Selasa, 12 September 2017

Sukma bayyinah

MEMPELAJARI NEUROSAINS DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOGNITIF
Nama : Sukma bayyinah
NIM  : 16410074
          Neurosains adalah studi tentang otak dan sistem saraf, termasuk di dalamnya adalah otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan sel saraf yang berhubungan dengan panca indera yang disebut neuron. Otak menjadi fokus utama dalam neurosains. Neurosains fokus pada pemahaman tentang otak seperti gangguan, luka-luka, dan kekurangan pada otak. Otak sendiri adalah organ yang membantu kita untuk beradaptasi dengan lingkungan melalui belajar.
          Disiplin ilmu neurosains berhubungan pula dengan disiplin ilmu yang lain seperti psikologi, biologi, kimia, dan fisika. Banyak yang beranggapan bahwa neurosains berhubungan atau sama dengan neurobiologi. Namun neurobiologi hanya fokus pada sistem saraf secara biologis, sedangkan neurosains mengupas sistem saraf secara keseluruhan. Dalam ilmu kognitif, neurosains fokus pada pemanfaatan otak secara maksimal yang sesuai dengan fungsinya dalam kognisi.
          Para ahli neurosains mempelajari neurosains dengan tujuan ;
1)    Memahami otak manusia dan bagaimana kinerjanya saat keadaan normal.
2)   Memahami bagaimana sistem saraf berkembang dan matang, serta bagaimana sistem saraf tersebut bertahan hidup.
3)   Memahami neurologi dan gangguan psikis, serta dapat menemukan cara untuk mencegah bahkan mengobati gangguan tersebut.
          Pada zaman mesir kuno, masyarakat percaya bahwa letak kecerdasan berada pada jantung. Maka dari itu saat proses mumisasi, masyarakat akan meninggalkan jantung dalam tubuh mayat sedangkan mereka akan mengeluarkan otak dari tubuh si mayat. Kepercayaan tersebut kemudian ditepis setelah para ilmuwan membuktikan bahwa letak kecerdasan atau intelegensi berada pada otak.
          Seiring berkembangnya pengetahuan para ilmuwan, ilmu tentang neurosains pun berkembang. John Donohue contohnya, ia meneliti kerja otak melalui alat bernama BrainGate, dimana sensor otak akan dihubungkan dengan komputer sehingga ia dapat memantau kerja otak pada layar monitor. Pada tahun 1980-an, bersama dengan para rekannya mencari tahu tentang apa yang terjadi pada bagian-bagian otak saat tubuh manusia digerakkan. Pada tahun 2004, mereka menanamkan sensor otak pada seseorang yang memiliki luka pada tulang belakangnya. Melalui BrainGate, John dkk., dapat melihat bahwa sensor otak “menyala” ketika si pasien berpikir untuk menggerakkan tangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun tubuh tidak menghasilkan pergerakan, otak akan tetap memroses perintah pikiran.
          Neurosains dalam kehidupan umum memang tidak terlalu berpengaruh, namun dalam cabang ilmu kedokteran ataupun psikologi, neurosains dibutuhkan untuk mengukur seberapa besar kekuatan otak seseorang. Selain itu dengan mempelajari neurosains kita menjadi tahu langkah-langkah apa yang harus dilakukan apabila bagian otak dan sistem saraf mengalami gangguan.
          Dalam ilmu psikologi kognitif, ilmu neurosains dianggap sangat perlu karena otak akan sangat berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang. Dengan mengetahui bagaimana cara kerja otak, seorang psikolog akan mudah dalam menentukan kognisi seseorang sehingga dapat menilai tingkat tinggi rendahnya kecerdasan dan kinerja otak orang tersebut. Neurosains merupakan dasar dalam pemahaman kognitif sehingga sebelum mempelajarai cabang kognitif lain, sebaiknya memahami tentang neurosains terlebih dahulu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar