NEUROSAINS KOGNITIF
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH PSIKOLOGI KOGNITIF
Dosen pengampu :
Dr.Yusuf Ratu
Agung,M.A
Fikrotul Barizah16410006
Helmi Nugroho 16410011
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Bumi yang kita tempati adalah suatu
ciptaan yang sangat luas dan memiliki letak geografis yang sangat rumit.
Sedangkan cara manusia dalam memahami alam semesta ini dengan alat yang sangat
kecil dibanding bumi yang luas yaitu otak.
Otak merupakan pusat dari segala tingkah laku manusia baik itu
berhubungan dengan kognisi, afeksi, dan lain sebagianya. Dengan kemampuan otak
inilah manusia dapat memahami susunan susunan dalam bumi yang rumit ini, otak
manusia memiliki banyak sekali saraf saraf yang disebut neuron. Dengan bantuan
neuron yang menyebar dalam otak ini, manusia dengan mudah dapat menerima
informasi melalui alat indra seperti, mulut telinga,hidung,mata, dan kulit
sehingga informasi lewat alat sensoris itu di kelola dalam otak yang disalurkan
lewat sambungan sambungan neuron sehingga menghasilkan pemahaman pada manusia
dan berpersepsilah manusia.
Oleh karena itu, kita disini
membahas tentang bagaimana proses neuron itu berlangsung dari yang awalnya
hanya sebuah informasi menjadi sebuah
tingkah laku. Dan dalam makalah ini kita lebih memfokuskan bagaimana otak
sangat berpengaruh dalam kognitif seseorang baik dari segi psikisnya atau
faalnya. Karena manusia yang lahir di dunia ini tidak langsung bisa berfikir
dengan logis mereka perlu tahapan tahapan untuk menjadi sebuah pemikir yang
sesungguhnya. Seperti yang dikatakan
oleh teori piaget bahwa proses berfikir manusia dari bayi sampi dewasa
adalah berbeda. Otak mereka berkembang dan terus berkembang, bahkan semakin
banyak informasi yang kita dapat dari dunia luar semakin sering pula neuro ini
bekerja untuk menyampaikan informasi yang berupa listrik listrik, dari hal itu
akan membuat semakin tebalnya saluran neuro jika semakin tebal saluran neuro
ini maka cara berfikir seseorang dan mengingat akan semakin berkualitas. Itukah
salah satu pentingnya kita mempelajari ilmu tentang neurosains dalam bidang
psikologis, untuk lengkapnya kita jelaskan di bab bab selanjutnya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah sistem saraf pusat
?
2.
Apakah neurosains kognitif
?
3.
Bagaimana hubungan antara neurosains dan psikologi kognitif
?
4.
Bagaimana peralatan
para ilmuwan neurosains ?
1.3
TUJUAN
1.
Mengetahui sistem saraf pusat
2.
Mengetahui neurosains kognitif
3.
Mengetahui hubungan antara neurosains dan psikologi kognitif
4.
Mengetahui peralatan
para ilmuwan neurosains
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf merupakan suatu sistem
yang paling berpengaruh dalam kognis manusia.
Sistem saraf yang
biasa di kenal dengan CNS
(central nervous system), tidak hanya terdiri dari filament atau cairan belaka.
CNS juga terdiri dari saraf tulang belakng dan otak.
Unsur dasar pembentuk
CNS adalah neuron,,yaitu sebuah khusus
yang mengirimkan informasi sepanjang system saraf.
Otak manusia tersusun dari massa
neuron-neuron yang sangat padat.
Beberapa ahli memperkirakan jumlah
neuron dalam otak manusia melebihi
100 milyar .Sistem ini lebih rumit daripada seluruh sistem
di alam semesta ini.[1]
Terdapat empat bagian dalam neuron
:
1.
Dendrit, yang menerima impuls
neural dari neuron lain. Dendrit berbentuk seperti pohon
(arborized), lengkap dengan cabang dan
ranting.
2.
Tubuhsel, yang bertanggung jawab menjaga kondisi dasar
neuron. Tubuh sel (cell body)
menerima nutrisi dan melenyapkan limbahorganik dengan menyaring limbah tersebut melalui dinding sel
yang permaebel.
3.
Akson
(axon),yakni sebuah jalur panjang berbentuk tabung
yang menghubungkan tubuh sel dengan sel-sel
lain melalui semacam persimpangan
yang diebut sinapsis.
Akson-akson dalam otak mungkin berukuran mikroskopis,
namun dapat pula
mencapai panjang satu
meter atau lebih akson-akson besar dikelilingi oleh substansi berlemak
yang disebut selubung myelin
(myelin sheath), yang berperan sebagai
insulator yang mempercepat transmisi impuls
neural.
4.
Terminal
prasinaptik, terminal ini terletak dekat permukaan dendrite pada
neuron lain (yang bersifat represif).
Meskipun tidak berhubungan langsung,
terminal prasinaptik dan dendrite bersama-sama membentuk sinapsis.
2.2
Neurosains Kognitif
Penelitian-penelitian awal tentang lobotomi,
frenologi, dan lokalisasi fungsi adalah pendahulu ilmu neurosains kognitif
modern. Ilmuwan neurosains (neuroscienstists)
adalah para ilmuwan yang mempelajari neurosains,
atau cabang dari ilmu
yang meliputi studi terhadap neuroanatomi,
neurofisiologi, fungsi otak,
dan model cara kerja otak dari disiplin psikologi atau dari disiplin ilmu komputer.
Sebagai jerih payah
para ilmuwan neurosains,
konstruk-konstruk hipotesis seperti jenis memori dan pemrpsesan bahasa tidak lagi sukar dipelajari melainkan memiliki korelasi neurofisologis
yang spesifik. Lebih jauh lagi,
struktur-struktur mikroskopikotak,
ketika di amati sebagai jarigan-jaringan
neural, tampaknya berhubungan dengan komponen-komponen kognisi manusia
yang lebih besar, seperti memori,
persepsi, pemecahan masalah, dan sejenisnya.
Dalam batasan-batasan tertentu,
neurosains kognitif adalah ilmu
yang menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu
lama terkait pikiran dan tubuh.
[2]
2.3 Hubungan
Antara Neurosains Dengan Psikologi Kognitif
Ada beberapa hubungan jika psikolog meminjam
informasi dan teknik-teknik dari neurosains, dan sebaliknya jika para ilmuan
nerosains meminjam ilmu dari psikologi kognitif, yaitu
1. Kebutuhan untuk menemukan bukti-bukti fisik
yang mendukung struktur pikiran ( yang bersifat teoretik). Penelitian untuk
mengungkapkan karakteristik pikiran manusia yang berlangsung sejak awal
sejarah, bahkan sejak prasejarah, namun seringkali dihambat oleh rasa frustasi
karena lemahnya bukti-bukti pendukung. Perkembangan peralatan yang canggih
telah memungkinkan para peneliti mengidentifikasi, dengan bukti material,
keberadaan proses-proses psikologis yang penting seperti bahasa, persepsi, identifikasi
bentuk, berpikir, memori, dan fungsi-fungsi kognitif yang lain.
2. Kebutuhan para neurosains untuk menghubungkan
penemuan-penemuan dengan model-model fungsi otak dan kognisi yang lebih
komperehensif. Sekalipun kita mengetahui fungsi-fungsi neurologis secara detail
namun itu belum memberikan informasi mengenai karakteristik sistem dan jaringan
efek-efek kognitif.
3. Sasaran klinis untuk menemukan korelasi antara
pathologi otak dan perilaku (sintom).
4. Meningkatnya keterlibatan fungsi-fungsi
neurologis dalam model-model yang menggambarkan kinerja pikiran. Karena secara
khusus para psikolog kognitif tertarik para PDP (parallel distributed
processing), atau juga disebut sistem jaringan neural dan juga berminat
dengan menemukan model-model psikologis dengan struktur-struktur dan
fungsi-fungsi neurologis.
5. Upaya para ahli komputer untuk membuat simulasi
kognisi manusia dengan mengembangkan piranti lunak yang mampu berperilaku
seperti otak manusia.
6. Berkembangnya teknik-teknik yang memungkinkan
para ilmuan untuk “mengintip” kedalam otak manusia dan mengungkap
struktur-struktur dan proses-proses yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Seperti PET, pemindai CT, teknologi MRI, dan teknologi EEG yang telah hadir
karena adanya kemajuan dalam teknologi komputer dan dalam teknik pencitraan
otak.
2.4 Peralatan Para IlmuwanNeurosains
Lima puluh tahun
yang lalu, para ilmuwan neurosains hanya memiliki sedikit peralatan dan teknik untuk dapat mengamat dan mengeksplorasi otak manusia secara langsung.
Namun saat ini,
instrumen-instrumen baru telah
di temukan dan telah mempermudah kita dalam studi tentang kognisi manusia.
Akronim
|
Nama
|
Alat
|
Informasi yang direkam
|
Tampilan
|
Informasi yang didapat
|
EGG
|
Electroence-phaloghaphy
|
Elektroda-elekroda di kulitkepala
|
Sinyal-sinyalelektrik (aktivitas neural)
|
Grafik
|
Waktu yang dibutuhkanuntukmemproses stimuli
|
CT
|
Computed Axial Tomography
|
Pemindai X-ray
|
Kepadatanjaringan
|
Tampilan 3D
|
Strukturotak
|
PET
|
Positron Emission Tomography
|
Pemindairadioaktif
|
Alirandarahselebral regional (penggunaanglukosa)
|
Tampilan 3D yang diberikode-kodeberwarna
|
Fungsiotak
|
MRI
|
Magnetic Resonance Imaging
|
Pemindaielekromagnetik
|
Kepadatan atom-atom hidrogen
|
Tampilan 3D
|
Strukturotak
|
fMRI
|
Functional Magnetic Resonance Imaging
|
Pemindaielekromagnetik
|
Kepadatan atom-atom hidrogen
|
Tampilan-tampilan 3D
|
Strukturdanfungsiotak
|
MEG
|
Magnetoence Palography
|
Pemindaielekromagnetik
|
Medan-medanmagnetik (dariaktivitasselsaraf)
|
Tampilan 3D
|
Fungsiotak
|
TMS
|
Transcranial Magnetic Stimulation
|
Tongkat yang menembakkanmuatanmagnetik
|
Aktivitas neural
|
Digabungkandengan EEG atau MEG
|
Fungsiotak; subjekpenelitianmelaporkanpengalamanselamapengetesan
|
Micro CT ()
|
X-ray Micro Tomography
|
Peminday X-ray
|
Kepadatan material
|
Tampilan 3D
|
Strukturobjek-objek yang sangatkecil
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem saraf merupakan suatu sistem
yang paling berpengaruh dalam kognisi manusia. Dalam neuron ini terdapat empat bagian
yaitu dendrit, tubuh sel, akson, dan
terminal prasinapstik.
Neurosains kognitif adalah ilmu yang
menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu lama terkait
pikiran dan tubuh. . Ilmuwan neurosains (neuroscienstists) adalah para
ilmuwan yang mempelajari neurosains, atau cabang dari ilmu yang meliputi studi
terhadap neuroanatomi, neurofisiologi, fungsi otak, dan model cara kerja otak
dari disiplin psikologi atau dari disiplin ilmu computer.
Hubungan neurosains dan psikologi kognitif
terdapat enam yaitu, Kebutuhan untuk menemukan bukti-bukti fisik yang mendukung
struktur pikiran (yang bersifat teoretik), Kebutuhan para neurosains untuk
menghubungkan penemuan-penemuan dengan model-model fungsi otak dan kognisi yang
lebih komperehensif, Sasaran klinis untuk menemukan korelasi antara pathologi
otak dan perilaku (sintom), Meningkatnya keterlibatan fungsi-fungsi neurologis
dalam model-model yang menggambarkan kinerja pikiran, Upaya para ahli komputer
untuk membuat simulasi kognisi manusia dengan mengembangkan piranti lunak yang
mampu berperilaku seperti otak manusia, dan Berkembangnya teknik-teknik yang
memungkinkan para ilmuan untuk “mengintip” kedalam otak manusia dan mengungkap
struktur-struktur dan proses-proses yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Saat ini telah muncul instrumen-instrumen baru
dalam peralatan neurosains yang mempermudah studi tentang kognisi manusia
seperti EEG, CT, PET, MRI, fMRI, MEG, TMS, dan micro CT.
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Solso, Robertl L. Dkk, (2007)), psikologi
kognitif,Jakarta:Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar