Selasa, 12 September 2017

annisa trihastuti

Neurosains kognitif: Sebuah Pendekatan Psikologi Kognitif Pada Kajian Terhadap Otak
          Psikologi kognitif berfokus pada bagaimana cara manusia memperoleh, mengubah, menampilkan, menyimpan dan mengambil kembali pengetahuan yang ada dan bagaimana cara respons kita. Sedangkan neurosains adalah ilmu tentang saraf/otak. Lalu bagaimana hubungan antara psikologi kognitif dan neurosains kognitif?
          Neurosains kognitif istilah ini diciptakan pertama kali pada tahun 1970 oleh Michael Gazzaniga seorang tokoh hemisfer otak dan George Miller seorang tokoh psikologi kognitif di New York.  Sebelumnya telah berdiskusi kecil di taxi. Neurosains kognitif adalah pendekatan kajian psikologi kognitif namun berfokus pada otak.
          Neurosains kognitif mempunyai isu antara pikiran dan tubuh sejak pada abad 16. Contohnya adalah Rene Descrates. Descartes memikirkan adanya filament yang menghubungkan tangan dan otak saat tangan merefleks mengangkat dari api, ia menyeburnya sebagai lengung reflex (reflex are).
          Lalu terdapat mind-body issue yakni dimana pendapat mengenai dunia yang benar adanya adalah dunia fisik, sednangkan dunia pikiran adalah hasil dari aktivitas otak. Namun isu ini tidak dapat menjelaskan secara sempurna. Seperti adanya cinta hanyalah karena ada penembakan sel neuron baru.
          Dalam mempelajari Neurosains kognitif, terdapat pembahasan mengenai sistem saraf pusat atau (central nervous system/CNS). CNS terdiri atas saraf tulang belakang dan otak unsur dasar pembentuknya adalah Neuron dan terdapat 100 miliar lebih neuron dalam otak.   
          Neuron memiliki jenis yang berbeda dan terdapat 4 bagian utama, yakni: Dendrit, Tubuh sel, akson dan terminaal prasinaptik yang nanti akanmembentuk sinapsis. Sinapsis mengandung informasi kimiwawi yang menjembatani neuron satu dan lainnya. Senyawa kimia ini bernama neutransmittter.
          Neurotransmitter dilepaskan saat muatan listrik mengalir sepanjang akson. Neurotransmitter memiliki efek inhibitoris dan eksitatoris yang berkaitan pada pencegahan dan perangsangan penembakan impuls. Terdapat banyak senyawa kimia lain dan beberapa diantarnya berungsi sebagai menjaga keutuhan kindisi fisik sel dan ada yang berperan dalam proses belajar dan mengingat, yakni acetylcholine.
Sepanjang kehidupan, jumlah koneksi sinaps berbeda. Saat bayi baru lahir ia memiliki neuron namun belum lengkap dan terus tumbuh. Saat sudah dewasa, sinapsis tidak lagi memperbanyak diri.
Otak  manusia memiliki  dua struktur jenis, yakni hemisfer serebral kiri dan kanan. Diantara keduanya terdapat korteks serebral yang berwarna abu-abu dan bermaterial tipis dan basah. Terdapat gyri atau lipatan antara orak dan sulci yaitu galur pada otak. SUlci yang dalam dan menyolok disebut dengan fissure.
          Korteks Selebral pada manusia terlibat dalam banyak hal, seperti persepsi bicara, tindakan kompleks, dan lainnnya. Korteks serebral mempunyai empat lobus yakni lobus frontal (berfungsi pemecahan masalah), lobus temporal (berfungsi pada pendengaran), lobus parietal (berfungsi pada pemanipulasian objek), dan lobus oksipotal(berfungsi pada pemrosesan visual). Area Sensori Motorik mengendalikan bagian tubuh yang berlawanan seperti hemisfer kiri mengendalikan gerakan tubuh bagian kanan dan sebaliknya.
          Terdapat banyak perebatan dan pertentangan antar ilmuwan terkait dengan bagian otak yang memiliki spesifikasi tertentu dalam menjalankan fungsinya. Seperti lokalisasi fungsi otak yang pada teori itu menunjukkan bahwa bagian otak hanya berfungsi pada hak tertentu, namun ada teori medan agregat yang mengatakan bahwa otak bekerja sebagai kesatuan utuh dan merata pada seluruh bagian otak. Dan ada juga teori yang menengahi keduanya bahwa atribut mental tersebut memang  terspesialisasi dalam beberapa bidang namn ada juga yang tersebar di seluruh bagian otak.
          Pada hemisfer otak terdapat dua fungsi yang berbeda. Pada hemisfer kiri terdapat asosiasi antara fungsi khusus bahasa, konseptualisasi, analisis, dan klasifikasi. Sedangkan pada heimsfer otak kanan terassosiasidengan pengintegrasian informasi sepanjang waktu.
          Ilmu psikologi kognitif dan neursains kognitif saling mendukung satu sama lain. Diantara alasannnya adalah: (1) kebutuhan untuk menemukan bukti fiik dalam struktur pemikiran. (2) kebutuhan untuk mengetahui model fungsi otak dan kognisi. (3) menemukan korelasi antara otak dan perilakunya.
          Ilmuwan Neurosains juga menggunakan beberapa alat dalam menemukan funsi otak, struktur dan lainnya. Diantaranya adalah EEG (Electroencephalogram), CT (Computed Axial Tomography), PET (Positron Emisson Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging, MEG (Magnetoencephalography), TMS (Transcarcial Magnetic Simulation) dan Micro CT (X-Ray Microtomography) yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.
          Terdapat beberapa bukti antara aktivitas otak dan proses kognisi. Salah satu diantaranya dalah penelitian oleh Michael Ponser dan lainnya di Univeritas Washington. Mereka melakukan eksperimen diantaranya adalah pemrosesan kata oleh otak yang normal dan sehat. Hasil dari penelitian tersbut bahwa pemrosesan  kata seperti dalam pembacaan, pengucapan kata keras, dan pengucapan yang bebas memberikan pola aktvisasi khusus pada bagian tertentu otak.
          Dari penjabaran diatas, psikologi kognitif dan neursains adalah suatu bidang yang tidak terpisahkan. Terdapat hubungan erat keduanya, diantaranya adalah hubungan model otak dan perilaku. Kedua hal ini juga dapat diteliti karena kemajuan tekhnologi sehingga informasi yang didapat untuk ilmu pengetahuan ini lebih komperhensif.

Annisa Trihastuti

16410205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar