottom-up, dan top-down, pencocokan template, analisis fitur, teori prototype, dan sebuah bentuk dari gabungan teori persepsi.
Teori komputasional mengasumsikan otak manusia menggunakan heuristik untuk memproses sinyal-sinyal informasi. Heuristik adalah penyelidikan atau perumusan pikiran baru yang menuntun kepada penemuan sesuatu yang baru. Otak ala menggunakan heuristik kemungkinan besar melakukan kesalahan dalam persepsi. Kekeliruan tersebut dikarenakan oleh ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat hal-hal yang tidak eksisi di dunia fisik semisal seperti yang kita gambar-gambar ilusi mata yaitu kontur ilusoris. Kontur ilusoris adalah persepsi tehadap bentuk namun bentuk itu hanya ada dalam perseptual-kognitif. Dalam kontur iluosris dapat bertahan dikarenakan adanya inhibisi lateral yaitu tendensi dari elemen-elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel-sel di sekelilingnya sehingga memperkuat kesan pada kontur.
Teori selanjutnya teori gestalt, yaitu suatu pandangan dalam psikologi yang didirikan oleh Max Wheitheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Pandangan teori ini dalam suatu persepsi ada organisasi pola yaitu yang melibatkan seluruh stimulus dalam membentuk kesan, dan pola-pola stimulus diorganisasikan secara spontan. Perspektif kanonik merupakan sebuah pengembangan gagasan para psikolog gestalt. Perspektif kanonik adalah sudut pandang terbaik untuk mempresentasikan suatu objek atau suatu Citra yang pertama muncul di pikiran pada saat mengingat suatu bentuk. Misalnya eksperimen yang dilakukan oleh psikolog gestalt yang menyuruh orang untuk menggambar cangkir menurut sudut pandangnya dan hasilnya semua orang menggambar dari sudut pandang dari atas. Itulah yang dinamakan respektif kanonik.
Kemudian teori pemrosesan Bottom-up dan top-down. Pemrosesan bottom-up yakni teori yang berpendapat bahwa proses pengenalan di awali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola yang menjadi landasan pengenalan pola secara keseluruhan. Semisal kita mengenali seseorang berdasarkan ciri fisik seperti hidung, suara, cara berjalan, gaya rambut, dll. Kemudian barulah di persepsikan. Sedangkan pemrosesan top-down adalah teori yang berpendapat proses pengenalan objek di awali oleh hipotesis atau proses kognitif terhadap suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola. Semisal mengenali si A, kita pertama mengenali bahwa itu si A, kemudian barulah mengenalkan si A berdasarkan ciri fisiknya.
Pencocokan template yaitu suatu teori yang menjelaskan mula-mula cara otak mengenali pola dan objek. Objek atau pola yang ditangkap sensorik akan disamakan dengan template atau konstruk internal dalam otak. Ketika pola sama dengan template yang ada di otak maka akan terjadi proses pengenalan objek. Pencocokan template ini bisa saja disebut dengan lubang kunci dan kunci, ketika kunci (sebagai pola) akan dapat membuka sebuah pintu ketika sama dengan lubang kunci (sebagai template).
Teori alternatif dalam pencocokan template terdapat suatu teori yaitu teori geon yang dikenalkan oleh Irving Biederman. Teori geon adalah teori yang berpendapat bahwa seluruh bentuk yang kompleks tersusun dari beberapa geon. Dalam teori geon kita dapat mengombinasikan sebanyak 30.000 geon namun yang kita namai hanya 3.000 geon saja. Geon adalah bentuk dari suatu volume sederhana seperti balok, kerucut, prisma dll.
Pembahasan analisis fitur adalah suatu pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit. Teori ini menyatakan pengenalan objek merupakan pemrosesan tingkat tinggi yang didahului identifikasi stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang sederhana. Semisal kita mengenal objek berupa tulisan PANAH kita mengidentifikasi dan memersepsi satu per satu huruf. Sebuah pendekatan dalam analisis fitur adalah pengamatan terhadap pergerakan mata dan pengenalan objek. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa mata melakukan gerakan sekadik yang berhubungan dengan informasi visual yang sedang di indera. Sehingga semakin lama kita memandang suatu objek maka akan semakin banyak informasi yang kita dapatkan. Berbeda jauh dengan ketika kita hanya memandang sekilas.
Pembahasan terakhir dari proses pengenalan objek adalah pencocokan prototipe. Prototipe adalah jenis pola-pola abstrak dalam memori. Sehingga sebuah pola yang yang di indera selanjutnya akan dicocokkan dengan prototipe dalam memori. Jika pola tersebut cocok maka pola terssebut dapat dikenali dan begitu sebaliknya. Semisal kita melihat huruf S, dalam prototipe S telah terukir dalam ingatan kita, sehingga meskipun terdapat bermacam-macam bentuk huruf S kita tetap dapat mengenali huruf S. Sehingga dapat diasumsikan bahwa sebuah pola diidentifikasi oleh sejumlah proses yang melibatkan pencocokan informasi sensorik dengan sejumlah jejak ingatan (prototipe) yang disimpan di dalam memori.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar