Rabu, 04 Oktober 2017

Indah noor mazaya

Pengenalan objek
Indah noor mazaya 16410079
Kemampuan kita untuk mengenali jenis jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karateristik yang mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan cepat, mulus dan tanpa banyak usaha.
Teori teori presepsi berguna untuk membantu manusia untuk memahami bagaimana sebuah sensasi di proses menjadi presepsi sebuah pola atau objek. Dua teori utama tentang memahami dunia adalah sebuah teori persepsi komtruksi (constructive perception), menyatakan bahwa manuisa “mengontruksi” presepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya yakni teori presepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
  Pengenalan pola visual,Organisasi subjektif, seorang kontruksivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative. Otak menggunakan heuristic dan algoritma untuk memproses sinyal sinyal informasi (cacatan Heuristik adalah peneylidikan dan perumusan-perumusan pikiran baru yang menuntun kepada penemuan sesuatu yang baru)
  Teori gelstat, organisasi pola bagi para psikolog gestalt tersebut melibatkan kerjasama seluruh stimuli dan menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi, ada beberapa hukum gestalt :hukum keterdekatan (law of proximity), hukum kesamaan (law of similarity),hukum penutupan (law of closure), hukum simetri (law of simetry), hukum kontiutinitas, (low of contiunity), dan hukum nasib bersama (law of fate).
Asumsi yang dikemukaan oleh kohler, awalnya, bahwa pengorgananisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut. Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah memperluas bidang bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada stuktur-struktur dan proses-proses internal yang berhubungan dengan pengenaln pola yang rumit, alih alih menekankan pada karateristik dari stimuli sederhana
  Perspektif kanonik (canonic persepective) adalah sudut pandang terbaikuntuk mempersentasikan suatu objek atau citra yang pertama muncul di pikiran saat anda mengingat suatu bentuk. Resepresntasi keronik dibentuk melalui pengalaman dengan anggota-anggota sejenis dari suatu kategori atau disebut ekspemplar
  Pemrosesan Bottom Up Versus pemrosesan Top Down, teori ini yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian bagian spesifik dari suatu pola, yakni menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keselruhan. Teori kedua adalah pemrosesan top down (top-down processing) yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatupola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.
  Pencocokan temple, sebuah teori mula mula tentang cara otak mengenali pola dan objek. Teori pencocokan temple sebagai suatu teori pengenalan pola memiliki kekuatan dan kelemahan, kekuatannya jelaslah bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, otak perlu melakukan pembadingan stimuli visual tersebut dengan dengan suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori.  Kelemahan teori ini suatu interpretasi harafiah dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan
  Analisi fitur, adalah sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana manusia menyaring informasi dari stimuli rumit.  teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan suatu pemrosesan informasi tingkat tinggi yang di dahuli oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut teori ini sebelum kita memahami keseluruhan pola invormasi visual kita, kita mereduksi dan menganalisi komponen komponen informasi visual.
  Pergerakan mata dan pengenalan objek, sebuah pendekatan langsung dalam analis fitur adalah pengamatan terhadap penggerakan dan fiksasi mata. Jenis penelitian ini mengasumsikan bahwa mata membuat gerakan sakadik (gerakan mata yang “meloncat” dari satu titik fiksasi/tatapan ke titik fiksasi lainnya) yang berhubungan dengan informasi visual yang sedang di indra.
  Pencocokan prototipe(prototype matching), diasumsikan bahwa alih alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasi, kita akan menyimpan sejumlah jenis jenis pola abstraksi dalam memori, dan abstraksi tersebut berperan sebagai suatu prototipe. Selain itu pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola pola yang tidak lazim namun tetap memiliki hubungan dengan prototipe.
  Abstrak informasi visual, gagasan ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah sebuahabstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencangkup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama.
  Pseudomemori (pseudomemory) atau memori semu berawal dari sebuah eksperimen mengenai pembentukan prototipe dengan menggunakan prosedur frank dan Bransford menemukan bahwa para partisipan kerapmelakukan suatu kekeliruan, yakni “mengenali” propotipe sebagai suatu bentuk stimulus yang pernah ditampilkan sebelumnya, bahkan partisipan merasa lebih yakin dibandingkan saat mereka mengidentifikasi bentuk bentuk yang memang sudah pernah mereka lihat sebelumnya.

  Teori pembentukan protitipe : teori tendensi mental adalah sebuah propotipe dikonseptualisasikan mewakili nilai rata-rata (mean) suatu set eksemplar. Teori frekuensi atribut mengajukan gagasan bahwa sebuah propotipe mewakili mode atau kombinasi atribut atribut yang paling sering dialami seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar