Nama : Mihmidati Hilmia
NIM : 16410212
Neurosains
Kognitif: Antara Otak dan Pikiran
Saat kita membaca
tulisan ini, berarti kita sedang berpikir, yaitu mengolah huruf-huruf yang
berjejer menjadi kata-kata yang kemudian
diproses oleh otak sehingga diperoleh sebuah pemahaman. Istilah “berpikir”
sendiri merupakan kunci utama dalam Psikologi Kognitif dan selalu dikaitkan
dengan otak. James Watson pernah mengatakan “Otak manusia adalah daerah yang belum
dijelajahi yang terakhir dan terbesar… suatu benda yang paling rumit di alam
semesta, yang belum sempat kita jelajahi”. Apa yang sebenarnya ada di dalam
otak manusia yang menjadikan mereka tampak begitu sempurna? Otak manusia
kira-kira hanya berbobot 2% dari berat badan, lunak, dan kecil; tapi
kemampuannya dalam memproses informasi seolah tak terbatas. Inilah kemudian
yang menjadi objek kajian Neurosains Kognitif, hubungan antara otak dan
kemampuan berpikir manusia.
Sesuai dengan
namanya , neurosains (Neurosciences) adalah gabungan dari neuron dan
sains (science) dengan kata kognitif yang merupakan salah satu dari
kajian dalam ilmu psikologi. Jadi, secara bebas dapat disebut sebagai ilmu
tentang otak & pikiran. Di dalam setiap tubuh manusia terdapat dua sistem
saraf, yaitu Sistem Saraf Pusat (Central Nervous System/CNS) yang
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang serta Sistem Saraf Tepi (Perifier
Neuron System/PNS) yang berupa serat panjang dan berfungsi untuk
menghubungakan CNS ke setiap bagian tubuh.
Unsur dasar
pembentuk sistem saraf pusat adalah neuron, yang mampu mengirimkan informasi
sepanjang sel saraf. Neuron tersebut dapat mencapai jumlah miliaran yang saling
bersambung untuk bisa memproses sebuah informasi. Setiap neuron memiliki
beberapa bagian, yaitu: Dendrit yang berfungsi menerima impuls dari neuron
lain, Tubuh Sel yang bertanggung jawab menjaga kondisi dasar neuron: menerima
nutrisi & melenyapkan limbah organik, Akson sebagai penghubung tubuh sel
dengan sel-sel lain melalui semacam persimpangan yang disebut sinapsis
dan dikelilingi myelin yg berperan sebagai insulator untuk mempercepat
transmisi impuls neural, serta Terminal prasinaptik yang bersama dendrit membentuk
sinapsis.
Gambar
1. Struktur neuron
Lalu
bagaimanakah informasi itu ditransmisikan di dalam otak melalui neuron-neuron
tersebut? Jadi, pada sinapsis terjadi pertukaran informasi kimiawi dari satu
neuron ke neuron lain dalam wujud neurotransmitter yang terdapat di dalam akson
yang kemudian dilepaskan ke celah sinaptik melalui perantaraan impuls neural.
Gambar 2. Transmisi Sinaptik
Di
dalam otak, ada sebuah bagian yang dinamakan korteks serebral yang terlibat
dalam persepsi, kemampuan berbicara, tindakan kompleks, berpikir, pemprosesan
& produksi bahasa, serta proses lain yang menjadikan manusia berbeda dengan
mamalia lain. Korteks serebral memiliki 4 lobus, yaitu: Lobus frontal berfungsi mengendalikan impuls, kemampuan
melakukan pertimbangan, pemecahan masalah, pengendalian & pelaksanaan
perilaku. Lobus temporal untuk memproses sinyal-sinyal auditori,
pendengaran, pemprosesan auditori tingkat tinggi (wicara), dan pengenalan
wajah. Lobus Periental bertugas mengintegrasikan informasi sensoris dari
pancaindera, pemanipulasian objek, pemprosesan visual-spasial. Dan yang
terakhir adalah Lobus oksipital yang mampu melakukan pemprosesan visual.
Lobus-lobus tersebut menjadi sangat penting bagi manusia karena mampu menyokong
korteks serebral yang mengemban fungsi vital, terutama dalam hal berpikir
rasional dan daya ingat.
Melihat
rumitnya struktur dan hubungan otak dengan pikiran, lalu apa yang membuat para
ahli menggabungkan dua keilmuan ini? Antara neurosains dan psikologi. Ada
beberapa hal yang menjadi alasan psikolog kontemporer meminjam informasi & teknik
dari neurosains dan sebaliknya, yaitu:
1.
Kebutuhan menemukan bukti fisik
yang mendukung struktur pikiran (yang bersifat teoretik).
2.
Kebutuhan para ilmuwan neurosains
untuk menghubungkan penemuan mereka dengan model-model fungsi otak &
kognisi yang lebih komprehensif.
3.
Sasaran klinis untuk menemukan
korelasi antara patologi otak & perilaku (simtom).
4.
Meningkatnya keterlibatan fungsi
neurologis dalam model-model yang menggambarkan kinerja pikiran.
5.
Berkembangnya teknik-teknik yang
memungkinkan para ilmuwan “mengintip” ke dalam otak manusia & mengungkap
struktur serta proses yang belum pernah terlihat sebelumnya, seperti melalui
pemindaian PET, pemindaian CT, teknologi MRI, & teknologi EEG.
Sumber:
Solso, R. L.,
Maclin, O. H., & Maclin, M. K. Psikologi Kognitif. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar