Rabu, 04 Oktober 2017

Fikrotul Barizah

Nama: Fikrotul Barizah
16410006
Pengenalan Objek

 pada saat kita berada di tempat- tempat kerumunan misalnya ketika kita sedang di pasar, kemudian bertemu dengan saudara yang sedang berbelanja juga. Dengan mudahnya kita mengenalinya padahal dalam kerumunan orang banyak. Itu sebabnya kemampuan dalam mengenali jenis-jenis objek yang familiar merupakan suatu hal yang menabjubkan bagi manusia. Seorang individu mampu mengenali berbagai jenis objek yang familiar serta dengan sekian banyaknya objek secara cepat dan akurat meski objek tersebut terasa asing dengan proses yang cukup singkat yaitu kurang dari satu detik, namun melibatkan sebuah interaksi antara sensasi yang ada pada masing-masing indera kemudian di interpretasi oleh persepsi, memori serta pencarian kognitif. Cara kerja seperti inilah yang bisa disebut dalam pengenalan pola atau pattern recognition. Ada beberapa prinsip dalam proses pengenalan pola, diantaranya; mengenali pola-pola yang familiar, mengevaluasi dan memahami objek-objek asing di sekitar, secara akurat menggenali objek yang di letakkan pada sudut yang berbeda, mengenali objek yang tersembunyi dari pandangan serta melakukan pengenalan pola dengan cepat, mudah dan otomatis.
Para ilmuan psikolog membagi cara manusia dalam memahami dunianya ke dalam dua teori utama, yaitu; teori perspektif konstruktif (constructive perception) dan persepsi langsung (direct perception). Perspektif konstruksi itu sendiri menyatakan bahwa manusia “mengkontruksi” persepsi dengan cara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative bawah-sadar, yaitu sebuah proses ketika mengintegrasikan informasi dari beberapa sumber untuk disusun secara spontan. Sedangkan persepsi langsung merupakan persepsi yang terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
Otak menggunakan heuristic dan algoritma untuk memroses sinyal –sinyai informasi. Otak sangat mengandalkan heuristic sehingga akan sering membuat kekeliruan. Suatu keanehan atau kekeliruan dalam karakteristik penglihatan manusia adalah tendensi untuk melihat hal – hal yang sesungguhnya tidak eksis di dunia fisik.  Ilusi-ilusi tersebut bersumber dari sensasi yang di inderakan serta dari predisposisi sistem visual dari dunia nyata. Organisasi pola (pattern organization) bagi para ilmuan psikolog Gestalt melibatkan kerja sama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebauh kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa hukum menurut Gestalt antara lain; hukum penutupan, simetri, keterdekatan, kesamaan, kontinuitas serta hukum nasib bersama. Asumsi mencolok yang disusun oleh Gestalt yaitu bahwasannya pengorganisasian spontan terhadap suatu pola merupakan suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri dan berhubungan dengan masa lalu terkait objek tersebut.

           Untuk mengenali suatu pola terdapat dua teori, yaitu pemrosesan bottom-up yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik dari suatu pola yang menjadi landasan bagi penganalan pola secara keseluruhan. Teori selanjutnya ialah pemrosesan top-down yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian – bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template. Sebuah template dalam konteks pengenalan pola pada manusia, merujuk pada suatu konstruk internal yang ketika disesuaikan atau dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan terjadinya pengenalan objek. Teori pencocokan template sebagai sebuah teori pengenalan pola, memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya, yaitu bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu huruf, atau suatu wujud visual, otak perlu melakukakn pembandingan stimuli visual tersebut dengan suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori. Untuk mengenali objek yang berada di realitas eksternal, otak perlu menemukan memori tentang objek pembanding dalam memori jangka panjang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar