FATIHATUN NURIL MUGHNIA
16410037
MENJELAJAH OTAK DENGAN NEUROSAINS
KOGNITIF
Adanya isu-isu pemikiran yang sering muncul dintara para
tokoh psikolog adalah bagaimana cara tubuh dan pikiran berinteraksi. Apakah
tubuh dan pikiran adalah dua zat yang berbeda. Descartes mengatakan bahwa “
adanya semacam “filamen” yang menfhubungkan tangan dengan otak ketika seseorang
yang secara tak sadar mendekatkan tangannya untuk mendekati perapian, dan
kemudian menarik kembali tangannya ketika ia merasakan panas sehingga peristiwa
ini menimbulkan adanya proses pengaktifan otak, yang menimbulkan adanya cairan
yang membutanya melakukan hal tersebut atau sering disebut dengan lengkung
reflek (reflex arc).
Yang
kemudian, para tokoh psikolog membuat adanya pendekatan yang mengarah pada
bagaimana suatu kognisi dapat terjadi dengan memusatkan pada otak yang disebut
dengsn neurosains kognitif.
Neuron sendiri terdiri
atas 4 bagian, yaitu:
1) Dendrit, bagian
neuron yang berfungsi sebagai penerima impuls neural dari neuron lain.
2) Tubuh sel,
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dasar neuron dengan cara menyaring
limbah melalui dinding-dinding sel yang permeabel.
3) Akson (axon), sebuah
jalur panjang berbentuk tabung yang menghubungkan tubuh sel dengan sel-sel
lain. Yang sering disebut dengan sinapsis.
4) Yang
terakhir adalah terminal prasinaptik (presynaptic terminals) merupakan
tempat pemberhentian akson yang terletak dekat permukaan dendrit pada neuron yang
berbeda. Dan membentuk sinapsis.
Otak manusia terbagi atas dua
struktur sejenis, yaitu hemisfer selebral kiri dan kanan yang dikelilingi oleh
tubuh-tubuh sel neuron dan akson-akson pendek yang tidak berselubung myelin.
Melihat dari proses itu, berbagai fungsi kognitif berlangsung dalam selebral
korteks. Korteks selebral ini merupakan proses terakhir revolusi dalam struktur
otak. Secara sempurna korteks selebral
ini terdapat pada manusia, sedangkan dalam diri binatang jarang sekali kita
menemukan adanya korteks selebral, kecuali pada hewan reptil. Hewan reptil
memiliki korteks selebral yang jauh lebih sederhana dari manusia.
Richard Thomson dari Universuty
of Southem California mengatakan “... adalah perkawinan alami antara neurosains
dan ilmu kognitif-secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan
pikiran”. Seperti yang kita ketahui bahwa Ilmu neurosains kognitif diawali
dengan adanya penelitian awal mengenai lobotomi,frenologi, dan lokalisasi
fungsi otak.
Adanya
bukti-bukti yang lemah untuk mendukung struktur pikiran pada masa sejarah awal
bahkan sebelum prasejarah menjadikan adanya rasa frustasi yang memungkinkan
susahnya proses pengidentifikasian proses psikologi khususnya pada bidang
kognisi. Hal inilah yang menjadikan adanya kebutuhan yang menuntut para ilmuwan
untuk menemukan kognisi dengan fungsi otak yang lebih komprehensif.
Secara khusus, para psikolog
kognitif sedang melakukan usaha dalam membuat simulasi kognisi manusia dengan
mengembangkan piranti lunak yang mampu berperilaku seperti otak yang
memungkinkan para ilmuwan dapat “mengintip” kedalam otak manusia dan mengungkap
struktur-struktur dan proses-proses yang ada didalam otak menggunakan teknik
yang meliputi pemindaian PET (Pasitron emission tomography),pemindaian
CT (computed axial tomography), teknologi MRI (magnetic resonance
imaging), dan teknologi EEG (electroencephalography).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar