Selasa, 12 September 2017

FATIHATUN NURIL MUGHNIA

FATIHATUN NURIL MUGHNIA
16410037

MENJELAJAH OTAK DENGAN NEUROSAINS KOGNITIF
         
          Adanya isu-isu pemikiran yang sering muncul dintara para tokoh psikolog adalah bagaimana cara tubuh dan pikiran berinteraksi. Apakah tubuh dan pikiran adalah dua zat yang berbeda. Descartes mengatakan bahwa “ adanya semacam “filamen” yang menfhubungkan tangan dengan otak ketika seseorang yang secara tak sadar mendekatkan tangannya untuk mendekati perapian, dan kemudian menarik kembali tangannya ketika ia merasakan panas sehingga peristiwa ini menimbulkan adanya proses pengaktifan otak, yang menimbulkan adanya cairan yang membutanya melakukan hal tersebut atau sering disebut dengan lengkung reflek (reflex arc).
Yang kemudian, para tokoh psikolog membuat adanya pendekatan yang mengarah pada bagaimana suatu kognisi dapat terjadi dengan memusatkan pada otak yang disebut dengsn neurosains kognitif.
Neuron sendiri terdiri atas 4 bagian, yaitu:
1)    Dendrit, bagian neuron yang berfungsi sebagai penerima impuls neural dari neuron lain.
2)   Tubuh sel, berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dasar neuron dengan cara menyaring limbah melalui dinding-dinding sel yang permeabel.
3)   Akson (axon), sebuah jalur panjang berbentuk tabung yang menghubungkan tubuh sel dengan sel-sel lain. Yang sering disebut dengan sinapsis.
4)   Yang terakhir adalah terminal prasinaptik (presynaptic terminals) merupakan tempat pemberhentian akson yang terletak dekat permukaan dendrit pada neuron yang berbeda. Dan membentuk sinapsis.
Otak manusia terbagi atas dua struktur sejenis, yaitu hemisfer selebral kiri dan kanan yang dikelilingi oleh tubuh-tubuh sel neuron dan akson-akson pendek yang tidak berselubung myelin. Melihat dari proses itu, berbagai fungsi kognitif berlangsung dalam selebral korteks. Korteks selebral ini merupakan proses terakhir revolusi dalam struktur otak.  Secara sempurna korteks selebral ini terdapat pada manusia, sedangkan dalam diri binatang jarang sekali kita menemukan adanya korteks selebral, kecuali pada hewan reptil. Hewan reptil memiliki korteks selebral yang jauh lebih sederhana dari manusia.
Richard Thomson dari Universuty of Southem California mengatakan “... adalah perkawinan alami antara neurosains dan ilmu kognitif-secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran”. Seperti yang kita ketahui bahwa Ilmu neurosains kognitif diawali dengan adanya penelitian awal mengenai lobotomi,frenologi, dan lokalisasi fungsi otak.
          Adanya bukti-bukti yang lemah untuk mendukung struktur pikiran pada masa sejarah awal bahkan sebelum prasejarah menjadikan adanya rasa frustasi yang memungkinkan susahnya proses pengidentifikasian proses psikologi khususnya pada bidang kognisi. Hal inilah yang menjadikan adanya kebutuhan yang menuntut para ilmuwan untuk menemukan kognisi dengan fungsi otak yang lebih komprehensif.

Secara khusus, para psikolog kognitif sedang melakukan usaha dalam membuat simulasi kognisi manusia dengan mengembangkan piranti lunak yang mampu berperilaku seperti otak yang memungkinkan para ilmuwan dapat “mengintip” kedalam otak manusia dan mengungkap struktur-struktur dan proses-proses yang ada didalam otak menggunakan teknik yang meliputi pemindaian PET (Pasitron emission tomography),pemindaian CT (computed axial tomography), teknologi MRI (magnetic resonance imaging), dan teknologi EEG (electroencephalography).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar