Neurosains
kognitif: Sebuah Pendekatan Psikologi Kognitif Pada Kajian Terhadap Otak
Psikologi
kognitif berfokus pada bagaimana cara manusia memperoleh, mengubah,
menampilkan, menyimpan dan mengambil kembali pengetahuan yang ada dan bagaimana
cara respons kita. Sedangkan neurosains adalah ilmu tentang saraf/otak. Lalu
bagaimana hubungan antara psikologi kognitif dan neurosains kognitif?
Neurosains
kognitif istilah ini diciptakan pertama kali pada tahun 1970 oleh Michael
Gazzaniga seorang tokoh hemisfer otak dan George Miller seorang tokoh psikologi
kognitif di New York. Sebelumnya telah
berdiskusi kecil di taxi. Neurosains kognitif adalah pendekatan kajian
psikologi kognitif namun berfokus pada otak.
Neurosains
kognitif mempunyai isu antara pikiran dan tubuh sejak pada abad 16. Contohnya
adalah Rene Descrates. Descartes memikirkan adanya filament yang menghubungkan
tangan dan otak saat tangan merefleks mengangkat dari api, ia menyeburnya
sebagai lengung reflex (reflex are).
Lalu
terdapat mind-body issue yakni dimana pendapat mengenai dunia yang benar
adanya adalah dunia fisik, sednangkan dunia pikiran adalah hasil dari aktivitas
otak. Namun isu ini tidak dapat menjelaskan secara sempurna. Seperti adanya
cinta hanyalah karena ada penembakan sel neuron baru.
Dalam
mempelajari Neurosains kognitif, terdapat pembahasan mengenai sistem saraf
pusat atau (central nervous system/CNS). CNS terdiri atas saraf
tulang belakang dan otak unsur dasar pembentuknya adalah Neuron dan terdapat
100 miliar lebih neuron dalam otak.
Neuron
memiliki jenis yang berbeda dan terdapat 4 bagian utama, yakni: Dendrit, Tubuh
sel, akson dan terminaal prasinaptik yang nanti akanmembentuk sinapsis.
Sinapsis mengandung informasi kimiwawi yang menjembatani neuron satu dan
lainnya. Senyawa kimia ini bernama neutransmittter.
Neurotransmitter dilepaskan saat muatan
listrik mengalir sepanjang akson. Neurotransmitter memiliki efek inhibitoris dan
eksitatoris yang berkaitan pada pencegahan dan perangsangan penembakan impuls.
Terdapat banyak senyawa kimia lain dan beberapa diantarnya berungsi sebagai
menjaga keutuhan kindisi fisik sel dan ada yang berperan dalam proses belajar
dan mengingat, yakni acetylcholine.
Sepanjang kehidupan, jumlah
koneksi sinaps berbeda. Saat bayi baru lahir ia memiliki neuron namun belum
lengkap dan terus tumbuh. Saat sudah dewasa, sinapsis tidak lagi memperbanyak
diri.
Otak manusia memiliki dua struktur jenis, yakni hemisfer
serebral kiri dan kanan. Diantara keduanya terdapat korteks
serebral yang berwarna abu-abu dan bermaterial tipis dan basah. Terdapat gyri
atau lipatan antara orak dan sulci yaitu galur pada otak. SUlci yang
dalam dan menyolok disebut dengan fissure.
Korteks
Selebral pada manusia terlibat dalam banyak hal, seperti persepsi bicara,
tindakan kompleks, dan lainnnya. Korteks serebral mempunyai empat lobus yakni
lobus frontal (berfungsi pemecahan masalah), lobus temporal (berfungsi pada
pendengaran), lobus parietal (berfungsi pada pemanipulasian objek), dan lobus
oksipotal(berfungsi pada pemrosesan visual). Area Sensori Motorik mengendalikan
bagian tubuh yang berlawanan seperti hemisfer kiri mengendalikan gerakan tubuh
bagian kanan dan sebaliknya.
Terdapat
banyak perebatan dan pertentangan antar ilmuwan terkait dengan bagian otak yang
memiliki spesifikasi tertentu dalam menjalankan fungsinya. Seperti lokalisasi
fungsi otak yang pada teori itu menunjukkan bahwa bagian otak hanya berfungsi
pada hak tertentu, namun ada teori medan agregat yang mengatakan bahwa
otak bekerja sebagai kesatuan utuh dan merata pada seluruh bagian otak. Dan ada
juga teori yang menengahi keduanya bahwa atribut mental tersebut memang terspesialisasi dalam beberapa bidang namn
ada juga yang tersebar di seluruh bagian otak.
Pada
hemisfer otak terdapat dua fungsi yang berbeda. Pada hemisfer kiri terdapat
asosiasi antara fungsi khusus bahasa, konseptualisasi, analisis, dan
klasifikasi. Sedangkan pada heimsfer otak kanan terassosiasidengan
pengintegrasian informasi sepanjang waktu.
Ilmu
psikologi kognitif dan neursains kognitif saling mendukung satu sama lain.
Diantara alasannnya adalah: (1) kebutuhan untuk menemukan bukti fiik dalam
struktur pemikiran. (2) kebutuhan untuk mengetahui model fungsi otak dan
kognisi. (3) menemukan korelasi antara otak dan perilakunya.
Ilmuwan
Neurosains juga menggunakan beberapa alat dalam menemukan funsi otak, struktur
dan lainnya. Diantaranya adalah EEG (Electroencephalogram), CT (Computed Axial
Tomography), PET (Positron Emisson Tomography), MRI (Magnetic Resonance
Imaging), fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging, MEG
(Magnetoencephalography), TMS (Transcarcial Magnetic Simulation) dan Micro CT
(X-Ray Microtomography) yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.
Terdapat
beberapa bukti antara aktivitas otak dan proses kognisi. Salah satu diantaranya
dalah penelitian oleh Michael Ponser dan lainnya di Univeritas Washington. Mereka melakukan
eksperimen diantaranya adalah
pemrosesan kata oleh otak yang normal dan sehat. Hasil dari penelitian tersbut
bahwa pemrosesan kata seperti dalam
pembacaan, pengucapan kata keras, dan pengucapan yang bebas memberikan pola
aktvisasi khusus pada bagian tertentu otak.
Dari
penjabaran diatas, psikologi kognitif dan neursains adalah suatu bidang yang
tidak terpisahkan. Terdapat hubungan erat keduanya, diantaranya adalah hubungan
model otak dan perilaku. Kedua hal ini juga dapat diteliti karena kemajuan
tekhnologi sehingga informasi yang didapat untuk ilmu pengetahuan ini lebih
komperhensif.
Annisa
Trihastuti
16410205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar