Selasa, 19 September 2017

Nur Amalia Hamida

Pemrosesan Informasi
Oleh : Nur Amalia Hamida
16410046
Untuk mempersepsi informasi mengenai lingkungannya, memahami dirinya, dan memproses informasi, manusia menggunakan otak komputasional (computasional brain).  Sinyal sensoris yang merupakan tahap utama dalam pemrosesan informasi diterima oleh sistem saraf perifer (peripheral nervous system) dan dilanjutkan ke otak sebagai pusat pengolahan informasi.  Sistem saraf prefier dan otak berfungsi untuk mempersepsi dan memikirkan serta menerima suatu infromasi dan memahaminya. Informasi didapatkan dari sistem sensorik berupa pancaindera yang dimiliki manusia.
Konsep otak kompusional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak yakni pemrosesan informasi. Komputasi sebenarnya lebih merujuk pada cara untuk menemukan pemecahan masalah. Ketika kita berpikir bagaimana untuk mendapatkan IP lebih tinggi dari semester sebelumnya maka kita sedang melakukan suatu jenis komputasi.Proses dimana informasi mulai berinteraksi dengan reseptor yang kita miliki disebut dengan sensasi. Semisal sensasi pengelihatan, terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak dengan mata, kemudian difokuskan ke retina, dan ditransmisikan oleh saraf optik ke pusat visual di  otak. Kemudian informasi yang kita terima diinterpretasikan dan dimaknai oleh otak. Proses ini dinamakan persepsi. Ketika kita makan kue bolu bersama orang yang kita sayangi contohnya, tentnya kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi sensorik, namun terdapat makna terhadap pengalaman tersebut.
Mata memiliki sekitar 7 juta sel kerucut (cones) yang peka terhadap stimulus terang, dan memiliki sekitar 125 juta sel batang (rods) yang peka terhadap stimuli gelap. Gelombang elektromagnetik berupa cahaya dicatat menjadi sinyal-sinyal elektrokimiawi, yang merupakan “bahasa” otak.  Kemudian sinyal tersebut menembus retina sampai pada korteks visual. Saat mencapai korteks visual, sinyal-sinyal ini direduksi menjadi unit-unit kecil seperti garis-garis (hubel&wiesel,1959). Setelah itu, garis-garis ini dikirim ke korteks serebral menuju jalur-jalur khusus yang berbeda tergantung bagaimana sinyal-sinyal tersebut akan diinterpretasi. Namun, ketika kita melihat tidak selamanya apa yang kita persepsikan akan sama dengan realitasnya. Hal ini biasaanya disebut dengan ilusi. Menurut ilmuwan psikofisika terjadinya ilusi bukan semata-mata menunjukkan keterbatasan manusia untuk mempersepsi, melainkan karena ilusi justru menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sistem persepsi kita.
Selain itu, faktor pengetahuan sebelumnya ( prior knowledge) juga dapat mempengaruhi persepsi kita mengenai sesuatu. Misalnya, ketika seorang arkeolog menemukan lubang-lubang disebuah situs kuno yang pernah dihuni oleh suku purbakala. Apabila ia mengetahui sebelumnya mengenai suku tersebut. Ia akan melihat pola-pola gubuk dan menyimpulkan bahwa itu persegi panjang. Sebaliknya, hipotesis yang lain akan dapat merubah kesimpulan anda mengenai bentuk gubuk suku tersebut. Pandangan kita mengenai dunia ditentukan oleh gabungan dari apa yang kita ketahui dengan apa yang kita indera.
Pernahkah anda menyadari, ketika kita menutup mata, kita masih tetap dapat melihat dunia, ketika alunan musik berhenti, kita masih dapat mendengarkannya walaupun hanya sebentar dan kemudian menghilang. Ingatan kita mengenai stimuli di sekitar kita masih ada meskipun itu bersifat sangat sementara. Jika dianalisa kembali, sepertinya kita memiliki penyimpanan sensori (sensory store).  Kemudian ingatan kita mengenai kesan-kesan visual yang kita terima dan menetap dalam jangka waktu yang singkat ini disebut memori ikonik (iconic memory) . Banyak para ahli kemudian menkritik penggunaa kata memori ini, karena  memori lebih merujuk kepada penggunaan kognisi tingkat tinggi.  Berdasarkan penelitian, jangka waktu memori ikonik adalah sebesar 2.50 milidetik. Selain memori ikonik, ternyata kita juga memiliki memori ekhoik ( echoic memory) yang berfungi untuk menyimpan kesan-kesan audio yang kita terima dalam waktu singkat. Artinya, kita masih bisa mendengarkan stimuli berupa audio dalam waktu yang singkat. Sedangkan jangka waktu memori ekhoik sekitar 4 detik.  Keberadaan penyimpanan sensorik yang telah dipaparkan diatas seolah memungkinkan kita untuk memperhatikan segalanya namun hanya mengolah informasi yang penting saja.
Tanpa kita sadari, banyak sekali isyarat-isyarat yang tak terbatas disekeliling kita. Jika kita mencoba untuk menerima seluruh infromasi yang ada, maka otak kita tidak akan sanggup untuk memprosesnya. Itulah mengapa, selain ada sensasi dan persepsi, kita juga akan membahas mengenai atensi. Atensi menurut pendapat umum adalah pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental. Penelitian terhadap atensi mencakup lima hal utama: kapasitas pemrosesan dan atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi, kesadaran dan neurosains kognitif.
Saat berada di jalan raya, kita dapat memperhatikan kondisi jalan saat sedang menyetir dan bahkan mendengarkan musik sekalipun, karena sudah menjadi kebiasannya yang terlatih dengan cukup baik. Informasi yang penting akan terus diproses dalam otak sedangkan informasi yang tidak pentig akan dibuang dan tidak diproses lebih lanjut. Namun, terkadang informasi tidak penting tidak langsung dibuang begitu saja, namun hanya dijadikan informasi skunder. Misalnya, ketika anda membaca Al-qur’an bersama teman disamping anda, ketika anda menyadari teman anda salah dalam membaca ayat, maka anda akan memperbaiki dan melanjutkan kembali bacaan anda. 
Lima isu terkait atensi, yakni. Pertama, kapasitas pemrosesan dan selektivitas. Kita dapat memprhatikan stimuli yang ada namun tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang ada. Kedua, kendali. Kita memegang kendali terhadap  stimuli yang ingin kita perhatikan. Ketiga, pemrosesan otomatis. Sejumlanh proses rutin sehingga hanya memerlukan sedikit atensi sadar. Keempat, Neurosains kognitif.  Otak dan sistem saraf pusat sebagai pendukung anatomis atensi. Kelima, Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke alam kesadaran. ( Solso, 2007, p.94)
Kurangnya kapasitas saluran yang dapat diproses menyebabkan kita secara otomatis akan selektif dalam memilih stimuli yang kita terima. Kita memperhatikan informasi yang paling penting dan mengabaikan atau kurang memperhatikan informasi yang lain (atensi selektif). Atensi selektif adalah atensi yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan informasi terhadap stimuli spesifik. Atensi selektif memiliki model – model yang digunakan membantu peneliti mengorganisasikan data yang telah mereka kumpulkan dan membatu memandu penelitian karena memungkinkan peneliti menyusun hipotesis dan sekaligus menguji hipotesis tersebut.
Model pertama yakni, model penyaringan (Broadbent). Dalam model ini, informasi diproses melaui sejumlah saluran sensorik yang paralel.  Contohnya saat sebuah sinyal berfrekuensi tinggi dan sebuah sinyal berfrekuensi rendah kemudian dibunyikan secara bersamaan, bunyi tersebut dapat dibedakan oleh otak karena memiliki karakter yang berbeda, meskipun keduannya diterima otak dalam waktu bersamaan.
Model kedua yakni,  model atenuasi (Treisman) mengakatakan bahwa penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan karakteristik fisik kasar dan selanjutnya penyaring-penyaring yang lebih canggih mengevaluasi sinyal beerdasarkan makna.
Belajar mengenai atensi daari sudut pandang neurosains kognitif, membantu kita menemukan lokasi dari berbgai proses-proses terkait atensi yang berlangsung dalam otak. Awalnya, terdapat kesulitan bagi para peneliti atensi dan otak manusia untuk menentukan pusat kerusakan otak yang mengkibatkan gangguan atensi yang spesifik. Kemudian, baru-baru ini peneliti mengembangkan sejumlah teknik yang secara signifikan mengembangkan pemahaman kita mengenai hubungan antara otak dan atensi. Fokus pada penelitiian modern ini berada di dua bidang: penelitian dan diagnosis.

Berdasarkan paparan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa informasi – informasi disekitar kita akan berinteraksi dengan reseptor kita dan kemudian dibawa ke otak untuk diproses dan diinterprtasikan. Namun, tidak semua informasi disekitar kita dapat diproses dan diinterpretasikan, kita akan membuang atau mengabaikan informasi lainnya yang kurang penting bagi kita karena terdapat keterbatasan  dalam proses mengolah informasi. Maka dari itu, kita akan memilih dengan selektif informasi yang  akan diproses dan diinterpretasikan oleh otak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar