MEMPELAJARI NEUROSAINS DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
KOGNITIF
Nama : Sukma
bayyinah
NIM : 16410074
Neurosains
adalah studi tentang otak dan sistem saraf, termasuk di dalamnya adalah otak,
sumsum tulang belakang, dan jaringan sel saraf yang berhubungan dengan panca
indera yang disebut neuron. Otak menjadi fokus utama dalam neurosains.
Neurosains fokus pada pemahaman tentang otak seperti gangguan, luka-luka, dan
kekurangan pada otak. Otak sendiri adalah organ yang membantu kita untuk
beradaptasi dengan lingkungan melalui belajar.
Disiplin
ilmu neurosains berhubungan pula dengan disiplin ilmu yang lain seperti
psikologi, biologi, kimia, dan fisika. Banyak yang beranggapan bahwa neurosains
berhubungan atau sama dengan neurobiologi. Namun neurobiologi hanya fokus pada
sistem saraf secara biologis, sedangkan neurosains mengupas sistem saraf secara
keseluruhan. Dalam ilmu kognitif, neurosains fokus pada pemanfaatan otak secara
maksimal yang sesuai dengan fungsinya dalam kognisi.
Para ahli
neurosains mempelajari neurosains dengan tujuan ;
1)
Memahami otak manusia dan bagaimana kinerjanya saat
keadaan normal.
2)
Memahami bagaimana sistem saraf berkembang dan matang,
serta bagaimana sistem saraf tersebut bertahan hidup.
3)
Memahami neurologi dan gangguan psikis, serta dapat menemukan
cara untuk mencegah bahkan mengobati gangguan tersebut.
Pada zaman
mesir kuno, masyarakat percaya bahwa letak kecerdasan berada pada jantung. Maka
dari itu saat proses mumisasi, masyarakat akan meninggalkan jantung dalam tubuh
mayat sedangkan mereka akan mengeluarkan otak dari tubuh si mayat. Kepercayaan tersebut
kemudian ditepis setelah para ilmuwan membuktikan bahwa letak kecerdasan atau
intelegensi berada pada otak.
Seiring
berkembangnya pengetahuan para ilmuwan, ilmu tentang neurosains pun berkembang.
John Donohue contohnya, ia meneliti kerja otak melalui alat bernama BrainGate,
dimana sensor otak akan dihubungkan dengan komputer sehingga ia dapat memantau
kerja otak pada layar monitor. Pada tahun 1980-an, bersama dengan para rekannya
mencari tahu tentang apa yang terjadi pada bagian-bagian otak saat tubuh
manusia digerakkan. Pada tahun 2004, mereka menanamkan sensor otak pada
seseorang yang memiliki luka pada tulang belakangnya. Melalui BrainGate, John
dkk., dapat melihat bahwa sensor otak “menyala” ketika si pasien berpikir untuk
menggerakkan tangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun tubuh tidak
menghasilkan pergerakan, otak akan tetap memroses perintah pikiran.
Neurosains
dalam kehidupan umum memang tidak terlalu berpengaruh, namun dalam cabang ilmu
kedokteran ataupun psikologi, neurosains dibutuhkan untuk mengukur seberapa
besar kekuatan otak seseorang. Selain itu dengan mempelajari neurosains kita
menjadi tahu langkah-langkah apa yang harus dilakukan apabila bagian otak dan
sistem saraf mengalami gangguan.
Dalam ilmu
psikologi kognitif, ilmu neurosains dianggap sangat perlu karena otak akan
sangat berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang. Dengan
mengetahui bagaimana cara kerja otak, seorang psikolog akan mudah dalam menentukan
kognisi seseorang sehingga dapat menilai tingkat tinggi rendahnya kecerdasan
dan kinerja otak orang tersebut. Neurosains merupakan dasar dalam pemahaman
kognitif sehingga sebelum mempelajarai cabang kognitif lain, sebaiknya memahami
tentang neurosains terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar