Selasa, 19 September 2017

Mihmidati Hilmia

Nama  : Mihmidati Hilmia
NIM   : 16410212
SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI: MENERIMA DAN MENGOLAH INFORMASI
          Setelah mempelajari mengenai bagaimana informasi yang didapat oleh manusia itu diproses di dalam otak dalam Neurosains Kognitif, pembahasan kali ini adalah tentang bagaimana segala sesuatu itu “dirasakan” oleh manusia, menurut “sudut pandang” mereka masing-masing. Kata kuncinya ada pada indra dan pengalaman. Ada dua tahapan utama dalam pemrosesan informasi, yakni: fenomena eksternal (energi fisik/stimuli) dan proses-proses internal di dalam otak yang kemudian memunculkan respon dari individu.
Sensasi adalah pendeteksian dini terhadap stimuli. Jadi, apa saja yang diindra (melalui penglihatan, pendengaran, perasa/pengecap, penciuman, dan peraba) akan diproses lebih lanjut. Banyak hal dalam indra kita yang sangat luar biasa. Mata manusia dapat membedakan lebih dari 300.000 warna yang berbeda. Telinga manusia dapat mendeteksi suara rendah 20 hertz (getaran per detik) dan setinggi 20.000 hertz, dan dapat mendengar suara detakan jarum jam sekitar 20 kaki di ruangan yang tenang. Kita bisa mencicipi satu sendok teh gula dilarutkan dalam 2 galon air, dan kita dapat mencium satu tetes parfum disebarkan di sebuah apartemen tiga kamar. Ada beberapa proses saat individu mengindra, yaitu:
1.     Penglihatan
Yang sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melihat suatu objek adalah cahaya.  Objek yang terkena cahaya tersebut selanjutnya akan diproses melalui bagian-bagian yang ada di mata. Secara sederhana dapat diurutkan sebagai berikut: Objek terkena cahaya kornea lensa crystalia terfokus di retina saraf optic thalamus lateral geniculate body pusat saraf penglihatan di korteks dianalisis memunculkan gambar objek terlihat.

2.    Pendengaran
Bunyi adalah getaran yang ada di udara yang diproses oleh sistem auditor. Proses individu mendengar adalah: sumber bunyi daun telinga gendang telinga ossicle (tulang malleus, incus, stapes) vanestra ovalis coclea cairan rumah siput bergetar sel rambut impuls listrik saraf pendengaran diinterpretasi bunyi terdengar.
3.    Pengecap
Indra pengecap memungkinan manusia untuk dapat mendeteksi dan memproses zat kimia yang ada di lingkungan. Bagian terpenting dalam indra ini adalah Papila, tonjolan yang terdapat di lidah yang mengandung kuncup pengecap atau reseptor rasa. Kualitas rasa yang diproses manusia meliputi kategori manis, asin, asam, dan pahit meskipun kemampuan sebenarnya melampaui keempat kategori tersebut.
4.    Pembau
Sama halnya seperti indra pengecap, indra ini juga memungkinkan manusia mendeteksi dan memproses zat kimia. Sumber bau gas/uap rambut-rambut protoplasma pada dinding melintang sebelah atas dalam rongga hidung benang-benang saraf pusat saraf pembau diinterpretasi bau atau aroma tercium.
5.    Peraba
Energi mekanis atau tekanan pada kulit didapat melalui sentuhan. Terdapat beberepa bagian dalam kulit yang sensitif terhadap masing-masing stimulus  (panas, hangat, dingin, basah, halus, kasar, tekanan, sakit, dan vibrasi).
Manusia memiliki setidaknya 4 juta reseptor rasa sakit, 500.000 reseptor tekanan, 150.000 untuk dingin, dan 16.000 reseptor untuk panas. Reseptor-reseptor tersebut terspesialisasi pada sendi, ligamen, dan otot guna menghasilkan informasi yang dikombinasikan dengan informasi dari reseptor yang lain, seperti mata dan telinga untuk memberikan kita indra posisi bagian tubuh tertentu dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. Penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan, dan penciuman adalah spektrum sensasi umum yang paling luas. Organ indra dan reseptor sensoris dimasukkan dalam beberapa kelas utama berdasarkan tipe energi yang dipancarkan, termasuk:
a)  Resepsi cahaya (photoreception): mendeteksi cahaya, dipersepsikan sebagai penglihatan.
b)  Resepsi mekanik (mechanoreception): mendeteksi tekanan, getaran, dan pergerakan, dipersepsikan sebagai peraba, pendengaran, dan keseimbangan.
c)  Kemoreseptor (chemoreception): mendeteksi rangsangan kimiawi, dipersepsikan sebagai pengecap dan penciuman.
Setelah individu melalui proses sensasi, selanjutnya ia akan masuk pada tahap persepsi. Persepsi inilah yang merupakan hasil dari “proses lebih lanjut” tersebut. Pada persepsi, individu diharuskan melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi yang telah diindra. Informasi tersebut diproses sesuai dengan pengetahuan individu masing-masing tentang dunia (termasuk budaya, pengharapan, dan lain-lain).
          Selanjuntya adalah tentang perhatian atau atensi. Perhatian merupakan salah satu proses untuk mengadakan persiapan guna memberikan reaksi tertentu. Apa yang kita amati tidak hanya bergantung dan terbatas pada stimulus saja, tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan kita saat itu. Pemusatan inilah yang kemudian disebut dengan perhatian atau atensi. Hubungan fisiologis perhatian terhadap persepsi adalah seperti ketika suatu stimulus menarik perhatian kita, kemudian kita meresponnya; melakukan gerakan-gerakan badan tertentu. Gerakan yang dimaksud bisa berupa gerakan kepala dan mata ketika berhubungan dengan stimulus visual, meletakkan telapak tangan di sekitar telinga atau mengarahkan telinga ke sumber suara ketika frekuensi stimulus auditoris yang ada termasuk lemah sehingga mampu membangkitkan resepsi. Gerakan badan tersebut disertai perubahan fisiologis tertentu. Reaksi fisiologis yang terjadi merupakan respon pada perubahan stimulus di sekitarnya sehingga membentuk pola yang ajeg yang disebut refleks berorientasi. Proses perhatian meliputi rangsangan yang menonjol dari objek yang diterima oleh alat indra lalu dibawa saraf ke dalam otak dan kemudian diserap oleh persepsi.

   Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa persepsi tidak sama dengan sensasi, tetapi otak memberikan makna terhadap sensasi melalui persepsi. Sensasi adalah kesadaran yang dihasilkan oleh stimulasi akal, sedangkan persepsi adalah interpretasi sensasi-sensasi tersebut. Sensasi adalah kesan sesaat yang ditangkap oleh seseorang ketika stimulus baru diterima oleh otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya serta ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut. Sensasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses menerima energi rangsangan dari lingkungan luar. Rangsangan yang dimaksud bisa berupa cahaya, suara, aroma dan sebagainya. Rangsangan tersebut dideteksi oleh sel reseptor khusus yang ada pada indra manusia (mata, hidung, telinga, kulit, dan lidah). Ketika sel-sel reseptor menangkap rangsangan yang ada, energi tersebut dikonversi menjadi impuls kimia listrik atau transduksi. Transduksi kemudian menghasilkan potensi aksi yang mengalirkan informasi melalui rangsangan melalui sistem saraf ke otak. Ketika rangsangan tersebut sampai ke otak, informasi kemudian bergerak ke bagian yang berhubungan dengan korteks serebrum. Sebagai contoh, seorang mahasiswa duduk dikursi dengan meja yang kasar didepannya, ia akan mengatakan bahwa meja tersebut tidak cukup nyaman untuk digunakan menulis. “Meja yang kasar” merupakan sensasi, karena ia merasakannya dengan indra kulit atau tangannya dan “meja tidak cukup nyaman untuk digunakan menulis” merupakan persepsi yang telah diproses sebelumnya dan kemudian diinterpretasikan dengan melibatkan sensasi dan pengalamannya. Ia merasa tidak nyaman menulis di meja tersebut karena mungkin ia pernah mengalaminya sendiri. Persepsi dibentuk oleh pembelajaran, pengalaman, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi sistem saraf yang kompleks, tetapi tidak tampak karena terjadi di luar kesadaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar