Rabu, 11 Oktober 2017

Memori

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Sebagian besar kegiatan manusia berhubungan dengan memori (ingatan) manusia, seperti saat manusia selalu mengingat semua yang terjadi, memori manusia berisi semua pengetahuan dari urutan perilaku.
Manusia memilki memori yang kemampuan dan kapasitas sangat besar, sehingga tak terhitungkan besarnya. Akan tetapi tidak semua memanfaatkan kapasitas tersebut seoptimal mungkin dan lebih banyak lagi yang memanfaatkan memori ini sekedarnya saja, sehingga banyak ruang-ruang dalam memori seseorang yang tidak terisi bahkan tidak diisi serta tidak diperlakukan dengan lebih baik karena berbagai faktor. Memori memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Jika kita lakukan aktivitas berpikir maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatan kita. Kita menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan masa sekarang dengan masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa datang. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya fasilitas fungsi memori kita yang kuat dan dapat disesuaikan pada berbagai situasi. Oleh karena memori inilah manusia dapat dikatakan makhluk bersejarah. Artinya makhluk yang tidak ditentukan oleh pengaruh proses dari hal yang terjadi saat kini saja, tetapi berkembang dalam sejarah masa lalunya yang masih dimilikinya dan sewaktu-waktu dapat dihidupkannya kembali. Yang terakhir inilah yang dikatakan memori. Memori memungkinkan seseorang melakukan tindakan yang berulang, menggunakan bahasa, menggunakan informasi yang baru diterima melalui inderanya, mengidentifikasi dengan menggunakan informasi yang pernah diterima dari pengalaman masa lalu.
Seperti yang kita ketahui bahwa memori sangat penting dalam kehidupan manusia. Maka dari itu hendaknya kita mempelajarinya agar kita dapat memaksimalkan fungsi memori kita dan memahami sistem kerjanya.
  1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.     Apa itu memori dan perannya dalam kehidupan?
2.    Apa saja jenis memori dan bagaimana perbedaannya?
3.    Bagaimana cara kerja memori?
  1. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.     Untuk memahami hakikat memori serta perannya dalam kehidupan.
2.    Untuk memahami apa itu Short Term Memory dan Long Term Memory serta perbedaan perannya.
3.    Untuk memahami bagaimana cara kerja memori baik STM maupun LTM.


BAB II
PEMBAHASAN
  1. Penelitian, Formasi dan Cara Kerja Memori
          Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif (Solso, dkk., 2008).  Statemen tersebut menjadi alasan kuat kenapa memori menjadi suatu hal yang penting dalam proses perkembangan kognitif manusia. Penelitian tentang memori tidak pernah berhenti sampai akhir tahun 1900-an. Berbagai ilmuwan semakin memperbaiki satu teori menuju teori selanjutnya.
          James, seorang ilmuwan, mengungkapkan beberapa statemen mengenai memori. Ia beranggapan bahwa memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai perantara) dan sifat permanen. James juga mengungkapkan tentang efek awal-akhir (primacy and recentcy) dan efek Von Restroff. Efek awal-akhir (primacy and recentcy) adalah, yaitu apabila ditunjukkan data pada seseorang maka item yang pertama dan terakhir adalah item yang cenderung paling diingat. Sedangkan efek Von Restroff adalah apabila dalam suatu data adanya item yang unik, maka item unik tersebut adalah yang paling diingat.
          Pada tahun 1968, Richard Attkinson dan Richard Shiffrin mengungkapkan teori tentang memori dalam versi terbaru. Menurut Attkinson dan Shiffrin, memori memiliki 3 area penyimpanan, yaitu register sensorik, penyimpanan jangka pendek, dan penyimpanan jangka panjang.
          Sebuah stimulus ditangkap oleh alat indera kita kemudian dilanjutkan menuju ke otak ke memori jangka pendek. Kemudian disimpan menuju memori jangka panjang yang nantinya akan dimunculkan kembali. Sesuai dengan model yang dibuat oleh Atkinson dan Shiffrin, pertama-tama kita merekam informasi yang ingin kita ingat melalui alat indera kita (sensory memory). Setelah itu akan disalurkan dan dibawa menuju short-term memory (STM). Memori yang muncul dalam STM dapat bertahan apabila kita melakukan ‘latihan’ untuk mengingat informasi tersebut. Informasi yang berada pada STM hanya akan bertahan sekitar 30 detik saja tanpa adanya pengulangan, sehingga apabila tidak di-‘latih’ akan sangat mungkin bagi kita untuk melupakan informasi tersebut.  Hal tersebut dikarenakan ingatan kita sebenarnya hanya mampu menangkap 4-7 informasi yang berbeda dalam satu waktu. Maka dari itu informasi lain yang tidak diinginkan akan hilang dan atau ditransfer menuju long-term memory (LTM).
          Long-term memory (LTM) merupakan tempat penyimpanan pada otak yang kekal, dimana disana tersimpan semua pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pernah kita alami.
          Definisi mengenai STM dari Atkinson dan Shiffrin dianggap tidak melingkupi semua proses yang berkembang pada transformasi informasi dari STM ke LTM. Sehingga para psikolog pada masa kini mengkaji kembali ide-ide tentang STM yang kemudian di-update menjadi konsep yang lebih komprehensif, yaitu working memory. Working memory melibatkan seluruh proses antara pengambilan informasi dari STM dan transformasi penyimpanan pada LTM.
          Adapun yang dinamakan memori eksplisit dan memori implisit pada proses ini. Memori ekspilist adalah keadaan dimana dengan sadar kita menyimpan sebuah informasi, contohnya yaitu belajar, menghafal angka, dll. Sedangkan memori implisit adalah dimana kita menyimpan informasi dalam keadaan tidak sadar. Seperti tiba-tiba kita teringat hal-hal kecil dalam kejadian sehari-hari.
Secara umum, memori dapat diakses kembali melalui 3 cara, yaitu :
1)   Recall : proses ini mendeskripsikan bagaimana kita memanggil kembali informasi yang pernah kita ketahui. Proses ini dianalogikan seperti saat kita melengkapi pernyataan yang memiliki kata-kata yang hilang.
2)     Recognition : proses saat dimana kita hanya butuh untuk mengidentifikasi informasi yang disajikan bersamaan dengan informasi lain. Proses ini dianalogikan seperti saat kita mengerjakan soal pilihan ganda.
3)     Relearning : proses mempelajari kembali hal-hal yang telah disimpan beberapa waktu lalu. Contohnya saat belajar untuk ujian, kita akan lebih mudah belajar dengan mengingat ulang kembali materi-materi yang hampir dilupakan.
  1. Memori Jangka Pendek
1)   Pengertian memori
          Santrock dalam bukunya menjelaskan memori adalah unsur perkembangan kognitif, yang memuat seluruh situasi yang ada didalamnya individu menyimpan informasi yang diterima sepanjang waktu. Oleh karena itu para psikologi berpendapat bahwa memori inilah yang memberikan kepada manusia rasa kesatuan yang menjadi pendapat setiap manusia, karna pada saat itu manusia berpikir tentang artinya manusia.
2)   Memori jangka pendek.
          Kita sering berpikir tentang memori, kita selalu membayangkan suatu tempat penyimpanan yang berisi informasi atau pengetahuan. Terdapat dua penyimpanan di dalam memori kita yakni memori jangka panjang atau LTM dan memori jangka pendek atau STM. Memori jangka pendek atau disebut STM memiliki peranan penting dalam proses memori, karateristik dari STM adalah penyimpanannya yang terbatas diimbangi oleh kapasitas pemrosesan yang juga terbatas dan terdapat pertukaran konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Teknik Brown paterson mendemonstrasikan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan, sementara sifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat jikalau tidak memiliki kesempatan mengulang informasi tersebut. Adapun gagasan yang mendukung keberadaan dua penyimpanan memori dapat dirangkum:
a)    Pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa sejumlah hal di ingat selama sesaat sedangkan hal hal lain di ingat dalam jangka waktu yang lama.
b)    Eksperimen eksperimen psikologis menunjukkan bahwa pengambilan sejumlah informasi dalam memori adalah karateristik kinerja memori jangka pendek. Sedangkan pengambilan sejumlah informasi yang lain adalah karateristik kinerja memori jangka panjang, misalnya terkait data awal dan akhir
c)    Studi-studi fisologis menunjukkan bahwa kinerja memori jangka pendek dapat mengalami hambatan, sedangkan kinerja memori jangka panjang tampak tetap stabil.
3)   Dukungan neurosains kognitif
          Penemuan penemuan neuorofisiologis menunjukkan bahwa kedua penyimpanan memori yang berbeda tersebut memiliki letak tertentu dalam struktur otak manusia. Struktur memori manusia yang paling penting adalah lobus temporal dan hipokampus. Secara khusus hipokampus adalah sebuah tempat penyimpanan sementara bagi LTM, yang memproses informasi awal dan memindahkan informasi informasi tersebutke korteks serebral sebagai tempat penyimpanan yang lebih permanen.
4)   Model memori kerja
          Formulasi teknik Brown dalam mengkur kapasitas STM beserta kasus H.M memperkuat konsep STM sebagai sistem memori yang mandiri. STM tidak hanya dianggap terpisah dari LTM , namun konsep STM juga memiliki landasan fisiologis yang ditegaskan oleh studi studi neurologis terhadap pasien yang mengalami kerusakan otak.
       Memori kerja (working memory) didefinisikan secara konseptual sebagai suatu tipe kerja yang secara konstan mengubah, mengkombinasikan dan memperbarui informasi baru ataupun lama. Model memori kerja menyanggah pandangan bahwa STM hanyalah sekedar “kotak” dikepala dan konsep memori kerja juga menyanggah gagasan bahwa kapasitas STM terbatah hanya pada tujuh item. Baddley menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita mengulang informasi. Intisari dari gagasan Baddely adalah bahwa kita dapat melakukan  pengulangan hanya sejumlah informasi yang terbatas dalam putaran fonologis (phonological loop), dan satu satunya determinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan kata-kata tersebut secara lisan. Komponen kedua dalam memori kerja adalah “alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan dengan putaran fonologis namun berperan mengendalikan kinerja visual dan spasisal. Eksekutif sentral (central executive) berperan layaknya seorang penyelia yang menentukan topik topik yang seharusnya diabaikan dan apa yang harus dilakukan apabila sistem mengalami masalah. Tidak lamasetelah model memori kerja diperkenalkan, para peneliti mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai putaran fonoligis, visuopital dan hakikat eksekutif sentral menggunakan standar pengukuran dalam ilmu psikologi. Cabeza dan Nyberg (1997) menemukan bahwa putaran fonologis memiliki kaitan aktivasi bilateral pada lobus frontal dan parietal, alas sketsa visuospital mengaktifkan area area yang berbeda dalam korteks. Penahan episodik adalah suatu sistem berkapasitas terbatas yang menggabungkan informasi dari LTM, dari alas sketsa visuopasial, serta dari putaran fonologis kedalam eksekutif sentral.
5)  Kapasitas STM
          STM (short term memory). Menurut miller dalam catatan resmi paling awal tentang keterbatasan STM ditemukan pada pengamatan Sir william Hamilton, seorang filsuf abad ke-19, yang mengatakan: “jika anda melemparkan segenggam kelereng ke lantai, Anda paling-paling hanya mampu mengamati, secara sekaligus, enam atau paling banyak tujuh paling banyak tanpa rasa bingung.”
Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses informasi memiliki batas sekitar tujuh unit, dalam hipotesis miller, ketebatasan-keterbatasan tersebut diakibatkan oleh adanya sejumlah mekanisme yang bersifat mendasar dan umum, mekanisme ini selanjutnya dikenal sebagai STM.
          Chunking
          George Miller (1956), chunking adalah alat mengingat yang kuat yang sangat meningkatkan jumlah informasi yang dapat diandalkan dalam memori jangka pendek. Menghafal nomor telepon adalah salah satu contoh yang sering digunakan dalam penggunaan chunking, biasanya kita membagi no tersebut kedalam 3 atau 4 bagian, sehingga dengan demikian kita akan dapat mudah mengingat dan menghafal nomor tresebut. Chunking juga dapat sangat berguna ketika anda mencoba untuk menghafal sejumlah besar informasi, seperti urutan nomor atau daftar kata. Proses chunking adalah suatu proses yg penting karena menjelaskan fenomena STM yang mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “kemacetan” dalam rangkaian pemrosesan informasi.
6)   Penyandian Informasi dalam STM
          Informasi yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasi auditori, visual, dan semantik. Sandi auditorik merupakan sandi yang paling dominan dari STM, yakni partisipan mendapatkan informasi dengan pendengaran, sandi visual yaitu partisipan mendapatkan informasi dengan penglihatan. Sandi sematik yaitu sandi yang berhubungan dengan makna.
7)         Pengambilan informasi dari STM
          Di era modern pemrosesan informasi sangat di pengaruhi oleh sebuah teknik ekperimental yang di kembangkan oleh Saul Sternberg. Teknik ini melibatkan sebuah tugas pemindaian serial yang didalamnya pertisipan mendapatkan stimuli berupa serangkaian item, misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item. Diasumsikan bahwa item-item tersebut disimpan dalam STM partisipan. Setelah partisipan menghapalkan daftar, ia menekan sebuah tombol untuk memunculkan sebuah angka yang ada (atau yang tidak ada) dalam daftar yang telah dilihat sebelumnya. Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan daftar yang telah diingatnya dan menjawab apakah angka tersebut memang ada didaftar atau tidak. Setiap tugas berisi daftar yang berbeda. para peneliti mengubah-ubah ukuran daftar sesuai kapasitas STM yaitu dari satu hingga enam angka. Pada dasarnya, tugas ini  mengharuskan partisipan mencari angka-angka dalam suatu daftar untuk menemukan jawaban yang tepat. Pencarian seperti ini dapat berhenti dengan sendirinya saat partisipan telah menemukan angka tersebut dan memberikan jawaban, sebaliknya partisipan mungkin melakukan pencarian menyeluruh terhadap daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya, terlepas ia menemuka angka itu atau tidak.
  1. Memori Jangka Panjang
1)   Lokalisasi dan Distribusi LTM
          Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif cenderung bersifat terus terang (straightforward). Studi-studi tersebut melibatkan penentuan letak (plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak memori (memory traces) dan pengidentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang terasosiasi dengan pembentukan dan perubahan memori (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
          Lokasi tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga berpusat di bagian-bagian tertentu. Studi-studi PET menunjuka bahwa area frontal di otak  banyak terlibat dalam pemrosesan informasi dimana kinerja memori bersifat spesifik (Craik dalam Solso, dkk., 2008). Sebagaimana diketahui dari studi pasien yang menderita kerusakan otak bagian frontal tersebut, bahwa hippocampus, cortex, dan thalamus merupakan bagian yang esensial dari memori jangka panjang. Memori jangka panjang yang permanen nampaknya tersimpan dan diproses dalam cerebral cortex. Informasi dari mata dan telinga dilewatkan ke visual cortex dan auditory cortex, dan nampaknya memori jangka panjang yang bertipe visual dan auditori juga disimpan di sekitar lokasi tersebut. Informasi yang awalnya berada di sistem memori jangka pendek melalui proses pengulangan kemudian berpindah ke sistem memori jangka panjang. Selanjutnya setelah berada di sistem, meori jangka panjang informasi tersebut dapat diperoleh kembali melalui strategi tertentu atau informasi tersebut terlupakan (gagal diperoleh kembali) karena adanya kekurangan dalam sistem pengarsipannya (Estem, 2008)
          Beberapa region otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan memori. Region-region tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus), serta thalamus. Pentingnya region tersebut ditunjukkan oleh studi-studi terhadap pasien-pasien klinis yang mengalami kerusakan pada area-area tersebut. Hipokampus sendiri bukanlah merupakan penyimpanan memori jangka panjang yang permanen. Informasi sensorik dikirimkan ke region-region otak yang spesifik misalnya informasi dari mata dan telinga dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut. Jadi sekalipun model-model memori menampilkan memori sebagai kotak, kenyataannya memori tersebar di seluruh otak. Memori adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak dan sejumlah area memiliki fungsi lebih dominan dibandingkan area lain. (Solso, dkk., 2008)
2)   Kapasitas Memori
          Tentunya tidak terpikirkan seberapa memori kita mampu mengingat begitu banyak hal. Apalagi membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang tersimpan dalam LTM. Jaman modern seperti sekarang ini pasti sudah banyak orang mengetahui komputer dimana penyimpanannya sangat tidak terbatas, namun tidak bisa dibandingkan dengan otak manusia yang mampu menyimpan informasi yang mendetail dalam jangka waktu lama. Otak manusia adalah struktur yang sedemikian kecilnya (Solso, dkk., 2008). Terdapat sebuah penelitian oleh Shepard (1967) yang menunjukkan kemampuan manusia mengenali gambar setelah periode waktu yang sangat lama. Disini partisipan memiliki tugas rekognisi memori selama 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Dukungan lebih lanjut terhadap kapasitas LTM ditemukan oleh Standing Conezio dan Haber (1970).    
ü     Analisis teoritik tentang kepakaran
Chase dan Ericsson (1982) dalam Solso  menjelaskan tiga prinsip kinerja memori
a)      Mnemonic encoding principle (prinsip penyandian mnemonic) Menyatakan bahwa para pakar menyandikan informasi berdasarkan basis pengetahuan yang luas, yang dimiliki para pakar tersebut. 
b)      Retrieval structure principle (prinsip struktur pengambilan informasi) Menyatakan bahwa para pakar menggunankan pengetahuan mereka tentang suatu objek untuk mengembangkan mekanisme yang sangat terspesialisasi dan abstrak yang secara sistematik menyandikan dan mengembangkan pola-pola yang bermakna dari LTM.
c)      Speed-up principle (prinsip percepatan) Menyatakan bahwa latihan akan meningkatkan kecepatan para pakar dalam mengenali dan menyandikan pola-pola. (Solso, dkk., 2008)
          Salah satu unsur yang sering kali terabaikan dalam diskusi tentang para pakar adalah latihan (practice), yang merupakan tema yang dianalisis secara mendetail oleh Ericsson, Krampe, dan Tesch-RÓ§mer (1993). Seperti kata pepatah practice makes perfect hal ini menunjukkan bahwa meskipun sederhana latihan tersebut, latihan yang cerdas dengan alokasi waktu yang teratur adalah jenis latihan yang berhubungan positif dengan kepakaran.
3)   Durasi LTM
          Sejumlah penelitian mendukung adanya memori jangka sangat panjang atau very long-term memory (VLTM). Studi ini dilakukan oleh Bahrick dan Wittlinger (1975). Mereka melakukan studi cross-sectional dengan memberikan tugas isyarat-gambar (picture-cueing task) dalam tugas itu para partisipan diminta mengingat nama seorang rekan mereka berdasarkan gambarnya. Data yang dihimpun Bahrick dan rekan-rekannya mendukung bahwa VLTM memang ada dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, stabilitas rekognisi memori dalam jangka waktu selama itu sungguh mengejutkan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat penyandian awal (pada saat peristiwa tersebut terjadi) dan distribusi rehearsal (pengulangan).
          Dalam studi lain oleh Bahrick yang menguji memori tentang bahasa Spanyol yang dipelajari lima puluh tahun sebelumnya. Meliputi tes pemahaman bacaan, tes mengingat (recall) dan tes rekognisi terkait perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), dan idiom-idiom. Dan didapat kemampuan berbahasa Spanyol tersebut masih tetap eksis (dan berguna) setelah 50 tahun. Memori yang “permanen tersebut” disebut Bahrick sebagai permastore dan diasumsikan bahwa memori tentang Spanyol (dan bahasa-bahasa asing lain) dapat eksis untuk jangka waktu yang lama.
a)  VLTM dan Psikologi Kognitif
Penelitian Conway, Cohen, dan Stanhope (1991) berjudul “On the Very Long-Term Retention of Knowledge Acquired Through Formal Education: Twelve Years of Cognitive Psychology” yang meneliti tentang ingatan para mantan mahasiswa yang pernah belajar psikologi kognitif. Retensi nama menunjukkan penurunan yang sedikit lebih dibandingkan pengingatan (recall) dan rekognisi konsep. Data tersebut konsisten dengan eksperimen penting Bahrick dkk, yakni bahwa sebagai suatu bentuk informasi, VLTM- baik berupa memori tentang kawan-kawan masa kecil maupun berupa dikotomi STM/LTM- menurun dengan cepat pada awalnya kemudian menjadi stabil selama bertahun-tahun. Hal ini menunjukan bahwa konsep lebih lama diingat dibandingkan nama.
b)  Memori tentang gambar
Shepard (1967) menunjukan demonstrasi tentang kemampuan manusia dalam mengenali gambar. Para peserta diminta melihat gambar-gambar yang ditampilkan di sebuah layar. Lalu setelah beberapa saat mereka kembali ditunjukan gambar-gambar yang sebagian isinya merupakan pengulangan dari gambar sebelumnya dan mereka diminta menunjukan mana gambar yang sudah pernah mereka lihat sebelumnya. Persentase kebenaran dari tes ini cukup tinggi, lalu para partisipan kembali melihat gambar-gambar dengan pengulangan kembali yang berjarak 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Hasilnya, penurunan skor mereka rata-rata terjadio setelah 4 bulan. Hal ini dikarenakan memori tentang gambar disandikan dalam sistem memori jangka panjang partisipan dan adanya intervensi gambar-gambar baru yang membingungkan.
c)  Memori otobiografis
Merupakan memori yang dimiliki seseorang tentang masa lalunya. Memori ini banyak dibahas karena berkaitan dengan individu yang bersangkutanm serta seluruh sejarah hidupnya yang unik. Memori otobiografis juga dapat memberitahu kita berbagai hal mengenai kepribadian dan konsep diri orang yang bersangkutan. Isi memori pribadi kita menyerupai semacam penyimpanan selektif yang berisi memori-memori yang penting atau aneh. Memori otobiografis pada umumnya sangat akurat dan detail namun biasanya orang yang bersangkutan masih membutuhkan memori orang lain di sekitarnya untuk memperkuat suatu kejadian. Namun memori otobiografis juga dapat memudar seiring berjalannya waktu, dan kemampuan mengambil item memori tersebut memudar dalam kecepatan yang stabil (Solso, dkk., 2008).
Kecepatan kelupaan berbentuk linier. Linton membagi kelupaan menjadi dua jenis, yang pertama terkait dengan peristiwa serupa yang sering terjadi sehingga tumpang tindih. Yang kedua terkait dengan kejadian yang memang dilupakan secara alamiah. Tidak ditemukan hubungan antara pentinya dan seberapa emosionalitas memori dengan kemudahan memori tersebut diingat (Solso, dkk., 2008).
4)   Penyimpanan LTM
Sebuah penjelasan tentang bagaimana memori jangka panjang dibentuk dan disimpan, ditemukan dalam karya Donald Hebb yang menjadi klasik. Versi sederhana dari gagasan Hebb tentang LTM menyatakan bahwa informasi dari STM akan dikirim ke LTM apabila diulang-ulang (rehearsed) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Transformasi informasi dari STM ke LTM terjadi karena struktur STM diotak memiliki sirkuit yang berisikan aktivitas-aktivitas neural yang bergema (reverberating), yang memiliki neuron-neuron yang mampu bergerak dalam putaran (loop) secara mandiri. Manaka sirkuit tersebut tetap aktif selama satu periode tertentu, terjadilah perubahan kimiawi dan/atau perubahan structural, dan memori akan disimpan secara permanen dalam LTM. Jika informasi tersebut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, terjadilah peningkatan memoribilitas (kemudahan memori untuk diingat).
Sejumlah pengalaman lebih mudah diingat dibandingkan pengalaman lain. Sebagai contoh, pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, yang melibatkan ego, atau yang bersifat traumatic, tampaknya bertahan lama dimemori dibandingkan memori yang mengenai kuliah yang rumit. Penelitian terhadap hewan menunjukan peran peningkatan kadar glukosa terhadap pembentukan memori. Lebih lanjut lagi ketika peristiwa menyenangkan terjadi, medulla adrenal meningkatkan sekresi epinephrine (adrenaline) kedalam darah sehingga meningkatkan konsolidasi memori (Megaugh,1990). Diyakini bahwa epinephrine tidak secara langsung menstimulasi sinapsis-sinapsis otak, melainkan mengubah jadangan glikogen menjadi glukosa sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah, yang menjadi nurisi dalam otak. Sejumlah penelitial eksperimental telah mendukung gagasan bahwa penyunting glukosa seketika setelah proses belajar akan meningkatkan memori tentang materi yang dipelajari (Gold,1987; Hall & Gold, 1990)
a)  Sandi
Dalam LTM, informasi sidandikan secara akustik, secara visual, dan secara semantic. Hakikat ketiga jenis sandi (codes) dalam LTM tersebut dapat diilustrasikan dengan mudah. Sebgian besar dari kita pernah mengalami kondisi ti of the tongue (TOT): di ujung lidan) (Brown,1991,Schwartz, 1999), yakni kondisi saat Anda mengingat sejumlah aspek dari item tertentu, namun melupakan indetitas utama item yang bersangkutan. Dalam kondisi TOT, Anda mampu mengingat atribut-atribut item yang bersangkutan, namun nama item itu sendiri seolah berada diluar jangkauan Anda. Sebagai contoh, pada suatu saat kami sedang mengendarai motor menuju ke kampus, dan percapakan yang berlangsung diantara kami sempat tersendat saat kami mencoba mengingat nama sebuah jenis minuman ringan (diet soda). Kami tida mampu mengingat nma minuman tersebut, dan hal tersebut segera menjadi hal perbincangan kami.
b)  Level pemrosesan
Sebagaimana telah kami nyatakan, hal-hal yang bemakna akan disimpan dalam memori, namun hal tersebut menimbulkan pertanyaan: Bagaimana otak mengenali bahwa informasi adalah sebuah informasi yang syarat makna? Otak dapat menggunakan metode heuristic (metode yang menutun pada penemuan sesuatu, atau penyelidikan sesuatu, sehingga penyembabkan perumusan-perumusan pikiran-pikiran atau kesimpulan baru).
Penelitian Craik dan Lockhart (1972) terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan umum bahwa informasi yang diterima oleh indera harus menjalani serangkaian analisis yang diawali dengan analisis sensorik dangkal dan dilanjutkan oleh analisis-analisis yang semakin dalam, semakin rumit,semakin abstrak,dan semakin bersifat semantic.
Dalam pandangan Craik dan Lockhart, isu yang signifikan adalah bahwa kita mampu menganalisis atau mempersepsi informasi pada level yang rumit, yang penuh makna (meaningful) sebelum kita menganalisis informasi tersebut pada level yang primitive.
Gagasan bahwa kita dapat menganalisis informasi pada level yang lebih dalam sebelum pada level yang lebih dangkal menyebabkan timbulnya keraguan-keraguan besara terhadap teori asli yang menyatakan keberadaan sejumlah level pemrosesan. Jika seluruh tipe pemrosesan dapat menerima stimulus (yang sma), akibatnya teori mengenai keberadaan sejumlah level dapat digantikan oleh subuah sistem yang melenyapkan konsep “sejumlah level” atau “sejumlah krdalaman pemrosesan” namun tetap memepertahankan beberapa gagasan Craik dan Lockhart mengenai pengulangan (rechearsal) dan mengenai pembentukan jejak-jejak memori
c)  Level Pemrosesan versus Pemrosesan informasi
Model-model memori yang menggunakan konsep ppemrosesan informasi pada umumnya menekankan kompenen-kompenen structural (seperti penyiman sensorik, STM, dan LTM) yang berhubungan dengan pemrosesan (sperti atensi,penyandian,pengulangan, transformasi informasi. Model memori dengan konsep pemrosesan informasi menekankan keberadaan serangkaian terhadap yang didalamnya informasi dipindah dan diproses, sedangkan pandangan alternative Craik dan Lockhart (yakni level pemrosesan) menyatakan bahwa jejak-jejak memori dibentuk sebagai produk sampingan dari pemrosesan perceptual.
d)  Efek Referensi Diri
Konsep level pemrosesan mengalami kemajuan pesat ketika Rogers, kuiper, dan kirker (1977) menemukan bahwa referensi diri  (self-reference) merupakan sebuah faktor yang kuat. Dengan menggunakan suatu metode yang menyerupai metode craik dan Tulving (1975), para peneliti meminta partisipasipan untuk mengevaluasi sebuah daftar yang berisi 40 kata sifat (adjective) setelah para partisipan tersebut dibagi dalam empat kelompok tugas (empat kondisi perlakuan): tugas structural,fonemik, semantic, dan refensi sendiri.
5)   Jenis-Jenis Memori
Secara umum kita dapat menganalogikan LTM sebagai suatu tempat penyimpanan (repository) segala hal memori yang pada saat itu tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan dapat diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari jenis informasi yang disimpan dalam LTM (Bower,1975) disusun berdasarkan kemungkinan fungsi adaptifinya.
•Kemampuan spasial. Informasi mengenai lokasi kita didunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita melakukan pergerakan maneuver efektif dilingkukngan kita.
•Karakteristik-karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
•Hubungan Sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa oramg yang dapat kita percayai. Mengenai siapa musuh kita itu lebih pentung.
•Nilai-nilai Sosial. Peengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
•Keteramoilan-keteramoilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasi objek.
•Keterampilan-keterampialn perseptuail. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bhasa hingga music.
Sebagaimana telah kita diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya menyimpaninformasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Tergantung jenis informasi, atau drajat kepentingan, skema organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan dalam LTM . anda dapat mengamati bahwa LTM dapat dibagi menjadi memori ekspilit (deklaratif) dan memori implicit (nondeklaratif). Memori eksplisit diorganisasikan lagi menjadi memori episodic dan memori semantic. Memori implicit dibagi menjadi memori procedural dan memori emosional. Terdapat pula sejumlah subtype dalam kategori memori implicit dan memori eksplisit tersebut.
          Memori eksplisit (exposit memory) terutama mengendalikan pengembalian (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan i syarat(cue) berupa rekognisi dan tugas-tugas recall. Memori implicit (implicit memory), sebaliknya diekspresikan dalm bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan kinerja dan tidak memerlukan rekoleksi yang sadar.
 


Memori Otobiografis
Isi LTM bukanlah menyerupai suatu gudang yang menyimpan segala sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu fungsi kendali, yakni tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapat perhatian khusus. Memori otobiografis adalah memori yang dimiliki oleh seorang individu mengenai masa lalunya. Meskipun memori pribadi telah menjadi minat sebagian orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek sebuah penelitian psikologis.
Memori otobiografis pada umumnya memiliki kekuratan tinggi (bahkan sempurna). Pada umumnya, memori biografis berisi informasi terkait emosi, deskripsi-diri,peristiwa-peristiwa khusus, dan sejarah kehidupan sesorang yang bersangkutan.
e)  Memori Episodik dan Memori Semantik
Tulving (1972,1986a,1989b, 1993) mengklasifikasikan memori kedalam dua jenis: memori episodic dan memori semantic. Klasivikasi Tulving kita anggap penting sebab kita amsusikan bahwa suatu kondisi memori tunggal eksis dalm LTM.
Memori Episodik adalah suatu “sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya”. (Tulving,1993,hal 67). Artinya memori pengalaman-pengalaman khusus (misalnya melihat pemandangan indah, merasakan pegangan tangan) membentuk memori episodic. Peristiwa tersebut disimpan sebagai” referansi otobiografis”. Memori episodic tidak memiliki struktur formal sebagaimana yang didapati dalam memori simantik.
Memori semantic adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak: memori ini penting bagi penggunaaan bahasa. Dalam kata-kata Tulving :
Memori semantic adalah sebuah kamus mental, sebuah pengetahuan tetorganisasi yang dimiliki seseorang, mengenai kata-kata dan symbol verbal lainnya, makna dan acuanya;mengenai hubungan antara symbol-simbol dan verbal tersebut berserta peraturan-peraturan, rumus dan algoritma yang digunakan pemanipulasian terhadap symbol-simbol, konsep-konsep dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantic tidak mencakup karakteristik-karakteristik perceptual dari input, namun mencakup referensi kognitif dari sinya-sinyal input. (hal 217).
Memori semantic dan memori episodic berbeda tida hanya dalam isinya, namun juga dalam keterangnanya terhadap kelupaan. Informasi dalam memori episodic lenyap dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperlukan untuk mengalikan 5 x 3 (yakni memori simantik) lebih “kebal” terhadap kelupaan. Memori episodic diaktifkan lebih sering (dan akibatnya, lebih sering menglami perunbahan), sedangkan memori semantic tidak diaktifkan sesering memori episodic dan kondisinya relative stlabil seiring berlalunya waktu.
Tulving berpendapat bahwa sistem memori yang baik menggambarkan kompleksitas dan adaptibilitas manusia adalah sistem klasifikasi yang terdiri dari tiga bagian : memori procedural, memori semantic, dan memori episodic. Ketiga sistem tersebut dianggap bersifat monohirarkis. Artinya, dalam sistem yang paling rendah, memori procedural mencakup sistem berikutnya, yakni memori semantic sebagai suatu entitas tunggal, sementara memori semantic mencakup memori episodic sebagai suatu subsistem tunggal yang terspesialisasi. Meskipun setiap sistem memiliki kemampuan yang unik.
Memori Prosedural, sebgai bentuk memori terendah, mempertahankan hubungan-hubungan antara stimulus dan respondan dapat disertakan dengan memori asosiatif sebagaimana  yang disebutkan Oakley (1981).Memori semantic memiliki kemampuan tambahan berupa mempresentasikan peristiwa internal yang  tidak ada saat kejadian,sementara memori episodic memungkinkan adanya suatu kemampuan tambahan berupa kemampuan memperoleh (dan mempertahankan) pengetahuan mengenai peristiwa yang dialami secara pribadi.
6)   Dukungan Neurosains
Bukti-bukti yang mendukung keberadaan memori semantic dan memori episodic didemostrasikan secara dramatis oleh Tulving, yang menyajikan dokumentasi fisikal mengenai sistem-sistem memori. Terdapa dua jenis studi yang telah dilaporkan. Dalam sebuah studi, tulving mendeskripsikan subuah studi khusus yang mengenai seseorang pria bernama “K.C.,” yang mengalami cedera otak akibat kecelakaan frontal-parietal kiri dalam otak K.C. studi kedua yang dilaporkan Tulving berkaitan dengan studi pencitraan.
          Studi kedua mengindikasikan letak lokus (pusat) kortikal dari memori semantic dan memori episodic, yakni melalui pengukuran terhadap aliran darah serebral regional. Melalui pengukuran terhadap aliran darah dalam konteks (yang diinterpretasikan sebagai indikasi adanya aktivitas moral yang terpusat dengan menggunakan suatu prosedur pencitraan PET yang telah dimodifikasikan para peneliti dapat menyusun sutu peta kortikal otak selama berlangsungnya proses memori yang berbeda-beda. Ketika seseorang terlibat dalam aktivitas-aktivitas memori semantic, sebagai contoh, region-region tertentu diotak akan “menyala, sedangkan aktivitas-aktivitas episodic menyebabkan pengaktifan  area lain dalam korteks.
          Melalui tenik-teknik mutrakhir. Para peneliti semakin memahami struktur arsitektual otak manusia. Sebuah hal yang bahkan lebih menarik lagibagi para psikologi kognitif adalah  penemuan karakteristik-karakteristik fungsional otak; hubungan internal antara karakteristik tersebut, dan hubungan karakteristik dengan memori,persepsi,emosi,bahasa, dan proses kognitif yang lain. Sebagai hasil dari penemuan-penemuan tersebut, para psikolog mampu menyusun mengenai keberadaan dua jeneis memori; memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Sejumlah data-data penelitian psikologi mendukung gagasan tersebut, namun pada masa kini bukti-bukti tersebut ditambah dengan adanya bukti-bukti fisiologis berdasarkan karakteristik structural dan karakteristik pemrosesan informasi di otak.
          Sebagai kesimpulan meskipun masih banyak hal yang perlu dipelajari lebih lanjut mengenai hakikat neurobiologist pada memori, sesungguhnya kita telah mengetahui sejumlah hal yang penting. Stimuli fisik dari dunia eksternal, seperti energy cahaya dan energy suara, dideteksi oleh sistem sensorik, ditransduksikan menjadi implus-implus saraf, dan ditransmisikan keotak. Di otak impuls-impuls tersebut awalnya dianalisis dan secara serempak dikirimkan ke pusat-pusat pengolahan informasi seperti hipokampus, yang salah satu fungsinya adalah mengenali makna emosional dalam emosi.


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.   Memori adalah elemen pokok sebagian proses kognitif. Adapun peran memori dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk menyimpan informasi yang diterima oleh manusia
2.   Memori di bagi menjadi dua yakni memori jangka panjang (long trem memory) dan memori jangka pendek( short term memory).
3.   Memori jangka pendek bersifat terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi akan hilang dalam waktu 20-30 detik jika tidak di ulang ulang. Sedangkan memori jangka panjang memiliki kapasitas yang tidak terbatas dan dapat menahan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama, namun sering kali memerlukan usaha yang keras agar dapat memasukkan informasi ke memori ini
  1. Saran
Semoga ada perbaikan dikemudian hari






DAFTAR PUSTAKA

Estem, M. B. (2008). Struktur dan Proses Memori. XVI(Psikologi Kognitif), 74-75.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar