Selasa, 19 September 2017

Fikrotul Barizah

SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI
Nama : Fikrotul Barizah
Nim : 16410006
Sistem saraf perinfer dan otak manusia di desain untuk menerima, memikirkan, menginterpretasikan, dan memahami sebuah informasi yang di dapatnya. Seperti yang dikatakan oleh Pinker dalam bukunya yang berjudul how the mind works: “pikiran (mind) adalah sebuah sistem yang tersusun dari organ-organ komputasional, yang di desain oleh seleksi alam untuk memecahkan berbagai permasalahan yang di hadapi oleh nenek moyang kita selama hidup mereka sebagai pemburu-peramu, khususnya untuk memahami (dan mengakali) objek-objek seperti binatang, tumbuhan, dan manusia lain”. (Solso, 2007)
Konsep ‘ otak komputasional’ didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak-yakni pemrosesan informasi. Dalam tahap-tahap pemrosesan informasi eksternal dan proses internal dapat diketahui bahwa energi fisik menstimulasikan sistem sensorik, dan tertranduksi, di sandikan, dan kemudian di kirim ke sistem memori untuk di proses lebih lanjut. Kemudian dari serangkaian tahap tersebut akan menimbulkan respon yang lebih lanjutnya diproses sebagai bagian medan stimulus.
Kita tau bahwa penghubung realitas eksternal dengan dunia mental berpusat pada sistem sensorik. Dan disini kita mengenal dua istilah yang tidak asing lagi yakni sensasi dan persepsi, sensasi merupakan pendeteksian dini terhadap stimuli yang hadir. Sedangkan persepsi merupakan penginterpretasian informasi sensorik yang melibatkan kognisi tingkat tinggi. Kemudian setelah mempersepsikan suatu stimuli, stimuli tersebut akan di simpan dalam otak. Penyimpanan yang terjadi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ekonik dan ekhonik. Penyimpanan ekonik menurut Neisser (1967) dimaknai sebagai kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat. Penyimpanan ekonik ini dapat hilang secara cepat jika tidak dikirim ke tahap selanjutnya. Untuk menyelidiki menghilangnya (decay) informasi dalam penyimpanan yang sangat singkat ini, berbagai penelitian telah di laksanakan. Salah satu penelitian menvariasikan interval antara penampilan huruf dengan munculnya isyarat (berupa nada atau tampilan tertentu. Hasilnya, jangka waktu penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 250 milidetik (1/4 detik). Yang kedua yaitu penyimpanan ekhoik (pendengaran). Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpana ekonik dalam dua hal: 1) informasi sensorik metah di simpan dalam ruang penyimpanan ?(agar informasi mentah tersebut dapat di olah lebih lanjut) dan 2) jangka waktu penyimpanannya sangat singkat. Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai lem yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Sebagai manusia sudah menjadi kodratnya jika memiliki kapasitas dalam pemrosesan informasi. Dalam memproses informasi seseorang tidak dapat secara langsung menangkap seluruh stimuli secara bersamaan. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan neurologis. Selain itu seseorang juga memiliki atensi selektif, dapat di analogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ke tengah sebuah ruang gelap untuk mencari benda-benda yang kita perlukan, sambil membiarkan benda-benda yang lain berada dalam kegelapan. Mengingat jumlah informasi yang kita olah dan ingat, tampaknya kekuatan kognitif kita menunjukkan ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik. Dengan demikian, kita berhati-hati dalam mengarahkan senter atensi kita, memproses informasiyang kita butuhkan dan mengabaikan informasi lain. Dalam pemrosesan informasi, manusia memiliki pemrosesan informasi secara otomatis. Aktivitas-aktivitas yang telah di latih dengan baik atau yang sering dilakukan akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan seikit atensi dibandingkan melakukan aktivitas yang baru, atau yang belum dikuasai. Posner dan Snyder (1974, 1975) telah menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan yaitu : 1) pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar. 2) pemrosesan otomatis tersebunyi dari kesadaran. 3) pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar (atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama sekali).
Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap defisit atensi yang terjadi karena cedera otak.  Baru baru ini, para peneliti yang berminat terhadapdan atensi telah menerapkan sejumlah teknik yang di kembangkan dalam psikologi dan ilmu otak. Fokus dari upaya-upaya modern tersebut secara umum berada di dua bidang: penelitian dan diagnosa. Otak tampaknya memiliki sistem-sistem yang secara anatomis terpisah, yang mengendaikan atensi dan sistem-sistem lain seperti sistem pemrosesan data, yang tetap melakukan kinerja pada input-input tertentu sekalipun atensi kita diarahkan ketempat lain. Dapat dikatakan bahwa sistem atens memiliki kemiripan dengan sistem-sistem lain (seperti sistem motorik dan sensorik), yakni bahwa sistem tersebut berinteraksi dengan sejumlah besar bagian otak yang lain, namun tetap mempertahankan ciri khasnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar