Selasa, 19 September 2017

Arini Rusda

SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI
Oleh Arini Rusda

Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari mengenai cara kerja otak komputasional dalam mempersepsi informasi mengenai lingkungannya, memahami dunianya, dan memproses informasi.
Sebelumnya kita akan mempelajari persepsi terlebih dahulu, karenainilah tahap pertama dalam pemrosesan informasi. Pusat dari seluruh proses ini adalah otak, karena otak lah yang mengolah dan memaknai informasi yang diterima dari sistem saraf perifer; saraf yang terletak di luar sumsum tulang belakang atau otak.
Otak Komputasional (Computational Brain)
Konsep ‘otak komputasional’ didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak-yakni pemrosesan informasi. Para psikolog kognitif meyakini bahwa otak diaktifkan saat informasi sedang diproses.
Tahapan pemrosesan informasi dimulai dari adanya energi fisik yang menstimulasi sistem sensorik dan tertransduksi (diubah ke energi neural oleh organ-organ sensorik). Energi neural ini disimpan sesaat di penyimpanan sensorik,  selanjutnya diproses oleh sistem syaraf pusat, dan mungkin dikirim ke sistem memori untuk diproses lebih lanjut.
Sensasi dan Persepsi
Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik, pada umumnya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik.
Sedangkan persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik.
Penglihatan
Sejauh ini, inderah yang menyediakan informasi paling penting adalah indera penglihatan. Penglihatan (vision) yaitu pendeteksian sebuah bagian kecil gelombang elektromagnetik (yang disebut “cahaya”), dimungkinakn terjadi karena mata manusia memiliki struktur yang unik.
Mata manusia memiliki sekitar 7 juta sel kerucut (cones), yang peka terhadap stimuli terang (bersifat photopic), dan memiliki sekitar 125 juta sel batang (rods) yang peka terhadap stimuli gelap. Sel kerucut banyak didapati di fovea, dan berperan dalam mengenali warna dan objek dalam cahaya terang. Sel batang menyebar menjauh dari fovea, bahkan tidak ada sel batang dalam fovea. Menariknya, pencitraan dalam retina bersifat dua dimensi, tanpa kedalaman dan tanpa warna (persepsi warna dihasilkan hanya ketika input neural digabungkan dengan citra dalam retina).
Ilusi
Studi yang mempelajari hubungan antara perubahan-perubahan fisik di dunia dengan pengalaman-pengalaman psikologis akibat perubahan tersebut, disebut psikofisika (psychophysics).
Ilusi dianggap penting bagi para ilmuwan psikofisika, bukan karena ilusi menunjukkan kegagalan kemampuan manusia untuk mempersepsi, melainkan karena ilusi justru menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sistem persepsi kita.
Pengetahuan Sebelumnya
Hubungan antara persepsi dan pengetahuan sebelumnya tentang dunia dimanifestasikan tidak hanya dalam wujud ilusi geometri sederhana, melainkan dalam penginterpretasian data-data ilmiah.
Cara kita dalam mengolah informasi primer dari dunia sangat dipengaruhi oleh struktur sistem sensorik dan struktur otak kita – kita “diprogram” untuk memahami dunia dalam cara tertentu- dan juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kita, yang meberikan makna bagi stimuli.
Predisposisi Sensorik-Otak
Sistem sensorik tersusun oleh reseptor-reseptor dan neuron-neuron penghubung dari kelima indera (pendengaran, penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman).
Pengetahuan tentang otak dan perannya dalam persepsi, di sisi lain, lambat berkembang karena sulitnya mengakses otak. Observasi langsung terhadap otak umumnya melibatkan pembuatan lubang pada tempurung kepala pasien, atau melalui pemeriksaan postmortem (pascakematian) oleh para dokter yang berminat menemukan penyebab neurologis dari simtom yang dialami pasien selama hidupnya.
Dengan bantuan bantuan teknologi modern, para ilmuwan kognitif telah mampu mengobservasi proses-proses sensorik, perseptual, dan kognitif di otak tanpa harus membongkar tempurung kepala seseorang. Teknik-teknik tersebut meliputi data-data behavioral, seperti eksperimen waktu-reaksi dan teknologi pencitraan.
Segala Sesuatu yang Kita Ketahui adalah Keliru
Sistem sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan dalam menerima sensasi, sehingga pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Karena kita harus memahami realita melalui saluran-saluran yang sedemikian terbatas, kita terpaksa menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui adalah keliru. Kunci pemrosesan informasi sensorik dan interpretasi kognitif terletak pada proses pengabstraksian informasi.
Penyimpanan Ikonik
Memori ikonik (iconic memory) merupakan kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat; sehingga dapat diproses lebih lanjut (Neisser, 1967).  Bagi banyak psikolog kognitif, istilah memori menyiratkan adanya penyandingan dan penyimpanan informasi, yang melibatkan proses-proses kognitif tingkat tinggi.
Penyimpanan ikonik hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan. Setiap arsip hanya bertahan sekitar satu detik.
Penyimpanan Ekhoik
Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk mengamati stimuli yang menghilang dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan bagi kita untuk mendengarkan pesan. Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai “lem” yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
ATENSI
Atensi adalah pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok ikiran. Pemusatan kesadaran adalah intisari atensi. Atensi mengimpilikasikan adanya pengabaian objek-objek lain agar kita sanggup menangani objek-objek secara efektif (James William, 1890, hal. 403-403).
Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif
Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli yang ada di sekeliling kita. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran, yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck) pada suatu tahap pemrosesan informasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan neurologis.
Atensi selektif yaitu mengarahkan atensi kita, memproses informasi yang paling kita perhatiakn, dan mengabaikan informasi yang lain. Atensi selektif dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ke tengah sebuah ruang gelap untuk mencari benda-benda yang kita perlukan, sambil membiarkan benda-benda yang lain tetap berada dalam kegelapan.
Pemrosesan Otomatis
Setiap orang menghadapi stimuli tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan melakukan beberapa tugas sekaligus. Agar pemrosesan otomatis dapat terjadi, informasi haru dapat mengalir bebas dar memori ke kendali seseorang atas tindakan-tindakannya.
Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Snyder (1974, 1975), yang menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis.
a)    Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar
b)   Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran.
c)    Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar (atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama sekali).

Pandangan Neurosains Kognitif tentang Atensi
Atensi dan Otak Manusia
Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap defisit atensi yang terjadi karena cedera otak. Lebih jauh lagi, terdapat sejumlah teknik mengesankan, yang dapat dipilih oleh psikologi kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan subjek penelitiannya berada dalam keadaan tidak bernyawa dsb. Fokus dari upaya-upaya modern tersebut secara umum berada di dua bidang; penelitian dan diagnosis/testing.
1.     Ada upaya menemukan korelasi antara struktur geografi otak dan proses-proses atensi

2.    Teknik-teknik yang dikembangkan di laboratorium kognitif digunakan sebagai alat uji diagnostik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan mempengaruhi proses-proses atensi (Tinkleberg & Taylor, 1984).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar