NEUROSAINS KOGNITIF
Oleh : Nurul Ikhwana (16410177)
Disiplin ilmu ini mendapatkan namanya (neurosains kognitif)
pada akhir tahun 1970-an di kursi belakang sebuah taksi di New York. Michael
Gazzaniga, seorang tokoh dalam penelitian kedua hemister otak, sedang berada di
dalam taksi bersama George Miller, seorang psikolog kognitif terkemuka. Dalam
perjalanan untuk menghadiri makan malam bagi para ilmuwan dari Universitas
Rockefeller dan Universitas Cornell, para ilmuwan tersebut sedang mempelajari
bagaimana otak menghasilkan apa yang kita alami sebagai pikiran. Dalam
pembicaraan di taksi itu lahirlah istilah neurosains kognitif (cognitive
neuroscience).
Penelitian-penelitian
awal tentang lobotomi, frenologi, dan lokalisasi fungsi adalah pendahulu ilmu
neurosains kognitif modern. Ilmuwan neurosains adalah para ilmuwan yang
mempelajari neurosains atau cabang dari ilmu yang meliputi studi terhadap
neuroanatomi, neurofisiologi, fungsi otak, dan model cara kerja otak dari
disiplin psikologi maupun dari disiplin ilmu komputer. Sebagai jerih payah para
ilmuwan neurosains, konstruk-konstruk hipotetis seperti jenis memori dan
pemrosesan bahasa tidak lagi sukar dipelajari melainkan memiliki korelasi
neurofisiologus yang spesifik. Lebih jauh lagi,struktur-struktur mikroskopi
otakketika diamati sebagai jaringan-jaringan neural, tampaknya berhubungan
dengan komponen-komponen kognisi manusia yang lebih besar seperti memori,
persepsi, pemecahan masalah, dan sejenisnya. Dalam batasan-batasan tertentu,
neurosains kognitif adalah ilmu yang menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh
lagi menyelidiki isu-isu lama terkait pikiran dan tubuh.
Lima
puluh tahun yang lau, para ilmuwan neurosains hanya memiliki sedikit peralatan
dan teknik yang dapat digunakan untuk mengamati dan mengeksplorasi otak manusia
secara langsung. Peralatan dan teknik tersebut meliputi ablasi (ablation;perusakan
atau pembuangan semua atau sebagian organ dengan cara pembedahan maupun
pembekuan dengan tujuan mempelajari fungsi organ tersebut), perekaman sel
tunggal, pemeriksaan postmortem (pascakematian) , dan studi menggunakan
subjek hewan.
Peralatan Para
Ilmuwan Neurosains
Akronim
|
Nama
|
Alat
|
Informasi
yang Direkam
|
Tampilan
|
Informasi
yang didapat
|
EEG
|
Electroence-phalogram
|
Elektroda-elektroda
di kulit kepala
|
Sinyal-sinyal
elektrik (aktivitas neural)
|
Grafik
|
Waktu
yang dibutuhkan untuk memproses stimuli
|
CT
|
Computed
Axial Tomography
|
Pemindai
X-ray
|
Kepadatan
jaringan
|
Tampilan
3D
|
Struktur
otak
|
PET
|
Positron
Emission Tomography
|
Pemindai
radioaktif
|
Aliran
darah serebral regional (penggunaan glukosa)
|
Tampilan
3D yang diberi kode-kode berwarna
|
Fungsi
otak
|
MRI
|
Magnetic
Resonance Imaging
|
Pemindai
elektromagnetik
|
Kepadatan
atom-atom hidrogen
|
Tampilan
3D
|
Struktur
otak
|
fMRI
|
Functional
Magneting Resonance Imaging
|
Pemindai
elektromagnetik
|
Kepadatan
atom-atom hidrogen
|
Tampilan-tampilan
3D
|
Struktur
dan fungsi otak
|
MEG
|
Magnetoence-phalography
|
Pemindai
elektromagnetik
|
Medan-medan
magnetik (dari aktivitas sel saraf)
|
Tampilan
3D
|
Fungsi
otak
|
TMS
|
Transcranial
Magnetic Stimulation
|
Tongkat
yang menembakkan muatan magnetik
|
Aktivitas
neural
|
Digabungkan
dengan EEG atau MEG
|
Fungsi
otak: subjek penelitian melaporkan pengalaman selama pengetesan.
|
EEG
Electroencephalography
(EEG) merekam sinyal-sinyal elektrik dari
aktivitas neural di otak, menggunakan serangkaian elektroda-elektroda
noninvasif yang ditempelkan di kulit kepala. Sinyal-sinyal elektrik yang
direkam oleh elektroda dikirim ke instrumen yang menayangkan sinyal-sinyal tersebut.
Pemindai
CT
Computed axial tomography
(CT) adalah proses yang dilakukan oleh komputer, yang menghasilkan
citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar X-ray yang datar (dua
dimensi). Mesin CT berputar mengelilingi tempurung kepala, menghujani kepala
dengan berkas-berkas sinar X yang tipis, berbentuk kipas.
Pemindai
PET
Positron emission
tomography (PET) digunakan
untuk memindai penggunaan glukosa di dalam otak. Pemindaian PET berbeda dengan
pemindaian CT, karena PET menggunakan detektor-detektor untuk mengukur
partikel-partikel radioaktif dalam aliran darah.
MRI
dan fMRI
Pemindai
magneting
resonance imaging (MRI) menghasilkan citra-citra tak bergerak (still
images) struktur-struktur otak. Dalam teknologi MRI, tubuh pasien
dikelilingi oleh elektromagnet amat kuat yang meluruskan (align)nuklei
atom-atom hidrogen yang ditemukan dalam air. MRI dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik dan penelitian. Salah satu kelemahan utama teknik ini adalah lamanya
waktu yang diperlukan untuk membentuk suatu citra.
MEG
Magnetoencephalography (MEG) menggunakan sebuah mesin yang mengukur aktivitas otak dari
luar kepala dengan cara mendeteksi medan magnetik yang samar-samar dihasilkan
oleh aktivitas otak. MEG menghasilkan sebuah peta aktivitas atau citra kerja
otak. Dari seluruh metode pemindaian otak,MEG menyediakan resolusi aktivitas
sel saraf yang paling akurat (hingga hitungan milidetik).
TMS
Transcranial magnetic
stimulation (TMS) digunakan
bersamaan dengan EEG atau MEG untuk mengevaluasi efek-efek perubahan aktivitas
elektrik otak dalam proses persepsi dan berpikir. Muatan magnetik dialirkan ke
otak melalui sebuah tongkat yang diletakkan di kepala dan diarahkan ke lokasi
spesifik di otak dalam jangka waktu yang sangat singkat.
Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari
tulang belakang dan otak. Unsur dasar pembentuk CNS adalah neuron,
sebuah sel khusus yang mengirimkan informasi sepanjang sistem saraf. Setiap
neuron mampu menerima dan mengirimkan impls neural ke ribuan neuron lain.
Setiap inchi korteks serebral manusia berisi
sekitar 10.000 mil neuron, yang saling menghubungkan sel-sel (Blakemore,
1977). Terdapat 4 bagian utama dalam neuron :
1.
Dendrit, yang menerima impuls neural dari neuron lain.
2.
Tubuh sel, yang bertanggung jawab menjaga kondisi dasar neuron.
3.
Akson, sebuah jalur panjang berbentuk tabung yang menghubungkan tubuh sel
dengan sel-sel lain melalui semacam persimpangan yang disebut sinapsis.
4.
Akson berakhir
di terminal prasinaptik. Terminal-terminal ini terletak dekat permukaan
dendrit pada neuron lain.
Pada saat kelahiran,koneksi-koneksi sinapsis belum lengkap,
demikian juga dengan neuron-neuron belum dilindungi oleh selubung myelin. Meski
demikian, jumlah neuron sudah lengkap, tidak ada neuron yang dibentuk setelah
kelahiran.
Lobus-lobus di korteks serebral. Korteks serebral dibagi menjadi 4
bagian utama, yaitu:
a.
Lobus frontal, bagian ini terlibat dalam pengendalian impuls, pertimbangan,
pemecahan masalah, pengendalian dan pelaksanaan perilaku, dan pengorganisasian
yang kompleks.
b.
Lobus temporal, bagian ini memproses sinyal-sinyal auditori, pendengaran,
pemrosesan auditori tingkat tinggi (bicara), pengenalan wajah.
c.
Lobus parietal, bagian ini mengintegrasikan informasi sensoris dari pancaindra,
pemanipulasian objek, pemrosesan visual-spasial.
d.
Lobus oksipital, bagian ini terlibat dalam pemrosesan visual, yakni menerima
informasi visual dari retina.
Area-area
Sensori-Motor penelitian
ilmiah terhadap area-area yang mengendalikan fungsi motorik di otak telah
dilakukan semenjak abad ke 19. Pada mulanya, penelitian-penelitian ini
melibatkan stimulasi elektrik terhadap berbagai bagian korteks pada anjing yang
dibius ringan. Pemberian stimulasi elektrik terhadap bagian-bagian korteks ini
menyebabkan reaksi menggeletar (twitch). Reaksi ini timbul karena rus listrik
ringan pada lobus frontal akan menyebabkan reaksi refleks pada kaki depan (atau
pada lengan apabila diterapkan pada manusia). Para peneliti mula-mula menemukan
bahwa arus listrik ringan diproses secara kontralateral. Artinya, informasi
sensorik dari saraf tulang belakang memasuki tubuh bagian kiri, dan berpindah
ke tubuh bagian kanan, dan diproses terlebih dahulu oleh hemisfer kanan.
Area-area motorik di setiap hemisfer mengendalikan pergerakan sisi tubuh yang
berlawanan (hemisfer kiri mengendalikan gerakan tubuh bagian kanan, dan
sebaliknya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar