Selasa, 12 September 2017

ADHETIO RINOLVA PUTRA

ADHETIO RINOLVA PUTRA
16410162

1.  Sistem saraf pusat.
Ketika pertama kali memegang pisau tentu kita terkadang merasa kalau melakukannya adalah hal yang sangat sulit karena belum terbiasa dan belum mendapatkan cara yang benar dalam memegang sebuah pisau. Dan ketika  memotong sesuatu terkadang kita melakukan kesalahan dan yang sering kita lakukan adalah mengiris tangan kita sendiri secara tidak sengaja. Setelah pisau itu melukai tangan kita respion dasar yang kita berikan adalah mengeluarkan suara dan memegang tangan yang teriris tadi. Selain rasa sakit pernahkah kita bertanya bagaimana kita bisa merasakan sesuatu, bagaimana kita bisa mendengar atau bagaimana kita bisa melihat mencium bau dan meresakan sensasi dikulit. Semua itu kita dapat dari stimulus yang dialirkan sampai kepada otak. Dengan mekanisme stimulus yang datang ditangkap oleh cabang – cabang dendrit mendapat proses awal pada inti sel menuju kepada axon dan pada terminal axon yang menghubungkan antara dua sel terdapat sebuah celah. Celah ini memerlukan aliran listrik yang berulang – ulang agar dapat berpindah menuju sel saraf selanjutnya guna melanjutkan penyampainan informasi agar sampai kepada otak untuk diproses lebih lanjut.
Contoh kasus diatas merupakan cerita dari bagaimana sistem saraf tepi menangkap sebuah informasi dan menyampaikan kepada otak, dan yang akan kita bahas kali ini adalah sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat atau yang lebih dikenal dengan central nervous sistem ( CNS ) terdiri dari dua cabang.



A.   Otak
Bagian ini merupakan inti dari semua proses yang ada dalam tubuh manusia karena semua hal yang ditangkap oleh dendrit akan dialirkan menuju otak melalui saraf dan diotak akan menentukan bagaimana sebuah stimulus yang datang itu akan direspon atau diabaikan.
a.    Lobus Frontalis
Daerah ini berperan dalam koordinasi dan pengendalian gerak otot dan berpikir, belajar, memori, pandangan  ke depan, analisis logis, kreativitas, dan beberapa emosi bergantung kepada kegiatan saraf di lobus frontalis. Berdasarkan sebuah penelitian  ternyata Kerusakan  pada lobus frontalis dapat mengakibatkan perubahan pada perilaku manusia. Pada penelitian yang sudah dilakukan pada manusia ditemukan ternyata kerusakan ini mengakibatkan  karakter seseorang yang sebelumnya tenang dan bersungguh-sungguh bisa berubah menjadi sembrono, tidak bertanggung jawab, resah, kepala batu, dan tidak sopan.
b.    Lobus Parientalis
Daerah ini terletak di bagian belakang. Antara lobus frontalis dengan lobus parientalis terdapat lekukan atau parit yang disebut dengan sulkus sentralis atau celah Rolando. Lobus parientalis ini berfungsi untuk menerima rangsang panas, dingin, tekanan, dan sentuhan.
c.    Lobus Temporalis
Bagian ini berperan sebagai pusat pendengaran. Adanya bunyi dapat meningkatkan metabolisme daerah pembicaraan pada lobus temporalis
d.    Lobus Osksipitalis
Daerah ini berperan penting terhadap penglihatan. Seseorang yang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan pada bagian ini, maka akan mengalami kebutaan. Apabila kita membuka mata dan melihat suatu pemandangan, jumlah radioaktifnya sangat meningkat di daerah penglihatan pada lobus oksipitalis. (Solso, 2008, p. 46) 

B.    Medulla spinalis
Bagian ini biasa dikenal sebagai sumsum tulang belakang. Bagian ini adalah terusan dari otak kecil dibelakang tubuh yang merupakan bagian tulang yang menegakan tubuh manusia.
Bagian ini memiliki fungsi yang berbeda dengan otak, pada otak stimulus yang akan diberikan timbal balik atau respon dapat dipikirkan dengan baik atau memiliki beberapa pilihan, sedangkan stimulus yang datang dan direspon oleh medulla spinal diberikan secara reflek, jadi gerakan reflek yang kita berikan dari sebuah stimulus adalah hasil dari proses yang diberikan oleh sumsum tulang belakang.

2.  Neurosains kognitif.

Neurosains kognitif adalah pendekatan dalam psikologi kognitif yg memusatkan kajiannya pada otak. Ilmu yg menggabungkan psikologi kognitif dengan neurosains kemudian disebut neurosains kognitif. Penelitian-penelitian awal tentang lobotomi, frenologi, dan lokalisasi fungsi adalah pendahulu ilmu neurosains kognitif modern. Ilmuwn neurosains adalah para ilmuwan yang mempelajari neurosains atau cabang dari ilmu yang meliputi studi terhadap neuroanatomi, neurofisiologi, fungsi otak, dan model cara kerja otak dari disiplin psikologi. Bidang ilmu ini adalah cabang ilmu yang sangat berjasa dalam bagaimana menentukan bagian mana yang berfungsi pada sebuah perilaku. Dalam kasus lobotomi atau perbaikan langsung pada bagian otak seorang pasien penyakit jiwa dengan langsung mengotak - atik.

3.  Psikologi kognitif dan neurosains kognitif.
Karena pada dasarnya sebuah kasih saying, cara berpikir, perhatian, memori, persepsi, perhatian dan berbagai aspek psikologi serta kecendrungan kepribadian dan pengambilan keputusan serta cara bertindak adalah hasil dari proses yang dilakukan oleh otak berupa pemberian perintah untuk melakukan suatu hal.
Selain itu proses eksperimen yang dilakukan salah satunya oleh seorang ahli psikologi asal Portugal  tahun 1935 bernama Antonio Ergas Moniz dengan membuat dua lubang pada tengkorak manusia lalu kemudian membuat sebuah instrument dengan menghancurkan jaringan – jaringan saraf pada bagian prefrontal ( Wade, 2016, p 305) hal tersebut membuat pembedahan selanjutnya lebih sering dilakukan dari pada sebelum – sebelumnya oleh orang – orang yang berkecimpung pada bagian itu.
4.  Peralatan para ilmuwan neurosains.
A.   Pemindai CT ( computed axial tomography ) adalah sebuah pemindaian dengan menscan otak lalu dicetak dalam dalam bentuk dua dimensi.
B.    Magneteonchepholgy adalah aktivitas otak dengan mendeteksi medan elektromagnetik.
C.    TMS ( transcranial magnetic stimulus ) merupakan proses evaluasi otak dalam hal persepsi dan berpikir.
D.   EEG ( elektroenchepalography ) merekam sinyal neural di otak menggunakan serangkaian elektroda yang menempel di otak.
E.    PET ( position emission emmography ) ialah sebuah proses pemakaian zal gula di otak yang merupakan intensitas kerja otak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar